Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) baru-baru ini mengajukan daftar penyakit baru yang banyak menyerang
populasi penduduk dunia yang disebut dengan ‘Gaming Disorder’ atau gangguan akibat game.
Pengajuan ini
disampaikan kepada Internasional Classification of Diseases (ICD) pada hari
Senin, 18 Juni 2018 kemarin. WHO menyebutkan bahwa penyakit gangguan game ini biasanya akan membuat penderita mengalami perubahan perilaku.
“Gaming disorder
ini ditandai dengan pola perilaku dengan kecenderungan terus menerus atau
berulang kali bermain game, baik itu online ataupun offline,” tulis dalam laporan tersebut.
Gejala-gejala
lain yang menyertai Gaming Disorder ini juga bisa dikenali dengan perilaku adiktif
atau kompulsif lainnya, termasuk tidak bisa mengontrol diri bermain game, lebih
memprioritaskan bermain game daripada melakukan kegiatan yang lain. Gejala-gejala semacam ini diklaim juga menjadi penyebab munculnya risiko negatif lainnya.
“Pola perilaku
adalah kondisi para yang menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap diri
sendiri, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan atau bidang kehidupan lain yang penting,” terang pihak WHO.
Menyikapi hal
ini, dr. Petros Levounis, Ketua Psikiatri di New Jersey Medical School di
Rutgers University menyampaikan bahwa game kemungkinan besar memang akan membuat
seseorang kecanduan. Lalu dia akan lupa dengan hal lain yang lebih penting, termasuk
pekerjaannya. Selain itu, pecandu game akan mulai terikat dengan permainan tersebut
sampai-sampai dia tak mampu mengontrol kecanduannya. Akibatnya, kecanduan ini membuatnya
mengalami gangguan atau distress yang signifikan. “Orang dengan kondisi ini
(gaming disorder) membahayakan fungsi akademik atau pekerjaan mereka karena jumlah waktu yang mereka habiskan selam bermain (game),” terang dr. Petros.
Sementara Douglas
Gentile dari Lowa State University mengaku sudah melakukan beberapa penelitian untuk membuktikan hal ini.
“Saya dan banyak (rekan peneliti) lainnya berasumsi bahwa game itu sebenarnya bukan masalah tapi gangguan itu bisa muncul dari gejala masalah lain,” ucapnya.
Baca Juga :
Suami Kecanduan Video Games? Marah Bukan Solusi Mending Lakukan 5 Hal Ini…
Anak Kecanduan Pornografi dan Video Games? Coba Cek Perubahan Perilakunya dari 8 Ciri Ini
Dari hasil penelitian
yang mereka dapatkan selama beberapa tahun kepada anak-anak yang bermain game ,
Gentile mengklaim bahwa mereka justru menemukan gejala dari kecanduan seperti peningkatan depresi, kecemasan, fobia sosial dan nilai sekolah yang menurun.
“Saat anak-anak bisa berhenti dari obsesi game, gejala-gejala ini malah berbalik,” terangnya.
Senada dengan
Gentile, perusahaan-perusahaan game bahkan membantah hasil penemuan WHO. Mereka
lebih sependapat dengan Gentile bahwa Gaming Disorder bukanlah sebuah penyakit.
Tapi yang perlu diperhatikan adalah cara seseorang bermain game. Karakter seseorang
juga dianggap bisa membuat mudah atau sulitnya dia kecanduan game.
Terkait pergunjingan
ini, WHO masih tetap menunggu keputusan dari ICD. Karena penyakit yang satu ini
dianggap penting untuk ditetapkan sebagai penyakit baru guna membantu masyarakat
bisa mengenali gejala dan cara pencegahan penyakit ini.