Paradox Raja Salomo, Buat Kamu Yang Sering Nasihatin Orang Tapi Nggak Pernah Menerapkannya
Sumber: http://home.bt.com/images/gossiping-1363

Single / 18 June 2018

Kalangan Sendiri

Paradox Raja Salomo, Buat Kamu Yang Sering Nasihatin Orang Tapi Nggak Pernah Menerapkannya

Inta Official Writer
3167

Siang itu Wendy datang untuk menemui Tita. Tita baru saja putus dengan pacarnya dengan alasan tidak kuat kalau harus berada pada hubungan jarak jauh. Awalnya Wendy hanya berniat untuk menghibur Tita yang sedang gundah gulana, tetapi lama-lama Wendy justru mencetuskan sebuah nasihat, "Udah, Ta. Kalau yang udah ya udah. Kamu nggak boleh hubungi dia lagi. Udah pokoknya kamu block nomer dia, lepasin setiap hal-hal yang berbau dia dari hidup kamu dan mulai untuk menata hidup yang baru."

Tita hanya menanggapinya dengan senyum, kemudian berkata, "Iya, aku coba ya, Wen." Di jalan pulang Wendy berpikir, dirinya aja masih belum bisa move on dari mantannya. Boro-boro bisa melepaskan semua yang berbau mantannya, setiap malam aja kerjaannya cuma stalkingin akun media sosial si mantan.

Pernah nggak sih kita berada pada posisi kayak Wendy? Saat bisa memberikan sebuah saran yang sebenarnya kita sendiri belum tentu bisa melakukannya. Mudah banget rasanya buat memberi orang lain nasihat, sementara kita kasih diri sendiri ribuan alasan saat mencoba untuk menerapkan nasihat itu sendiri. Hal ini manusiawi sekali, kok. Bahkan ada salah satu studi yang secara khusus meneliti sikap kita seperti ini.

Solomon’s Paradox

Salah satu ilmuan bernama Igor Gorssmann dari University of Waterloo menyebut sikap ini sebagai Solomon's Paradox atau paradox salomo. Seperti yang kita ketahui, Raja Salomo merupakan raja ketiga bangsa Israel. Di Alkitab kita bisa menemukan kalau Raja Salomo sangat dikenal dengan kebijaksanaannya dalam memberikan nasihat bagi orang lain.

Bahkan selama pemerintahannya, ada banyak orang yang datang dari jauh hanya untuk mendapatkan hikmat dari Salomo. Seperti dituliskan dalam I Raja-raja 4:29-30, 34, “Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir…….Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.”

Sayangnya, Raja Salomo adalah salah satu orang yang awalnya berapi-api bagi Tuhan, kemudian berubah jadi suam-suam kuku. Inilah yang kemudian menjadikan kerajaannya hancur karena kegagalan dalam mengatur kehidupannya sendiri.

Penelitian Gorssman

Dari sini, Gorssman menamakan situasi ini di mana kita bisa memikirkan masalah orang lain dengan bijak, namun tidak bisa bersikap demikian ketika berhadapan dengan masalahan kita sendiri. Sikap inilah yang dinamakan sebagai Paradox Salomo.

Kalau sikap ini sangat manusiawi, maka bagaimana cara kita mengatasinya?

Gorssmann sendiri mencetuskan sebuah metode yang dinamakan The Best Friend Method, dimana kita harus bisa memberi jarak antara kita dan masalah yang sedang dihadapi untuk melihat atau menganalisisnya dari sudut pandang orang luar.

Penelitiannya ini membuat kita menempatkan diri sendiri sebagai orang ketiga, misalnya dia atau mereka. Hasilnya, kita bisa belajar kalau terkadang pendapat atau saran orang lain itu perlu, sehingga kita bisa melihat masalah secara objektif.

Hal lainnya adalah cara ini membuat kita juga bisa menjadi perenungan pribadi untuk memperhatikan setiap nasihat yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Sebab bisa jadi nasihat yang kita lontarkan tersebut sebenarnya sangat relevan dengan masalah yang sedang kita hadapi.

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami