‘Belas Kasihan yang Memenangkan Penghakiman’, Pesan Pria Ini Kepada Jemaatnya
Sumber: Reader's Digest

Kata Alkitab / 3 May 2018

Kalangan Sendiri

‘Belas Kasihan yang Memenangkan Penghakiman’, Pesan Pria Ini Kepada Jemaatnya

Lori Official Writer
3767

Namanya Bill. Dia adalah mahasiswa pintar. Tapi penampilannya cukup berantakan, mulai dari rambut yang acak-acakan, memakai kaos bolong, celana jins tapi tanpa sepatu. Dia hanya punya sepotong pakaian itu selama empat tahun kuliah. Dia adalah sosok yang cukup aneh. Tapi tak lama kemudian, dia jadi seorang Kristen.

Di suatu Minggu, Bill memutuskan untuk pergi ke gereja yang terletak di seberang kampusnya. Gereja itu beraliran konservatif. Setiba di sana, Bill pun mulai masuk tentu saja tanpa sepatu dan dengan jins, kaos bolong serta rambutnya yang acak-acakan. Ibadah sudah hampir dimulai jadi Bill harus segera mencari tempat duduk yang kosong.

Bill benar-benar kesulitan mendapatkan tempat duduk karena memang semua kursi sudah penuh. Dengan penampilannya yang sangat kacau, jemaat gereja pun terlihat kurang nyaman. Tapi tak satupun yang berani menegurnya. Bill pun berjalan perlahan-lahan sampai dia hampir mencapai mimbar. Tapi di sanapun dia tak mendapatkan satu buah kursi kosong untuk ditempati. Akhirnya, dia memutuskan untuk jongkok di karpet dekat mimbar.

Sebagai mahasiswa, Bill merasa tindakannya biasa saja. Karena di kampus mahasiswa sudah terbiasa duduk di lantai bersama. Dia tak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang sama sekali tak pernah terjadi di gereja itu.

Semua jemaat gereja mulai merasakan ketegangan. Tiba-tiba seorang penatua gereja berjalan dari lorong gereja dan menghampiri Bill. Pria itu berlihat sudah berusia 80 tahun, ubanan dan mengenakan tiga setelan baju. Dia tampak sangat elegan, terhormat dan sopan. Perlahan, dia berjalan dengan tongkatnya menghampiri Bill yang sudah ada di depan sana.

Semua orang tentunya merasa keberatan dengan tindakan sang penatua itu. Mereka berpikir bahwa dia tak seharusnya menghampiri anak muda itu. Usianya yang sudah tua membuat pria itu cukup lama mencapai mimbar. Sementara seisi gereja seakan membisu menyaksikan tindakan penatua.

Semua mata mengamati setiap gerak-gerik pria tua itu dan masih terus bertanya tentang apa yang akan dilakukannya kemudian. Dan tiba-tiba, pria itu menjatuhkan tongkatnya ke lantai. Lalu dia mulai duduk di sebelah Bill dan mengajaknya bercerita supaya dia tak lagi merasa sendirian.

Menyaksikan momen itu, semua orang yang ada di gereja tiba-tiba merasa emosi. Saat mereka melihat apa yang sedang terjadi, penatua itu berkata, “Apa yang akan aku khotbahkan, kalian semua pasti tak pernah mengingatnya. Apa yang baru saja kalian lihat, kalian tidak akan pernah lupa. Berhati-hatilah dengan cara hidup kalian. Karena kalian adalah satu-satunya Alkitab yang bisa dibaca oleh orang lain.”

Ya, kita seharusnya adalah Alkitab terbuka bagi orang lain yang menyaksikannya. Kita bukanlah tubuh Kristus kalau hanya sekadar mendengar khotbah di gereja setiap minggu dan mengaku seorang Kristen. Tanpa perbuatan, iman kita hanyalah sia-sia. Jadi, mari ubah cara pandang kita. Biarkan belas kasihan hidup atas hati kita sehingga penghakiman tak lagi punya ruang untuk menguasainya.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami