"Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Markus 10:9)
Perceraian. Banyak orang yang tentunya pernah memikirkan hal
ini, apalagi jika mereka sedang berada di dalam kesulitan dan terluka dalam pernikahan.
Tanpa memandang usia dan tahapan, kelas sosial ekonomi, ras, agama
bahkan orientasi sosial, perceraian hanya akan bikin kehancuran dalam kehidupan seseorang.
Supaya tragedi kehancuran itu tidak terjadi, maka kita harus bersikeras untuk mengindari perceraian.
Biasanya perceraian akan terjadi di dalam pernikahan ketika keduanya
mulai merasakan sebuah keraguan satu sama lain, pikiran yang negatif sehingga ketakutan mulai berbisik dan bikin perasaan kita kacau dan terluka parah.
Perceraian jarang sekali diputuskan dengan damai, dan sering
sekali dihadapi oleh banyak orang, dan pemicu utamanya adalah amarah yang meluap-luap dan sikap atau tindakan yang menyalahkan satu sama lain.
Nah, jika kamu bertanya-tanya mengenai kebiasaan yang menyebabkan perceraian, mari lihat sama-sama di bawah ini :
1. Komunikasi yang tidak lancar
Dalam sebuah hubungan pernikahan, tentu tidak baik jika satu
orang memainkan peran yang pasif atau agresif. Bayangkan saja, jika pasangan
tidak mau membahas hal-hal yang kecil, lalu gimana mungkin ada rasa saling percaya dan bertumbuh secara pribadi satu sama lain?
Gimana pernikahan bisa berkembang jika satu orang atau keduanya takut dengan konsekuensi atau masalah?
Jika kita merasa sesuatu perlu dibicarakan dan ditanyakan,
cobalah tanya kepada pasangan kita, dan bicara kepadanya, berikan dia tanggapan
yang benar dan terbaik. Jangan menutup mata
terhadap hal-hal yang kita tahu bisa menjadi lebih baik untuk pernikahan kita jika kita masih bisa membicarakannya bersama pasangan dengan baik.
2. Memprioritaskan anak-anak dibanding dengan pasangan
Kalau orang batak bilang "Anakkon ki do hamoraon di au" artinya anak adalah kekayaaan buat kita sebagai orangtua.
Memang benar, Allah memberikan kita anak sebagai hadiah dan
kita harus menjaga mereka serta mengajar mereka sesuai dengan kebenaran firman. Kita juga harus mengasihi mereka dan menyayangi mereka.
Namun bukan berarti semua waktu yang kita miliki justru
direbut oleh anak dan bukan berarti anak adalah segalanya sehingga kita mulai mengabaikan pasangan.
Anak-anak juga perlu melihat bahwa ibu adalah prioritas ayah dan demikian juga sebaliknya. Mereka juga ingin
tahu bahwa pernikahan orang tua mereka aman dan melihat konsistensi serta cinta orangtua mereka yang layak di contoh.
Anak-anak perlu melihat role model sebuah hubungan melalui kedua
orangtuanya ke depan. Jadi, jangan abaikan pasanganmu dan fokus kepada anak, karena hal ini akan memicu hal buruk terjadi dalam rumahtanggamu.
Misalkan suami yang tak lagi diperhatikan sehingga memutuskan
untuk menghabiskan waktu diluar bersama teman-temannya bahkan menjadi pemicu perselingkuhan.
3. Kecanduan dengan pornografi
Pornografi adalah hal yang disenangi oleh banyak orang hingga akhirnya dibicarakan sampai ke lingkungan gereja.
Hanya sedikit pasangan yang bisa menghindari obrolan semacam
ini, selainnya mereka justru menemukan kekebasan untuk melakukan dan kecanduan dengan hal-hal semacam ini.
Pornografi mengotori ranjang pernikahan dengan melihat media sosial,film dan berfantasi dengan diri sendiri.
Ketika seseorang melakukan hal ini, maka akan timbul
ketidakpuasan dari birahi dalam dirinya, bahkan menurut cerita teman saya yang
hampir bercerai, kecanduan pornografi membuatnya tidak tertarik melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
Nah, itulah 3 kebiasaan yang bisa menjadi pemicu perceraian di
dalam rumah tangga. Tanpa kesepakatan dan kerendahan hati di dalam Kristus,
maka perceraian akan terjadi.
Sehingga, pernikahan perlu dibumbuhi dengan hadirat Tuhan dan sama-sama
memiliki roh yang takut akan Dia dan hidup dalam romantisme bersama Kristus.