Ada seseorang yang punya pekerjaan mengesankan.
Hasil jerih payahnya bisa kita lihat dari segala hal yang dimilikinya. Dimulai
dari rumah besar, mobil mewah, atau liburan ke luar negeri. Kemudian ada salah
satu orang yang bertanya mengenai kunci kesuksesannya, dan ia berkata, "Setiap kesuksesan yang telah kuraih ini berasal dari jerih payahku."
Tentu saja, jawaban diatas ini tidak salah dan
sangat logis. Mengingat tanpa kerja keras, dirinya tidak akan bisa berada pada
titik ini. Ia juga meneruskan cerita jerih payahnya, mengingat ia berasal dari latar belakang sederhana.
Kemudian salah seorang temannya bertanya, "Bukannya semuanya berasal dari Tuhan?”
Pada Yeremia 17:5, “Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!”
Ketika kita menjadi pribadi yang mengandalkan
diri sendiri dan merasa bahwa apa yang kita miliki ini memang berasal dari
susah payah diri sendiri, maka sama saja seperti kita sedang menjauhkan diri
dari Tuhan. Kita jadi tamak dan merasa kalau segala hal yang kita miliki tidak akan pernah cukup.
Darimanakah sukses tersebut berasal?
Ketika kita mengandalkan kekuatan sendiri,
hasilnya bisa seperti para penggarap-penggarap kebun anggur di atas. Sikap
manusia yang tidak pernah puas dapat membuat kita buta pada kebenaran firman
Tuhan. Setiap kesulitan yang kita sedang hadapi, setiap jerih payah yang sedang
kita jalani, percayalah kalau hal ini tidak akan terjadi bila Tuhan tidak memberikan kita kesempatan untuk melakukannya.
Ada sebuah candaan yang sudah sangat akrab
dengan teling kita, "Kenapa air laut asin?" Kebanyakan orang yang
pernah mendengar candaan ini akan langsung membalas, "Karena ikannya keringatan dikejar-kejar nelayan."
Air laut asin bukan karena keringat ikan yang
kelelahan terus menerus berenang. Setiap keberhasilan kita bukan karena jerih
payah kita, namun karena kesempatan Tuhan yang mau menyediakan lahan bagi kita.
Saat berkata bahwa kesuksesan berasal dari
jerih payah kita, cobalah untuk kembali merenungkan setiap kesempatan yang
harus kita hadapi untuk mencapai kesuksesan tersebut. Kesempatan ini datang
dari Tuhan, kemudian jerih payah kita menjadikan kesuksesan tersebut semakin nyata.
Amsal 10:22, “Bekat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”
Saat berada dalam kesuksesan, kita harus
berhadapan dengan tanggung jawab yang jauh lebih besar lagi. Setiap keputusan
dan kesempatan bisa membawa kita dalam kesuksesan sekaligus kegagalan. Inilah kenapa kita harus terus merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Ketika kita menyerahkan diri pada Tuhan, dalam
kebenarannya, maka Tuhan akan memakai kita untuk kemulianNya. Tuhan telah
menyediakan kita ladang untuk kita tuai. Kini, tugas kita adalah untuk menanam
segala hal yang baik dan terus berada dalam kehendakNya.
Sumber : berbagai sumber