Sebelumnya, kita telah membahas mengenai
alasan-alasan mengapa ada orang yang cenderung melakukan oversharing. 3 alasan lainnya bisa dibaca disini, ya.
(Oversharing SalahNggak Sih? Berikut Adalah 5 Alasan Mengapa Orang melakukannya (Part 1))
4. Punya batasan pribadi yang buruk
Orang yang cenderung oversharing
biasanya tidak memiliki batasan pribadi. Mereka tidak menyadari bahwa ada
hal-hal yang tidak sepantasnya untuk diberi tahu. Orang-orang yang tidak
memiliki batasan bagi dirinya sendiri biasanya tidak memiliki orang terdekat yang bisa ia ajak mengobrol.
Di sisi yang lain, akan sulit
bagi mereka untuk mendapatkan seorang yang mau dekat dengannya mengingat
kebiasaannya yang oversharing seringkali membuat kita tidak mudah untuk mempercayakan cerita kita padanya.
5. Terlalu buru-buru untuk membuat orang lain merasa nyaman
Baik orang yang menceritakan
hubungan intim atau cerita horor yang mereka alami semasa kecil seringkali
membuat para pendengar berada pada posisi yang tidak nyaman. Beberapa orang
juga mengungkapkan masalah yang mereka alami hanya sebagai cara agar mereka
mendapatkan simpati. Seringkali sikapnya ini mendorong kita untuk ikut
bercerita mengenai kehidupan privasi kita. Kalau diteruskan, bisa-bisa orang ini menggunakan informasi tersebut untuk memanipulasi kita.
Lantas, kalau ketemu dengan teman yang kalau cerita oversharing, gimana baiknya, ya?
Kalau kita mendapati teman yang
memberi informasi mengenai kehidupan pribadi atau apa pun yang cenderung
berlebihan, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan
pertahan bagi diri sendiri dengan mengganti pokok pembicaraan. Cobalah dengan
mengatakan, "Aku turut sedih mendengarnya. Apakah kamu tahu berita yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini?"
Tetapi kalau orang ini terus
menerus mendorong kita untuk mendengarkan ceritanya, mungkin kita memang harus
mengatakannya secara langsung. Katakan padanya bahwa kita tidak begitu nyaman kalau harus berbagi hubungan pribadi dengannya.
Terakhir, jangan ikutan penasaran
dengan membalasnya. Hanya karena dirinya cerita kalau akan menceraikan
istrinya, tidak berarti kita juga harus membalasnya dengan masalah perkawinan kita.
Lalu gimana kalau ternyata kita sendiri yang oversharing?
Ingat deh kalau tidak semua orang
akan tertarik terhadap hal-hal yang akan kita ceritakan. Jadi ada baiknya kalau
sebelum cerita pada orang lain, kita bertanya pada diri sendiri dahulu, apa sih tujuan kita menceritakan semua ini kepadanya?
Kalau memang kita sangat perlu teman untuk
bicara, cobalah kita mulai saring apa aja yang perlu kita ceritakan dan apa
saja yang tidak boleh kita ceritakan. Kemudian, pilihlah mereka yang
benar-benar dekat dengan kita, misalnya sahabat maupun keluarga.
Lagi pula, bukankah kita sudah punya Kristus
yang mau mendengar setiap keluh kesah kita? Seharusnya Kristus sendiri yang
kita jadikan pribadi pertama yang kita cari saat kita mengalami kesusahan.
Dengan cara ini kita bisa menjaga hati sekaligus menemukan jawaban dari
permasalahan yang kita alami.