Pertikaian atau konflik pasti pernah dialami
oleh setiap pasangan dalam kehidupan pernikahannya. Katanya, pertikaian
dapat membuat seseorang menjadi lebih dekat. Tetapi, tidak semua orang mengetahui cara mengatasi amarah pasangan yang sedang meledak-ledak.
Kalau kita tidak mengatasi kemarahan pasangan
dengan bijak, bisa jadi hubungan yang akan menjadi korbannya. Sebagai
pribadi yang telah mengenal kasih, kita tidak dianjurkan untuk membahas
kemarahan dengan kemarahan. Justru sebaliknya, kita harus menyikapi kemarahan
tersebut dengan kasih. Kalau
sedang mengalami kondisi ini, yuk tangani amarah pasangan dengan 7 strategi ini.
1. Kuasai diri dengan tidak larut pada emosinya
Emosi dapat menular. Jika kita
menunjukkan kemarahan melalui cara bicara, perilaku atau hal lainnya, sama saja
kita sedang memberikan bahan bakar untuk membesarkan api amarahnya. Salah satu
teman mengatakan, ada kekuatan dalam diam. Alih-alih kita membalasnya dengan
amarah, kita bisa diam dan berdoa dalam hati agar diberi hikmat dalam setiap respon yang akan kita berikan.
2. Pastikan kita dan pasangan berada di tempat yang nyaman
Ada baiknya kita memilih untuk
duduk di sofa atau kursi yang nyaman dalam ruangan. Dibandingkan dengan
berdiri, duduk dapat membuat kita dan pasangan menjadi lebih rileks. Mungkin
ada kalanya pasangan kesal atau marah saat berada di tempat yang terbuka. Jika
kita mendapatinya seperti itu, ajaklah untuk berbicara kepadanya setelah sampai
di rumah atau tempat yang lebih nyaman agar bisa menyelesaikan masalah dengan baik.
3. Berbicara dengan halus
Kita harus memahami kalau emosi dapat menular kepada kita. Sikap tenang yang ada pada diri kita dapat membantu untuk menanganinya. Berbicara pelan dan menghindari nada tinggi dapat membuat pasangan juga bersikap hal yang sama.
Baca juga: Merasa Hubungan Pernikahan Merenggang? Mungkin 6 D Ini Adalah Penyebabnya. Segera Hindari!
4. Menempatkan diri kita pada posisinya
Empati dapat dilakukan ketika
kita memahami posisi pasangan. Kemarahan bisa dipicu oleh beberapa perasaan
negatif seperti kecemasan, ketidakberdayaan, rasa malu, pengkhianatan, atau hal
lainnya. "Aku tahu kalau kamu marah. Aku tidak mengerti apa yang sedang
kamu pikirkan. Mungkin sedang terluka, kecewa atau merasa diabaikan. Bisa kita
membiacarakannya?" Pertanyaan ini bisa kita coba untuk ajukan kepada pasangan secara perlahan.
5 Diam dan dengarkan
Marah membutuhkan energi.
Kemarahan yang dialami oleh pasangan kita paling hanya akan berlangsung selama
sepuluh sampai lima belas menit. Perlawanan hanya akan mengarah pada amarah
yang tidak kunjung selesai. Cobalah untuk mendengarkan agar kita bisa memahami
apa yang sedang dialaminya. Komunikasikan kalau kita sedang mendengar melalui kata-kata, ekspresi wajah, atau bahasa tubuh kita.
6. Memohon maaf
Mengakui peran kita dalam amarahnya
dapat membawa kita dan pasangan pada sebuah diskusi yang jujur dan tidak
melibatkan pembelaan diri. Minta maaf dan katakan kalau kita menyesal telah melakukan hal tersebut.
7. Tekankan padanya untuk tidak membahas masa lalu
Dalam pertikaian, salah satu
argumen yang sering ditemukan adalah situasi saat pasangan mulai mengungkit
kejadian pada masa lalu. Terkadang, masalah akan menjadi lebih panjang jika salah satu sudah mulai membahas mengenai apa yang pernah dialami.
Cobalah jelaskan kepadanya untuk
tidak lagi berdiskusi mengenai masa lalu. Seharusnya, masa lalu tidak lagi
membayang-bayangi kita yang ada pada masa sekarang. Mungkin kita akan merasa
bingung atau frustasi saat pasangan mulai membahasnya. Tetapi hal ini juga
menunjukkan kalau pasangan belum bisa melepaskan perasaan mengenai kejadian tersebut.
Ketika situasi mulai tenang, cobalah untuk
berdiskusi mengenai kejadian masa lalu yang masih menghantuinya tersebut.
Kemudian, berkomitmen padanya untuk tidak lagi membahas mengenai kejadian di masa lalu.
Setiap pasangan pasti pernah mengalami konflik
dalam rumah tangganya. Tidak ada orang yang sempurna dalam kehidupan ini, karenanya
orang berkata kalau menikah adalah proses mengenal satu sama lain seumur hidup.
Sumber : psychologytoday