Apa Yang Bikin Kita Layak Masuk Ke Hadirat Allah? Perbuatan Baikkah atau Ahli Taurat?
Sumber: https://i0.wp.com/psico.online/blog/wp-c

Kata Alkitab / 16 June 2018

Kalangan Sendiri

Apa Yang Bikin Kita Layak Masuk Ke Hadirat Allah? Perbuatan Baikkah atau Ahli Taurat?

Naomii Simbolon Official Writer
2747

 

Saat ini kita hidup di sebuah zaman dimana dosa sudah tidak dianggap lagi sebagai sebuah persoalan yang sangat serius. Benar atau salahnya ditentukan oleh masing-masing orang, bukan lagi oleh Tuhan. Beberapa orang bahkan memandang dosa sangatlah negatif untuk dialamatkan pada orang lain.

Mereka gagal melihat keseriusan dosa dan menolak untuk mencari solusi yang  radikal mengenai persoalan ini. Bahkan dosa dianggap bukan sebuah persoalan yang perlu dirisaukan. Solusi dosa ada pada tangan manusia, yang penting adalah berbuat baik, yang penting adalah mengikuti ritual keagamaan, dan yang penting adalah memiliki model spiritualitas tertentu.

Benar nggak sih demikian? Coba kita kaji kembali mengenai percakapan Yesus Kristus dengan nikodemus dalam Yohanes 3:1-8.

Dari ayat ini, kita akan melihat gimana kesalehan yang dibangun oleh manusia merupakan sebuah kesalahan karena dipakau menipu diri sendiri. Kesalahan yang bisa memberi kepuasan rohani yang semu, dan ini sering sekali lebih berbahaya daripada kesalahan yang kasad mata.

Jika semua agama membawa setiap penganutnya ke dalam kehidupan yang kekal yang berbahagia, maka Nikodemus akan berada di antrian deretan paling depan. Jika segala jenis kebaikan religius yang memadai bikin seseorang naik ke surga, maka Nikodemus merupakan salah satu orang yang paling pantas untuk menerimanya.

Yap! Nikodemus adalah seseorang yang nemenpati kedudukan yang istimewa karena dia adalah seorang pemimpin agama Yahudi dari golongan Farisi, dimana dia sangat diperlakukan sangat khusus oleh pemerintah Romawi dalam hal onotomi.

Dari kaca mata kultural dan relijius zaman itu, Nikodemus sangat beruntung karena dia dipandang seorang yang rohani, bahkan dalam kelompok relijius waktu itu, karena terkenal menaati hukum taurat, bahkan mereka juga terkenal membedakan diri dari rakyat yang biasa yang nggak menaati hukum taurat (Luk 18:10-14; Filipi 3:5-6)

Nggak cuma itu doang, Nikodemus juga sangat terlihat menonjol dari antara sesama relijius lainnya. Dia juga menunjukkan sikap kepada Yesus jauh lebih positif dari pada orang-orang Farisi lainnya.

Meskipun Yesus termasuk orang yang nggak belajar Taurat (Yohanes 7:15), Nikodemus nggak segan-segan untuk mengakuinya rabi sama sepertinya (Yoh 3:2;10) dan mendatangi untuk mendengarkan sesuatu dari Dia.

Namun meskipun Nikodemus sangat relijius dan taat pada taurat, dia tetap melakukan kesalahan.

Kesalahan fatal yang dia lakukan adalah gagal untuk melihat dosa sebagai sebuah keseriusan. Dosa merupakan sebuah persoalan yang fundamental dan butuh solusi yang radikal dan dalam hal ini Nikodemus tampaknya gagal mencerna kebenaran ini.

Itulah sebabnya Yesus bicara soal perlunya perubahan natur manusia yang berdosa.

Yohannes 3:3-8: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah..." Intinya bahwa siapapun yang ingin masuk dan melihat Kerajaan Allah harus menjalani proses tranformasi radikal ini.

Nikodemus pun gagal mengerti perkataan Yesus dalam firman tersebut.  Bahkan pengertian itu nyaris mengarah ke persoalan lain yang lebih fundamental yaitu natur yang berdosa. Dan hal ini nggak bisa diatasi dengan ritual yang relijius nggak pula dengan ketaatan atau kebaikan, atau mungkin karakter yang baik. Tapi persoalan dalam diri manusia seperti ini berada diluar kemampuan manusia.

Hanya Tuhanlah yang bisa melakukannya. Yap! Hanya dialah yang bisa melakukan kelahiran kembali, kelahiran illahi yang berasal dari atas bukan melibatkan upaya manusia seperti yang dimaksudkan oleh Nikodemus, namun semua murni oleh pekerjaan Allah.

Apa yang menyenangkan Allah seringkali bukanlah pencapaian-pencapaian yang kita lakukan bagi Dia melainkan pengakuan terdalam terhadap ketidakmampuan kita. Terkesan dengan kebaikan Allah pada kita jauh lebih penting daripada membuat Dia terkesan dengan kebaikan kita. Tanpa kekaguman terhadap anugerah-Nya yang menopang kita, tidak ada satupun upaya kita yang menyenangkan hati-Nya. Singkatnya, kita perlu menyadari dan mengakui ketidakmampuan diri yang adalah korban yang berharga di hadapan Allah daripada memamerkan kemampuan dan segudang keberhasilan kita di hadapan-Nya.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami