Didesak Pemerintah Untuk Tak Lagi Beribadah, Gereja Di Cina Disebut Sebagai ‘Underground’
Sumber: https://www.equaltimes.org/local/adapt-i

Internasional / 11 April 2018

Kalangan Sendiri

Didesak Pemerintah Untuk Tak Lagi Beribadah, Gereja Di Cina Disebut Sebagai ‘Underground’

Inta Official Writer
3928

Kantor kosong mulai diisi oleh lantunan suara piano, ada orang berbondong-bondong datang dan perlahan musik mulai diiringi oleh lagu-lagu pujian Kristen. Biasanya, sekitar 60 orang akan datang untuk beribadah di Gereja ‘Underground’ di Shanghai ini.

Di Cina, kurang lebih terdapat 68 juta orang Kristen yang kebanyakan diantara mereka adalah Protestan. Para ahli memperkirakan kalau jumlah ini akan terus meningkat pada beberapa tahun ke depan. Tetapi, banyak praktisi menolak gereja-gereja yang memiliki izin dari negara, karena mereka diduga melayani demi kepentingan dan ideologi Partai Komunis di Cina.

Khotbah diperiksa dan dikecam, bahkan beberapa gereja memiliki kamera pengawas untuk menyelidiki siapa saja yang berdoa disana. Akibatnya, orang Kristen yang ada di Cina lebih memilih untuk mengadakan ibadah di gedung perkantoran, rumah-rumah atau tempat doa yang mereka sebut sebagai '‘Underground’ Churches' alias gereja bawah tanah.

Sebagai jantung orang Kristen di Cina, Zhejiang dipaksa untuk menyingkirkan lambang salib di gereja-gereja. Baru saja di bulan Januari, salah satu gereja penginjilan terbesar di provinsi Sanxi Utara hancur karena ulah paramiliter menggunakan buldoser dan dinamit.

Februari ini, peraturan untuk agama mulai berlaku, yang terfokus pada gereja ‘Underground’ ini. Jika ada tempat ibadah yang tidak terdaftar di pemerintah pusat, maka pihak gereja akan di sidang dan properti yang mereka gunakan terpaksa harus disita.

Di kota-kota besar, seperti Shanghai atau Beijing, orang percaya sering dianiaya oleh penguasa setempat. Tetapi, tekanan ini nampaknya tidak menggoyahkan mereka yang beribadah di gereja ‘Underground’. 'Iman kami kuat. Jika kami ditutup, maka kami akan mengambil semua barang-barang kami dan mulai beribadah di tempat lain,' ungkap Li, salah satu anggota gereja ‘Underground’.

Secara legal, orang-orang di Cina bebas untuk melakukan memilih dan melakukan praktik keagamaan dan negara meresmikan lima agama: Buddha, Katolik, Daoisme, Islam dan Protestan. Meskipun demikian, negara tetap berpegang teguh pada ideologi komunis yang cenderung tidak menganut agama apa pun.

Negara Cina merupakan salah satu negara penerbit Alkitab terbesar di dunia. Perusahan The Amity Printing adalah salah satu perusahaan percetakan Alkitab resmi di Cina yang kerap mengekspor tiga dari empat Alkitab dengan jumlah jutaan cetak Alkitab setiap tahunnya, dilansir dari Christianity Today. Namun, minggu lalu pemerintah di Cina melarang penjualan Alkitab secara online, sehingga orang percaya hanya diizinkan untuk membelinya di toko-toko buku gereja.

Baca juga: Warga Cina Tak Bisa Akses Kata Kunci Alkitab di Situs Penjualan Online. Ini Alasannya!

Hampir setengah dari populasi orang percaya di Cina memilih untuk beribadah di gereja ‘Underground’ dibandingkan dengan gereja legal di Cina. Menurut mereka, gereja ‘Underground’ dapat memberikan sebuah kedekatan seperti keluarga pada setiap anggota gereja.

Gereja ‘Underground’ memilih lokasi seperti gedung kantor yang kosong, rumah-rumah anggota, atau sebuah lokasi kosong yang bisa digunakan untuk berdoa. 

Sumber : equaltimes
Halaman :
1

Ikuti Kami