Sebagian masyarakat
tentu saja masih menjadikan darah binatang yang baru disembelih sebagai campuran
makanan. Ada yang hanya mematangkannya saja dan ada pula yang mencampurkannya dengan
daging cincang yang dimasak. Sebagian orang Kristen yang mengkonsumsi daging babi
bahkan menjadikannya sebagai bumbu luar yang ditambahkan dengan cabai. Jangan tanya rasanya karena sudah pasti enak dan nikmat.
Tapi benarkah
memakan darah binatang baik buat kesehatan? Dari sebuah artikel dari Livescience.com, menuliskan bahwa memakan
darah binatang dalam jumlah yang sangat sedikit (hanya beberapa sendok teh
saja) dan darah yang bebas dari mikroorganisme parasit (seperti darah yang sudah
terkontaminasi dengan suatu penyakit) mungkin tidak akan berbahaya bagi kesehatan.
Namun mengkonsumsi darah binatang dalam jumlah yang banyak hanya akan menjadikannya racun bagi tubuh. Darah kaya akan zat besi, sehingga saat kita mengkonsumsinya tubuh akan mengalami risiko overdosis zat besi. Kondisi ini disebut dengan haemochromatosis yang bisa menyebabkan berbagai macam penyakit termasuk kerusakan hati, penumpukan cairan pada paru-paru, dehidrasi, tekanan darah rendah, dan gangguan saraf.
Baca Juga :
Mengapa Orang Kristen Makan Babi Sedangkan Orang Yahudi dan Islam Tidak?
Kamu Pasti Nggak Bakal Nyangka, Konsumsi Daging Babi Ternyata Sebabkan 7 Penyakit Ini Lho!
Penjelasan medis
ini terdengar logis bukan? Hal serupa juga dijelaskan dari sisi firman Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab.
Di Kejadian
9, Nuh menerima perjanjian dari Allah. Perjanjian ini berisi tentang penghapusan
pembatasan mengkonsumsi daging. Sehingga Nuh dan keluarganya diijinkan untuk membunuh
binatang sebagai hidangan. Tapi dibalik dari perintah itu, Allah mengingatkan supaya Nuh jangan sekali-kali memakan darah dari binatang yang disembelih.
“Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi
makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga
tumbuh-tumbuhan hijau. Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.” (Kejadian 9: 4)
Alasan Allah
melarang supaya mereka tidak memakan darah binatang adalah untuk mengajarkan mereka
menghormati kesucian hidup. Karena darah dipandang sebagai simbol kehidupan (baca
Imamat 17: 11). Kata pertama tentang darah yang disebutkan dalam Alkitab terdapat
pada Kejadian 4: 10 saat Allah menegur Kain yang telah membunuh saudaranya Habel.
Sementara dalam Perjanjian Baru, darah Kristus digambarkan sebagai ‘kematian Yesus’ (Efesus 2: 13; 1 Petrus 1: 19).
Sementara dalam
hukum Musa, melarang memakan daging yang masih ada darahnya karena dianggap tidak
bersih (Ulangan 12: 16). Sementara gereja mula-mula meminta orang-orang percaya
non-Yahudi untuk tidak memakan daging dengan darahnya supaya tak menyinggung saudara-saudara
Yahudi mereka serta menjauhkan diri dari praktik-praktik mistis kaum pagan (Kisah Para Rasul 15: 20).
Alasan lain
Allah melarang makan darah adalah perlakuan terhadap hewan. Tuhan tak ingin
manusia bertindak seperti binatang karnivora, yang menangkap mangsanya dan memakannya.
Karena itu, saat membunuh binatang Allah menganjurkan untuk mengalirkan darahnya ke tanah.
Lebih lanjut,
larangan makan darah yang disebutkan dalam Alkitab juga berkaitan dengan kesehatan.
Seperti penjelasan yang disebutkan di atas, kita bisa memahami bahwa di dalam
darah binatang bisa jadi ada patogen atau penyakit parasit. Apalagi kalau daging
dan darah dimakan dalam kondisi mentah. Allah tentu saja tak mau umatNya sakit
hanya karena mengkonsumsi sesuatu yang salah.
Allah melindungi
dan memjaga kehidupan dengan cara yang tepat. Alkitab jelas peduli dengan kesejahteraan
kita. Tuhan mau kita mempertahankan kehidupan, bukan mengambilnya. Dia mau kita
tetap aman, terhindar dari penyakit.