Hidup Mewah dan Suka Beli Barang Branded, Bisa Gak Sih Orang Kristen Bergaya Hidup Begini?
Sumber: TranslateMedia

Finance / 12 April 2018

Kalangan Sendiri

Hidup Mewah dan Suka Beli Barang Branded, Bisa Gak Sih Orang Kristen Bergaya Hidup Begini?

Lori Official Writer
6164

Kelahiran Yesus di kandang domba yang identik dengan kotor dan kemiskinan membuat orang Kristen terdorong untuk hidup sederhana. Jauh dari kesan mewah. Nggak sedikit orang Kristen yang punya banyak duit lebih memilih hidup sederhana. Meski bisa membeli mobil mewah sekelas Lamborghini, tapi mereka lebih memilih Avanza untuk dipakai sehari-hari. Atau meski bisa membeli pakaian mahal dan bermerek, tapi mereka lebih memilih pakaian yang dijual di pasar.

Mereka takut penampilan mewah yang mereka kenakan dari luar hanya akan jadi batu sandungan bagi orang Kristen lainnya. Tapi benarkah orang Kristen nggak bisa hidup mewah dan beli barang branded sekalipun mereka mampu memilikinya secara finansial?

Kebenarannya adalah setiap orang berhak menikmati hasil kerja kerasnya. Dia bisa membeli apapun yang bisa membuat dia bahagia asal hal itu adalah sebuah kebutuhan dan juga sesuai dengan kemampuan keuangan.

Yang salah adalah kalau seseorang berusaha ingin mengikuti gaya hidup mewah sementara hal itu tidak sesuai dengan kemampuan keuangannya. Itu gawat!

Misalnya, saat kita melihat tetangga punya mobil baru yang mahal. Kita pun merasa iri dan terdorong untuk punya mobil mewah yang jauh lebih bagus dari itu. Padahal kita sadar kalau kondisi keuangan kita sam sekali nggak sanggup untuk membeli mobil semacam itu. Tapi karena rasa pengen yang sangat tinggi, kita berupaya untuk membeli mobil yang sama.

Padahal kalau dihitung-hitung, penghasilan kita setiap bulannya bahkan tak cukup untuk menutupi kredit mobil yang harus dibayar. Misalnya, kita punya gaji 7 juta perbulan. Sementara cicilan mobil setiap bulannya sebesar 5 juta. Sisanya tinggal 2 juta. Sementara ada beberapa kebutuhan lain yang perlu ditutupi, seperti biaya kebutuhan bulanan keluarga, uang sekolah anak, biaya lampu listrik, biaya cicilan rumah dan sebagainya.

Ada banyak orang yang terjebak dalam gaya hidup ini. Ujung-ujungnya mereka berakhir pada masalah hutang yang terus menerus semakin membengkak.

Lain halnya bagi mereka yang memang punya usaha atau penghasilan yang jauh lebih besar. Nggak lagi punya cicilan. Atau mungkin sudah punya tabungan sebagai simpanan yang sudah dipersiapkan selama bertahun-tahun. Kalau kondisinya memang begitu, tentu saja nggak masalah kalau seseorang ingin membeli barang yang memang mereka inginkan.

Faktanya, Tuhan mau semua umatNya berhasil secara finansial. Tapi Dia juga menggaris bawahi bahwa kelimpahan dan kemewahan itu haruslah merupakan hasil kerja keras mereka sendiri.

“Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah.” (Pengkhotbah 5: 18-19)

Kita sudah dikaruniakan untuk menikmati yang Tuhan sediakan, termasuk kekayaan dan harta benda. Dialah yang benar-benar memampukan kita untuk menikmatinya. Dia juga mau kita menikmati hasil kerja kita. Tapi perlu diingat kita juga perlu punya kebijaksanaan untuk mengelola kekayaan kita untuk kemuliaan Allah juga. Salah satunya adalah dengan tidak membiarkan kekayaan, harta atau barang-barang branded kita sebagai berhala menggantikan Tuhan sendiri. Karena Tuhan harus tetap berada di posisi pertama di dalam hidup kita.

“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6: 9-10)

Ayat ini berbicara tegas kepada kita bahwa ‘akar dari segala kejahatan adalah cinta uang’. Saat kita punya banyak uang, mudah sekali bagi kita kehilangan fokus dan mulai terjerat ke dalam gaya hidup yang boros dan berlebihan. Uang bisa mengalihkan fokus kita dari Tuhan dan membuat kita hidup untuk menyenangkan diri kita sendiri. Karena itulah kita harus hati-hati mengontrol keinginan hati. Sekalipun kita dipersilahkan untuk menikmati kemewahan hidup atau bisa membeli barang-barang branded dan berkelas, bukan berarti kita harus kehilangan kontrol.

Akan lebih baik memakai apa yang kita miliki dengan sepantasnya dan sewajarnya. Dan memberikan sebagian dari yang kita punya untuk hal-hal yang lebih berguna bagi orang lain.

Jadi nikmatilah hasil kerja kerasmu dengan sewajarnya. Dan jangan biarkan pandangan kekristenan yang tabu akan kemewahan membuatmu enggan menikmati apa yang kamu punya.

Mari belajar melipatgandakan kekayaan dengan cara Tuhan dan menyisihkan sebagian dari yang kita punya untuk generasi mendatang. 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami