Joas Adiprasetya merupakan seorang pendeta
jemaat GKI Pondok Indah. Menjadi salah satu speaker dalam acara Imago Creative
Conference, Joas menyatakan kalau terlepas dari banyaknya perubahan yang
kita alami seiring berkembangnya teknologi, kita juga jadi lebih dekat dengan kuasa dosa.
“Perkembangan teknologi tidak berbanding lurus dengan peradaban. Orang masih sangat primitive. Peradaban belum tentu berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Kebencian tetap muncul dari masing-masing pribadi. Orang bisa menjadi begitu kaya, namun masih sangat self-centered yang sangat mementingkan kepentingan pribadinya,” terang Joas yang juga adalah seorang dosen di STT jakarta.
Baca juga: Imago 2018 – Exponential Dalam Satu Orang Satu Kota, Kobarkan Semangat Pelayananmu!
Untuk menangani hal-hal semacam diatas, kita
perlu meregenerasi kepemimpinan, dimana habituasi merupakan kunci utama bagi
hal ini. "Kalau kita memiliki visi untuk menjadi gereja yang mejadi berkat
bagi Indonesia, maka kita harus punya pemimpin yang luar biasa. Kebiasaan kita
mengantarkan kita menjadi siapa kita sekarang," jelasnya Joas hari sabtu, 26 Mei 2018 kemarin.
Pada kesempatannya tersebut, Joas membagikan tiga model kepemimpinan gereja.
Model pertama dimana kita bisa melihat sebuah
kepemimpinan model piramida dengan kerucut ke atas. Model yang disebut sebagai
model kepemimpinan kyriarki ini menandakan bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh gereja adalah kepemimpinan tuan.
Model dua digambarkan dengan segitiga dengan
kerucut dibawah. Model ini disebut sebagai doularki. Kepemimpinan jenis ini merupakan kepemimpinan hamba.
"Krisis kepemimpinan umat Kristiani masa
kini adalah mereka yang seringkali mengaku sebagai hamba, sementara ingin diperlakukan sebagai tuan," kata Joas.
Menurutnya, model yang paling mendekati dengan kepemimpinan gereja seharusnya adalah sebagaimana kepemimpinan ini diajarkan oleh Kristus.
Baca juga: Imago 2018 - Tentang Dunia Digital, Inilah Pengertian DIGITAL Bagi Bos Astra Ini
Model terakhir ini disebut sebagai model
filiarki, digambarkan dengan bentuk lingkaran. Kepemimpinan jenis ini merupakan
kepemimpinan yang paling ideal untuk gereja, sebab kepemimpinan ini didasarkan oleh persahabatan.
"Pemimpin gereja dikatakan gagal saat
mulai melihat kalau jemaatnya tidak lagi butuh dilayani, tetapi akan berhasil saat menjadi sahabat bagi mereka," terangnya.
"Yesus minta kita untuk menggembalakan
domba-dombaNya. Ketika kita mendalami arti gembala, maka tidak akan ada orang
yang akan mengenali kita, kita harus melakukannya terus menerus, setiap hari
tanpa jeda dan harus berani kotor,"
"Kita tidak lagi membutuhkan orang yang
berani mati untuk Tuhan, tetapi kita membutuhkan orang-orang yang mau hidup
untuk Tuhan. Anak muda bukanlah pemimpin muda di masa depan, melainkan pemimpin
di masa kini," tutupnya.