Oversharing Salah Nggak Sih? Berikut Adalah 5 Alasan Mengapa Orang melakukannya (Part 2)
Sumber: https://images3.persgroep.net/rcs/dGVHtF

Single / 29 May 2018

Kalangan Sendiri

Oversharing Salah Nggak Sih? Berikut Adalah 5 Alasan Mengapa Orang melakukannya (Part 2)

Inta Official Writer
1947

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai alasan-alasan mengapa ada orang yang cenderung melakukan oversharing. 3 alasan lainnya bisa dibaca disini, ya.

(Oversharing SalahNggak Sih? Berikut Adalah 5 Alasan Mengapa Orang melakukannya (Part 1))

4. Punya batasan pribadi yang buruk

Orang yang cenderung oversharing biasanya tidak memiliki batasan pribadi. Mereka tidak menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak sepantasnya untuk diberi tahu. Orang-orang yang tidak memiliki batasan bagi dirinya sendiri biasanya tidak memiliki orang terdekat yang bisa ia ajak mengobrol.

Di sisi yang lain, akan sulit bagi mereka untuk mendapatkan seorang yang mau dekat dengannya mengingat kebiasaannya yang oversharing seringkali membuat kita tidak mudah untuk mempercayakan cerita kita padanya.

5. Terlalu buru-buru untuk membuat orang lain merasa nyaman

Baik orang yang menceritakan hubungan intim atau cerita horor yang mereka alami semasa kecil seringkali membuat para pendengar berada pada posisi yang tidak nyaman. Beberapa orang juga mengungkapkan masalah yang mereka alami hanya sebagai cara agar mereka mendapatkan simpati. Seringkali sikapnya ini mendorong kita untuk ikut bercerita mengenai kehidupan privasi kita. Kalau diteruskan, bisa-bisa orang ini menggunakan informasi tersebut untuk memanipulasi kita.

Lantas, kalau ketemu dengan teman yang kalau cerita oversharing, gimana baiknya, ya?

Kalau kita mendapati teman yang memberi informasi mengenai kehidupan pribadi atau apa pun yang cenderung berlebihan, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan pertahan bagi diri sendiri dengan mengganti pokok pembicaraan. Cobalah dengan mengatakan, "Aku turut sedih mendengarnya. Apakah kamu tahu berita yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini?"

Tetapi kalau orang ini terus menerus mendorong kita untuk mendengarkan ceritanya, mungkin kita memang harus mengatakannya secara langsung. Katakan padanya bahwa kita tidak begitu nyaman kalau harus berbagi hubungan pribadi dengannya.

Terakhir, jangan ikutan penasaran dengan membalasnya. Hanya karena dirinya cerita kalau akan menceraikan istrinya, tidak berarti kita juga harus membalasnya dengan masalah perkawinan kita.

Lalu gimana kalau ternyata kita sendiri yang oversharing?

Ingat deh kalau tidak semua orang akan tertarik terhadap hal-hal yang akan kita ceritakan. Jadi ada baiknya kalau sebelum cerita pada orang lain, kita bertanya pada diri sendiri dahulu, apa sih tujuan kita menceritakan semua ini kepadanya?

Kalau memang kita sangat perlu teman untuk bicara, cobalah kita mulai saring apa aja yang perlu kita ceritakan dan apa saja yang tidak boleh kita ceritakan. Kemudian, pilihlah mereka yang benar-benar dekat dengan kita, misalnya sahabat maupun keluarga.

Lagi pula, bukankah kita sudah punya Kristus yang mau mendengar setiap keluh kesah kita? Seharusnya Kristus sendiri yang kita jadikan pribadi pertama yang kita cari saat kita mengalami kesusahan. Dengan cara ini kita bisa menjaga hati sekaligus menemukan jawaban dari permasalahan yang kita alami. 

Sumber : inc/amymorin
Halaman :
1

Ikuti Kami