Ada seorang pemuda berasal dari Chicago,
Amerika Serikat. Sebagaimana orang-orang di masa mudanya, ia pun sangat
bersemangat untuk mencapai mimpinya. Ia memulai karirnya dengan membuka sebuah
usaha pembuatan keju.
Setiap harinya ia akan pergi ke tempat usahanya yang belum begitu besar,
menuangkan ide-idenya dan menerapkannya pada bisnis yang dijalaninya.
Sayangnya, bisnis tersebut tidak berjalan dengan baik. Ada banyak hal yang
menyebabkan bisnis tersebut mengalami kegagalan, bahkan berakhir dengan jumlah pendapatan
yang minus karena terlilit hutang.
Seorang teman kemudian berkata kepadanya, “Kamu telah melakukan kesalahan besar. Kamu tidak menyertakan Tuhan dalam bisnismu.” Satu perkataan ini terus menerus ada di kepala sang pemuda. Ia tidak mengerti mengapa ia perlu menyertakan Tuhan dalam bisnisnya.
Baca juga: Parah, Demi Lunasi Hutang, Mantan Tentara Ini Coba Bunuh Istrinya!
Awalnya ia tidak menerima kesalahannya tersebut, tetapi lambat laun ia
membawa perkataan tersebut menjadi sebuah perenungan. Dalam hatinya, ia
berkata, “Benar juga apa yang dikatakan oleh teman saya tersebut. Saya tidak
menyertakan Tuhan dalam bisnis ini. Mulai hari ini saya berkomitmen akan
menempatkan Tuhan sebagai Pimpinan dalam usaha yang sedang saya jalani ini.”
Memang perlu waktu yang tidak sebentar, tapi lama-lama usaha yang dijalaninya ini mengalami kemajuan dan berkembang dengan baik. Dia berhasil membangun sebuah sistem bisnis baru dengan Tuhan yang menjadi pimpinan di atas segalanya. Kini usahanya menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia. Nama pemuda ini adalah J. L. Kraft, yang produk kejunya tidak asing lagi di telinga kita.
Baca juga:
Seringkali kita berpikir, kapankah waktu yang tepat untuk menyertakan Tuhan
dalam kehidupan ini? Apakah sekarang? Atau besok? Berjalan bersama Tuhan adalah
satu hal yang perlu kita lakukan. Seharusnya kita seperti Musa yang berkata
dalam Keluaran 33:15, “Berkatalah Musa kepadaNya: “Jika Engkau sendiri tidak
membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.””
Musa menyadari kalau tanpa Tuhan, perjalanannya akan sia-sia. Ia tidak akan
bisa berhasil tanpa campur tangan Tuhan. Musa menyadari bahwa perjalanan di
padang gurun hanya akan berakhir pada sebuah kegagalan tanpa adanya penyertaan
Tuhan.
Sepintar apa pun kita, setiap hal yang kita miliki tidak akan menjadi
berkat kalau Tuhan tidak diikutsertakan dalam setiap tindakan dan perjalanan
kehidupan kita. Bahkan,
Israel pun harus mengalami susahnya berjalan di padang gurun untuk mencapai
tanah perjanjian. Sudah seharusnya kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan
tidak mengandalkan diri kita sendiri dalam mengahadapi semua hal.
Janji Tuhan selalu indah dan tepat pada waktunya. Meskipun demikian, Tuhan
tidak pernah menjanjikan bahwa untuk mencapai hal itu, kita hanya akan
mengalami hal-hal yang baik. Karenanya, untuk mencapai tanah perjanjian
tersebut, kita harus menyertakan Tuhan dalam setiap waktu.
Sumber : berbagai sumber/jawaban.com