Jangan Salahkan yang Lain, Inilah 2 Alasan Anak Tak Pernah Mau Mendengarkanmu!
Sumber: Vebma.com

Parenting / 28 May 2018

Kalangan Sendiri

Jangan Salahkan yang Lain, Inilah 2 Alasan Anak Tak Pernah Mau Mendengarkanmu!

Budhi Marpaung Official Writer
1809

Sejak dari zaman dulu, kita diajarkan untuk mendengarkan perintah ataupun nasihat dari orangtua. Namun, semakin hari ajaran tentang hal ini sepertinya sulit dilakukan oleh generasi di bawah kita. Apakah memang anak-anak zaman now lebih pemberontak daripada generasi sebelumnya atau ada hal lain?

Penulis dan Terapis Keluarga Julianto Simanjuntak mengungkapkan bahwa ia menemukan ada dua alasan mengapa anak masa kini cenderung tidak mau mendengarkan dan terbuka kepada ayah-ibu mereka. Alasan-alasan ini diterjemahkannya ke dalam bentuk pertanyaan dari sudut pandang anak.

Pertanyaan pertama mereka adalah “Apakah Saya Aman?” Perilaku aneh, unik yang ditunjukkan oleh seorang anak tidak datang dengan sendirinya. Ada faktor luar yang membuat pada akhirnya ia menunjukkan hal itu. Itu terakumulasi dari satu peristiwa ke lainnya. Faktor luar yang terkuat bagi diri seorang anak adalah orangtua.


Saat anak merasa terancam dengan ayah-ibunya sendiri, tidak menemukan rasa aman di lingkungan terdekatnya, biasanya anak itu tidak akan mau melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh orangtuanya. Contoh, ketika kita memerintahkan anak untuk mengonsumsi daging, ia justru akan lebih memilih makanan lain. Semakin dimarahi dan memberikan suasana yang menakutkan, ia semakin enggan melakukannya.

Lalu, pertanyaan kedua mereka adalah “Apakah Saya Diterima?” Setiap anak sesungguhnya tumbuh dengan kelebihan dan kekurangan. Kepribadian mereka pun bisa berbeda dengan yang lainnya. Tak jarang mereka mungkin memiliki pendapat yang berlainan dengan kita selaku orangtua. Ketidaksanggupan atau keengganan kita untuk menerima kelebihan, kekurangan, kepribadian, dan opini mereka akan membuat mereka jadi pribadi yang keras dan tertutup. Anak-anak kita akan susah dinasihati dan tidak akan mau jujur kepada kita.

Jika kita sudah mengetahui alasan mereka tidak mau mendengarkan dan terbuka, apa yang harus kita lakukan? Julianto Simanjuntak mengungkapkan bahwa untuk mengubah perilaku anak itu maka orangtua harus menjawab kebutuhan anak mereka.

Baca Juga: Pendeta ini Akui Gereja di Indonesia Belum Sepenuhnya Menjawab Kebutuhan Anak-anak

Ada tiga kebutuhan dari diri seorang anak yang harus kita selaku orangtua responi dengan tepat:  

1. Kebutuhan untuk dianggap.

Meski sepertinya mengikutsertakan anak di dalam kehidupan pergaulan kita, tetapi sikap kita yang justru tidak memperkenalkan anak kepada rekan kita atau menyuruh mereka duduk dengan teman kita yang baru mereka kenal, itu justru membuat mereka masa tersingkirkan.

Seorang anak merasa dianggap oleh orangtuanya jika di saat berbicara, ada kontak mata. Mereka juga akan dianggap bila kita mendengarkannya dan memikirkan dahulu apa yang kita akan sampaikan kepada mereka.

2. Kebutuhan untuk didengarkan

Sejujurnya banyaknya kegiatan yang kita berikan kepada seorang anak adalah kita tidak ingin mendengarkannya. Bentakan demi bentakan pada saat ia menanyakan sesuatu hal juga termasuk di dalamnya. Dengan kata lain,berbagai kesibukan yang kita buat untuk mereka adalah sebenarnya untuk mengusir mereka supaya tidak mengganggu kita. Dampaknya tidak terpenuhinya kebutuhan untuk didengarkan di dalam diri anak membuat mereka pada akhirnya memilih untuk memendam perasaan mereka.

Julianto Simanjuntak mengatakan bahwa orangtua perlu menyadari hal ini. Cara mendengarkan terbaik seorang anak adalah menerima perasaan mereka. Namun, bukan berarti kita harus menyetujui perasaan mereka. Penerimaan yang kita tunjukkan akan membuat mereka percaya diri dan tidak sungkan kepada kita.

3. Kebutuhan untuk dibimbing

Proses pengasuhan tidak selamanya berarti kita terus mengontrol kehidupan anak. Ketika beranjak remaja, mereka lebih nyaman bila orangtuanya melakukan bimbingan. Kita tidak mendikte kehidupan mereka, tetapi ketika mereka meminta nasihat, kita memberikannya.

 

Sesungguhnya tidak pernah ada anak yang sulit untuk dididik. Kitalah yang seringkali yang membuatnya seperti itu. Marilah berubah selagi masih ada kesempatan. Lihat, ketika kita berubah, mereka pun berubah. Puji Tuhan!

Sumber : IMAGO Creative Conference 2018; Julianto Simanjuntak
Halaman :
1

Ikuti Kami