Hanya tinggal hitungan hari kita
akan mengadakan pemilihan kepala daerah atau pilkada serentak 2018 pada 27 Juni
mendatang. Pesta demokrasi rasanya kurang lengkap kalau belum ikut 'nimbrung' dalam percakapan tentang pemimpin pilihan tiap pribadi masing-masing.
Media sosial adalah salah satu
platform online yang sering menjadi wadah bagi kita-kita yang ingin
mengutarakan pendapat tentang segala hal, politik adalah salah satunya. Nah,
yuk mulai jadi bijak dengan menyimak 4 tips bagaimana kita menyikapi media sosial saat berbicara tentang politik.
1. Cek kembali motif kita
Katakanlah ada teman kita yang
menuliskan tentang keburukan salah satu calon pemimpin. Kenapa kita merasa
harus meresponnya? Motif yang salah dapat menabur perselisihan di antara kita.
Meskipun media sosial memfasilitasi kebebasan berpendapat, tapi ingatlah perkataan pada Amsal 21:2,
"Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati."
Memang, perkataan yang cenderung kasar dan menyerang dapat menarik kepopuleran kita dengan likes yang banyak, namun hal ini tidak bisa dibenarkan. Sebagai perwakilan Tuhan di dunia ini, suara kita, meskipun hanya melalui media sosial seharusnya bisa mencerminkan kebenaran dan kasih Tuhan.
Baca juga: Merasa Nggak Selevel Sama Teman? Yuk Perbaiki Hubungan Pertemanan Dengan 4 Cara Ini
2. Ketika kita ragu, maka urungkan niat untuk nge-post
Salah satu perilaku bijak yang bisa kita
lakukan di media sosial adalah mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Jangan
sampai kita menyulut api perang dengan cara menyebarkan berita-berita yang negatif tentang calon pemimpin yang tidak kita pilih.
Yakobus 3:8, "Tetapi tidak seorangpun yang
berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai,
dan penuh racun yang mematikan." Bukankah sebagai orang percaya sudah sepantasnya kita menjaga setiap perkataan kita?
Meskipun tidak secara langsung, media sosial
mewakili setiap perkataan kita. Oleh sebab itu, kita harus bisa menjadi jauh
lebih bijak dalam menggunakan media sosial, terutama saat berbicara tentang politik yang saat ini masih bersifat sangat sensitif.
3. Ketika merasa dipojokkan, lawan dengan kasih
Pola pikir seseorang bisa dipangaruhi oleh
informasi yang diserapnya, termasuk melalui media sosial. Ketika kita mendapati
seseorang yang dirasa bertindak berlawanan dengan pilihan atau pendapat kita, cobalah untuk memberi empati kepada mereka.
Penting bagi kita untuk menempatkan diri pada
posisinya sehingga kita memahami sudut pandangnya. Perbedaan pendapat tidak
disalahkan, selama hal ini tidak menyakiti lawan bicara kita. Setelah mengenal kasih Tuhan, sudah seharusnya kita menjaga setiap pembicaraan kita.
Dengan begitu, kita sudah bisa bertindak seperti
Amsal 12:18 yang tertulis, "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan."
4. Sadari kalau mereka punya latar belakang yang berbeda
Setiap orang berasal dari latar belakang
ekonomi, pendidikan, bahkan agama berbeda. Mendengarkan membuat kita menjadi
pribadi yang jauh lebih mudah untuk mengerti sudut pandang mereka. Meskipun
hanya melalui media sosial, kita bisa ikut andil dalam berpartisipasi
mengemukakan pendapat, selama semuanya beralasan dan tidak memicu konflik yang akan menyakiti pihak tertentu.
Yakobus 3:17-18 mengingatkan kita, "Tetapi
hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,
penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk
mereka yang mengadakan damai."
Kita harus bisa menyadari kalau percakapan
tentang politik adalah pokok bahasan yang sangat sensitif. Tapi tidak berarti
kita harus mengabaikannya. Media sosial menjadi bagian dari kehidupan kita di
jaman yang serba digital ini. Mulai sekarang, yuk jadi bijak dengan hanya
menyebarkan berita yang benar tanpa ada niat menyakiti pihak manapun.