Belakangan ini warganet sedang
dihebohkan oleh berita tentang dua pasangan muda mudi yang ingin melangsungkan
pernikahannya padahal mereka baru duduk di kursi SMP. Si pria baru berusia 15 tahun, sementara wanita
baru saja berusia 14 tahun. Katanya, pernikahan yang diinginkan mereka bukan
berasal dari paksaan manapun, melainkan karena rasa cinta dari kedua belah pihak.
Menurut UNICEF, Indonesia
menempati posisi kedua setelah Kamboja yang menyumbang pernikahan dini di Asia
Tenggara. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, misalnya faktor ekonomi dan lingkungan.
Faktor lainnya adalah pandangan buruk
dari masyarakat pada perempuan dewasa yang belum menikah. Beberapa provinsi di
Indonesia percaya kalau menikah dini adalah kearifan lokal sebuah daerah. Orang-orang juga masih percaya kalau usia subur atau muda merupakan masa yang baik untuk segera menikah.
Lantas kapan sih usia yang tepat untuk menikah?
Berdasarkan data Badan Kependudukan dan
Kelaurga Berencana Nasional (BKKBN), pernikahan dini yang dialami oleh remaja
berkisar pada rentan usia belasan hingga 20-an akhir dengan alasan adat atau
kehamilan di luar nikah. BKKBN juga melaporkan kalau lebih dari 50 persen pernikahan dini berakhir dengan perceraian.
Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP)
menilai kalau pernikahan usia dini berpotensi meningkatkan angka putus sekolah
dan kemiskinan akibat berampasan hak anak untuk meraih pendidikan dan
berkembang. Umumnya, mereka yang masih berusia remaja masih belum memiliki keuangan yang stabil pun mengenai masa depannya.
Pada sebuah wawancara bersama konselor,
Jawaban.com juga kembali diingatkan kalau selain berpegang pada ayat 2 Korintus
6:14-15 yang mengajak kita untuk mencari pasangan yang seiman, faktor
kedewasaan juga menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan. Disini, dewasa
melingkupi banyak hal. Misalnya saja sikap dewasa yang dinilai dari kepribadian maupun dewasa secara rohani yang dimiliki oleh kita dan pasangan.
Menikah, untuk apa sih?
Bagi pasangan yang baru duduk di bangku SMP
ini, alasan sang gadis ingin menikahi pacarnya adalah karena dirinya tidak
terbiasa untuk tidur sendiri. Lalu, apakah alasan kita untuk menikah?
Pernikahan dalam Kristen merupakan sebuah panggilan pelayanan, yaitu untuk
menyaksikan Kristus dalam bentuk keluarga. Hubungan komunikasi yang baik dari pihak
suami maupun istri akan menjadi sebuah wadah bagi anak-anak untuk mengenal dan belajar mengenai kasih Bapa.
Pernikahan tergantung dari kesiapan diri masing-masing
Paparan data dan fakta diatas tidak lantas
membuat kita berkata kalau pernikahan harus dilaksanakan pada usia tertentu.
Kesiapan diri kita yang menentukan kapan kita akan menikah, tidak hanya
berdasarkan usia maupun jangka waktu pacaran.
Sebagai orang percaya, kita harus menyelidiki
hati kita terlebih dahulu sebelum melangkah pada sebuah pernikahan. Kita harus
ingat kalau Tuhan telah menyediakan segala yang terbaik dalam kehidupan kita.
Ketika kita berhadapan dengan pergumulan mengenai pasangan hidup, maka serahkan
kepada Tuhan dan imani kalau apa yang diberikan Tuhan adalah yang terbaik.
Dengan begitu, segala keputusan yang kita ambil ada di dalam dia. Di dalam Dia,
kita dapat berbuah banyak dan menjadi berkat bagi diri sendiri maupun orang
lain.