Bukan Tuk Menghakimi, Tapi Ini 3 Kesalahan Orangtua Kristen Saat Mengajar Anak Soal Tuhan
Sumber: telemundo.com

Parenting / 21 May 2018

Kalangan Sendiri

Bukan Tuk Menghakimi, Tapi Ini 3 Kesalahan Orangtua Kristen Saat Mengajar Anak Soal Tuhan

Budhi Marpaung Official Writer
3191

Salah satu faktor untuk menjadi orangtua yang berhasil adalah sikap tidak berhenti belajar. Dengan sikap itu, hati dan pikiran mudah untuk dibentuk. Kita tidak menjadi arogan dan menganggap cara yang sudah kita terapkan adalah yang benar-benar paling tepat.

Di satu sisi, tidak ada orang tua yang benar-benar sempurna pada akhirnya. Namun, jika ada kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengubahnya, mengapa tidak melakukan hal itu?

Sebagai orangtua Kristen, mengajarkan soal Tuhan kepada anak adalah hal yang mutlak. Kita tidak bisa mengesampingkan persoalan ini. Bahkan beberapa pakar keluarga mengatakan bahwa pengajaran soal ketuhanan harus diberikan dari sejak sedini mungkin.


Sebegitu pentingnya tentang ketuhanan sampai-sampai kita juga perlu memastikan sejumlah hal termasuk tentang beberapa kekeliruan yang kerap dibuat oleh orangtua ketika sedang mengajarkannya kepada sang anak. Berikut 3 kesalahan fatal yang dimaksudkan:

1. Mengajar bahwa Tuhan selalu menjawab semua yang kita minta

Menganggap Tuhan adalah pengabul semua permintaan manusia adalah kekeliruan. Alkitab tidak mencantumkan hal itu. Firman Tuhan berkata, “mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Matius 7:7-8). Jika hanya mengambil satu ayat ini maka kita akan bingung kepada satu situasi dimana ternyata ada doa kita sepertinya tidak dijawab oleh Tuhan. Bagaimana justru menjelaskannya?

Penting untuk menjelaskan akan hal ini secara utuh, ya Tuhan adalah Allah yang mengabulkan permintaan kita. Namun, Tuhan memiliki cara dan waktunya sendiri.

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” (Yesaya 55:8)

Kita sebagai manusia (umat-Nya) harus beriman bahwa apa yang Ia kerjakan adalah untuk kebaikan kita.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

2. Mengajar bahwa Tuhan itu penuh dengan aturan yang harus ditaati. Jika melanggarnya, kita mendapat hukuman.

Alkitab pada bagian perjanjian lama memang menampilkan hal-hal terkait dengan hukum-hukum atau aturan-aturan. Namun, bukan berarti Tuhan kaku. Ia tidak pernah tersenyum atau suka dengan humor.

Jika kita membaca Alkitab dari awal sampai akhir, Allah justru ingin menampilkan diri-Nya yang penuh kasih. Hanya saja kasih-Nya tetap pada koridor keadilan-Nya. Hukum-hukum, aturan-aturan-Nya adalah karena Ia mencintai manusia, bukan membenci kita.

Baca Juga: Semua Ibu Kristen Perlu Membacanya, Ini Alasan Mengapa Kamu Wajib Punya Waktu dengan Tuhan

3. Mengajar Tuhan tanpa keteladanan

Anak-anak akan mau dan semakin mudah untuk mencari dan mengenal Tuhan secara pribadi jika orangtua memberikan keteladanan hidup. Sangatlah mustahil bagi anak untuk memercayai Tuhan jika ia melihat keseharian kita justru sangatlah buruk.

Tidak mungkin anak mau mendekat kepada Tuhan jika ia mengenal kita sebagai pribadi yang pemarah, tanpa ampun, dingin, suka berbohong, berbicara kotor, dan sebagainya. Jangan pernah berharap anak menjadi anak yang baik, sweet, dan peduli pada yang lainnya jika ia justru melihat perilaku kita hancur berantakan. Keteladanan adalah yang paling dibutuhkan anak di dalam hal ini, tidak lebih tidak kurang.

Sekali lagi apa yang dijabarkan di sini bukanlah untuk menghakimi atau mencari-cari kesalahan. Sejujurnya, ini dibuat agar anak mau mencari Tuhan, mengasihi-Nya, dan hidup di dalam kebenaran-Nya sepanjang hidupnya.

Sumber : Jawaban.Com
Halaman :
1

Ikuti Kami