"Aku mencintaimu" merupakan sebuah kata yang
berarti bahwa kamu mengambil sebuah langkah besar dalam hubungan kencanmu
dengan seseorang.
Cinta akan membawa kita ke dalam sebuah beban dari
perjanjian potensial dan keintiman hubungan di masa depan.
Ada banyak orang yang nggak memikirkan hal ini, sehingga
dengan mudah mengeluarkan kata-kata "aku mencintaimu" tanpa
memikirkan dampaknya di masa depan. Baik bagi si pasangan bahkan diri sendiri.
Lalu, kapan sih kita layak dan seharusnya mengucapkan
kata-kata ini?
Pas saya mendengar kalimat ini pertama sekali dari
seorang pria yang lama PDKT dan kencan denganku, aku merasakan sebuah perubahan
dari kami berdua, semakin intim dan ada ikatan cinta dan kasih yang terbuka
yang mulai membawa kami kepada keseriusan soal hubungan, maksudku kami mulai
memikirkan ke pernikahan dan benar-benar belajar soal cinta . Itulah sebabnya
mengapa saya katakan, bahwa untuk
mengucapkan kata-kata "aku mencintaimu", kita perlu dibimbing oleh
prinsip-prinsip Alkitabiah, biarkan Tuhan memberi kita kebijaksanaanNya dalam
memutuskan hal ini, karena kata ini akan sangat menentukan sesuatu di masa
depan. Jangan terlalu buru-buru, coba ikuti prinsip-prinsip berikut ini :
1. Katakan aku mencintaimu, ketika kamu tidak merasakan sebuah emosi yang menggebu-gebu.
Ketika saya sekolah SMK dulu, saya berkencan dengan
seorang pria namanya Alex. Hubungan pacaran kami begitu cepat sampai ke fisik.
Ada saat-saat ketika kami berciuman, dan itu membuat saya percaya bahwa saya
benar-benar mencintai Alex, pria yang saya kencani dan demikian sebaliknya.
Meskipun saya nggak begitu nyaman dengan apa yang kami
lakukan, akhirnya saya memutuskan untuk menerimanya sebagai kekasihku karena
rasa emosi yang menggemakan "cinta."
Emosi sangat terkait banget dengan perilaku fisik kita.
Itu salah satu alasan mengapa saya menyarankan agar teman-teman tidak memulai
hubunganmu dengan bercumbu ataupun ciuman sekalipun, karena itu sama sekali
nggak menghormati rancangan Allah, dan ini juga sangat perlu karena melindungi
diri kamu secara intim serta menjaga kemurnian hati kamu dalam memilih “Apakah
dia pasangan yang tepat."
Tempatkanlah Kristus di depan hubunganmu, jangan
menempatkan emosi yang pada akhirnya membuatmu salah memilih . Mintalah
kebijaksanaan untuk mengetahui apakah kamu benar-benar mencintainya, sesuai
dengan Alkitab dan bukan karena emosional.
2. Katakan aku mencintaimu ketika kamu sudah membangun
kepercayaan atau sudah percaya padanya
Saya ingat beberapa waktu lalu, saya mendoakan seorang
pria sekian lama dan kami mulai berkencan. Terbilang lama bagi kami serius
untuk menjalani hubungan ini, hingga akhirnya dia menyatakan cinta dan aku
mengakui rasa cinta kepadanya, sehingga kami pun mulai membangun sebuah ikatan
atau perjanjian cinta.
Seiring dalam perjalanan hubungan kami, ada banyak
kesalahpahaman dan selalu berantem satu sama lain dan itu dengan masalah yang
sama.
Coba tebak? Yap! Karena ketidakpercayaan satu sama lain.
Saya sering terganggu dengan masa lalunya dan dia sering
terganggu dengan pria yang berkomunikasi denganku. Hubungan kami dilandasi
dengan rasa tidak saling percaya, dan itu benar-benar menghancurkan rasa cinta
yang pernah kami ucapkan awal pertama pacaran.
Saya tidak ingin hal ini terjadi pada kamu. Menghianati
perjanjian cinta dan membohongi firman Allah. 1 Korintus 13: 4 menuliskan bahwa
kasih itu percaya segala sesuatu. Dan saya ingin hal itu terjadi dalam dirimu
dan hubungan kencanmu. Jika kamu belum bisa membangun dasar itu, artinya kamu
belum sepatutnya mengatakan "aku mencintaimu."
Nah itulah 2 prinsip yang bisa kamu pegang saat ini.
Jangan ikuti emosi dan perasaanmu sebelum kamu memastikan bahwa semua benar-benar
bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan.