Seniman Indonesia Glenn Fredly memandang bahwa persoalan
yang sedang nyata di Indonesia hari-hari ini adalah politik agama. Ia
mencontohkan bagaimana media sosial dipenuhi dengan hal-hal politik yang ujung-ujungnya tersangkut paut agama.
“Tetapi peruncingan paling besar pasti antara Islam dan
Kristen dan itu terjadi, contoh paling besar… itu ada di Ambon,” ujar Glenn Fredly di hadapan para peserta workshop Nationalism, Art, and Media IMAGO 2018 di Menara Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (25/5/2018).
Glenn mengatakan Maluku secara demografi, pertumbuhan masyarakat Islam-Kristen berimbang yakni 50 persen-50 persen. Bertahun-tahun orang-orang di Ambon hidup di dalam kesatuan. Budaya Pella Gandong yang diwariskan turun-temurun membuat mereka tidak melihat aneh saudara-saudara yang berbeda agama dari mereka.
Baca Juga: IMAGO 2018 - Guntur Romli: Lawan Konten-konten Radikalisme dengan Konten-konten Positif!
Pecahnya peristiwa konflik 1999, sambung penyanyi bersuara
merdu ini, begitu mengejutkannya karena ia meyakini saat itu bahwa Pella
Gandong sangatlah kuat. Tahun 2000, ia pun nekat datang ke tanah kelahirannya. Di sana, ia melihat betapa hancurnya Ambon saat itu.
Lima tahun kemudian tepatnya pada 2005, Glenn mengajak sejumlah teman untuk mengadakan sebuah konser perdamaian di Ambon. Hal itu pun terwujud.
“Pada akhirnya peristiwa di Ambon itu menyadarkan masyarakat bagaimana politik yang tidak dijalankan atau tidak dilakukan, diedukasikaan sejak dini kepada kita baik di dalam gereja, baik di dalam masyarakat beragama, itu akan menjadi suatu bahaya seperti kita lihat ini,” tutur Glenn.
Lebih lanjut Glenn menyatakan
bahwa dirinya sangat percaya bahwa agama bahwa tanpa pembahasan-pembahasan yang
substansial dan adanya sebuah dialog, agama itu akan menjadi kering.