Ngomongin soal cinta dan anak, tentulah peranan orangtua
sangat diperlukan. Mulai dari anak lahir dan beranjak dewasa, pastilah ada
banyak perubahan masa yang dialaminya. Semakin anak bertambah dewasa,
semakin banyak pula tanggung jawab orang
tua .
Dan nggak mungkin banget, orangtua akan melepaskan anak begitu saja dalam melewati setiap perjalanan hidupnya. Makanya nggak heran kalau ada banyak orangtua yang menjadi terlalu ikut campur soal urusan cinta sang anak dan bahkan seperti mengendalikan hidup anak sesuai keinginan orangtua.
Termasuk masalah cinta, alias ketertarikan mereka kepada
lawan jenis.
Bagi anak-anak remaja, masa pacaran merupakan masa yang
paling bahagia. Namun masa ini juga menjadi masa yang menegangkan bagi orang
tua, apalagi orangtua yang memiliki anak perempuan.
Mengingat zaman now, ada begitu banyak anak-anak muda
jatuh ke dalam dosa seks dan hamil diluar nikah pada usia remaja, orangtua
menjadi sangat was-was dan penuh posesif.
Sebenarnya sejauh mana sih orangtua boleh ikut terjun dalam hubungan asmara atau hubungan
pacaran sang anak?
1. Orangtua harus lebih bijak dan bukan posesif
Kuatir sih wajar, tapi jangan menjadi orangtua yang posesif
dan banyak aturan. Nggak semua anak bahagia jika terlalu diurusin oleh orangtua
kemana pun mereka pergi, setiap detik ditelepon, ditanyai dan lain sebagainya.
Berikan anakmu kebebasan sedikit dan jadilah bijak dalam
mengatur waktu jam keluarnya bersama teman-teman atau kekasihnya. Jangan
menjadi posesif yang membuatnya tidak nyaman dan pada akhirnya membohongimu.
2. Tegas sih sah-sah saja, tapi bukan menjadi orangtua yang mengerikan bagi anak.
Mendidik anak sesuai dengan kebenaran firman Allah
haruslah menggunakan kasih. Kasih mampu menjadikan anak taat kepada kamu dan
menghormati kamu, bukan malah melawan kamu dalam hatinya.
Ada banyak orangtua yang menjadi pemarah ketika sang anak
pulang telat. Tegas bukan berarti pemarah dan menjadi orangtua yang mengerikan
kan? Apalagi sampai memukul mereka dan menyakiti mereka dengan kata-kata kasar.
Jika ingin bersikap tegas, lakukanlah dengan kasih.
Bicara baik-baik, dan hukum mereka dengan sepatutnya. Misalnya, nggak boleh
bermain HP, atau hangout dengan teman-temannya dalam kurun 2 minggu, dan lain
sebagainya.
3. Bukan malah melarang mereka tetapi suport mereka mengenai apa yang mereka rasakan, berikan solusi bukan narasi ceramah
Yang menjadikan saya pacaran diam-diam pas masa SMA
adalah karena respon orangtua saya yang kesal
ketika saya ingin cerita soal saya menyukai seorang pria. Mama kesal dan tak
ingin bahas soal pacaran, apalagi cowok.
Sebagai orangtua, kamu harus menyadari bahwa anak kamu
memiliki rasa. Dia bukan bayi tapi dia sedang belajar menyukai oranglain dan
itu masanya dia. Wajar saja!
Jangan cuek dengan anak, dengarkan perasaan mereka ,
jadilah teman mereka bukan guru mereka
saja, jadilah sahabat mereka dan berikan suport yang benar.
Dengan itu, anakmu akan terus terbuka padamu mengenai hubungan bahkan sosok pria yang disukainya. Sehingga kamu tetap aman melindunginya dan ikut serta dalam proses asmaranya.
So, itulah 3 hal yang orangtua bisa pahami soal sejauh
mana orangtua ikut terjun dalam kisah hubungan cinta asmara anak remajanya.
Jadilahlah orangtua yang bijak ya! Terus doakan
pertumbuhan anakmu, Tuhan Yesus memberkatimu.