Pihak kepolisian di India
menyatakan kalau mereka menemukan mayat dengan kepala terpenggal dari pendeta
Pentakosta yang cukup banyak dikenal di sekitar hutan negara bagian Jharkhand di Timur.
Pendeta tersebut adalah Abraham
Topno. Istri dari pria yang baru menginjak usia 46 tahun ini memang telah melapor kalau suaminya hilang sejak Selasa malam.
Dilansir dari UCA News, keponakan
Pendeta Topno, Aman Christochit menjelaskan kalau ada 25 pemberontak Maois yang
bersenjata dan mengenakan seragam militer dan menyergap kendaraan yang
digunakan oleh Pendeta Topno sepulang
dirinya dari desa tetangga.
"Begitu mereka melihat
kendaraan tersebut datang, mereka langsung menghentikannya dan membawa Pendeta Topno pergi," ucap Christochit.
Inspektur pihak kepolisian Gimal
Kumar mengatakan kepada World Watch Monitor kalau pendeta Topno diculik dan
dibunuh pada tanggal 1 Mei kemarin saat taksi yang dinaikinya melewati hutan rindang yang berbahaya di dekat ibukota Ranchi.
"Mereka menarik Pendeta dan
sopir keluar, kemudian menutup mata mereka dan mengikat tangan mereka dengan tali. Setelahnya mereka memotong area lehernya," jelas Kumar.
Para pelaku kejahatan tersebut
membiarkan sang sopir, Ranga Singh Munda lari. Munda mengatakan kepada Polisi kalau para pelaku berkata, "kami hanya menginginkan Pendeta Topno"
"Pendeta Topno tidak
memiliki satu pun musuh dan dia terbiasa membantu penduduk deas," terang Christochit.
Kumar juga mengatakan kalau Maois memang sengaja telah menjadikan Pendeta Topno sebagai target karena mencurigainya sebagai seorang informan polisi. Keluarga dan kerabat pendeta langsung menolak tuduhan tersebut. Sebaliknya, mereka mengatakan kalau kaum Maois menjadikannya target karena ia banyak memenangkan banyak jiwa untuk Kristus.
Kaum Maois yang tersebar di
wilayah Nepal dan India sering bentrok dengan para penginjil Kristus karena pelayanannya. Orang Kristen di India.
Orang-orang percaya di India mengatakan
kalau Maois ingin menyebarluaskan ideologi mereka, sementara para penginjil terfokus pada membawa jiwa-jiwa bagi Kristus.
Salah seorang teman lama Pendeta
Topno, Pendeta Nuas Mundu mengatakan kalau setelah dirinya telah berhasil lulus
dari sekolah Alkitab, dirinya terpanggil oleh Tuhan untuk melayani di wilayah Tamar. Inilah waktu dimana para penginjil dan suku Maois saling bertentangan.
"Abraham Topno mengatakan,
'Saya adalah seorang pendeta dan saya disini untuk melayani Tuhan. Saya
memberitakan Injil bagi setiap orang, baik orang itu polisi, orang Maois atau orang biasa," kata Mundu.
Terlepas dari pembunuhan sadir
Pendeta Abraham, Susari, keponakannya mengatakan kalau pelayanannya bagi
Kristus bukanlah sesuatu yang sia-sia. Ada banyak orang yang datang kepada
Kristus lewat kabar baik yang disampaikan oleh Pendeta Topno.
"Gereja semakin bertumbuh
dengan bertambahnya anggota jemaat; setidaknya 60 sampai 70 orang datang untuk
beribadah," ungkap Susari. Bagi dia dan keluarganya, Pendeta Topno telah
menjadi berkat bagi banyak orang.