Jangan Buru-buru Ungkapin Rasa Cinta. Selidiki Hubunganmu Dengan Prinsip Alkitabiah Ini

Single / 9 April 2018

Kalangan Sendiri

Jangan Buru-buru Ungkapin Rasa Cinta. Selidiki Hubunganmu Dengan Prinsip Alkitabiah Ini

Naomii Simbolon Official Writer
2823

"Aku mencintaimu" merupakan sebuah kata yang berarti bahwa kamu mengambil sebuah langkah besar dalam hubungan kencanmu dengan seseorang.

Cinta akan membawa kita ke dalam sebuah beban dari perjanjian potensial dan keintiman hubungan di masa depan.

Ada banyak orang yang nggak memikirkan hal ini, sehingga dengan mudah mengeluarkan kata-kata "aku mencintaimu" tanpa memikirkan dampaknya di masa depan. Baik bagi si pasangan bahkan diri sendiri.

 

Lalu, kapan sih kita layak dan seharusnya mengucapkan kata-kata ini?

Pas saya mendengar kalimat ini pertama sekali dari seorang pria yang lama PDKT dan kencan denganku, aku merasakan sebuah perubahan dari kami berdua, semakin intim dan ada ikatan cinta dan kasih yang terbuka yang mulai membawa kami kepada keseriusan soal hubungan, maksudku kami mulai memikirkan ke pernikahan dan benar-benar belajar soal cinta . Itulah sebabnya mengapa saya katakan, bahwa  untuk mengucapkan kata-kata "aku mencintaimu", kita perlu dibimbing oleh prinsip-prinsip Alkitabiah, biarkan Tuhan memberi kita kebijaksanaanNya dalam memutuskan hal ini, karena kata ini akan sangat menentukan sesuatu di masa depan. Jangan terlalu buru-buru, coba ikuti prinsip-prinsip berikut ini :

 

1. Katakan aku mencintaimu, ketika kamu tidak merasakan sebuah emosi yang menggebu-gebu.


 

Ketika saya sekolah SMK dulu, saya berkencan dengan seorang pria namanya Alex. Hubungan pacaran kami begitu cepat sampai ke fisik. Ada saat-saat ketika kami berciuman, dan itu membuat saya percaya bahwa saya benar-benar mencintai Alex, pria yang saya kencani dan demikian sebaliknya.

Meskipun saya nggak begitu nyaman dengan apa yang kami lakukan, akhirnya saya memutuskan untuk menerimanya sebagai kekasihku karena rasa emosi yang menggemakan "cinta."

 

Emosi sangat terkait banget dengan perilaku fisik kita. Itu salah satu alasan mengapa saya menyarankan agar teman-teman tidak memulai hubunganmu dengan bercumbu ataupun ciuman sekalipun, karena itu sama sekali nggak menghormati rancangan Allah, dan ini juga sangat perlu karena melindungi diri kamu secara intim serta menjaga kemurnian hati kamu dalam memilih “Apakah dia pasangan yang tepat."

Tempatkanlah Kristus di depan hubunganmu, jangan menempatkan emosi yang pada akhirnya membuatmu salah memilih . Mintalah kebijaksanaan untuk mengetahui apakah kamu benar-benar mencintainya, sesuai dengan Alkitab dan bukan karena emosional.

 

 

2. Katakan aku mencintaimu ketika kamu sudah membangun kepercayaan atau sudah percaya padanya

 


Saya ingat beberapa waktu lalu, saya mendoakan seorang pria sekian lama dan kami mulai berkencan. Terbilang lama bagi kami serius untuk menjalani hubungan ini, hingga akhirnya dia menyatakan cinta dan aku mengakui rasa cinta kepadanya, sehingga kami pun mulai membangun sebuah ikatan atau perjanjian cinta.

 

Seiring dalam perjalanan hubungan kami, ada banyak kesalahpahaman dan selalu berantem satu sama lain dan itu dengan masalah yang sama.

Coba tebak? Yap! Karena ketidakpercayaan satu sama lain.

Saya sering terganggu dengan masa lalunya dan dia sering terganggu dengan pria yang berkomunikasi denganku. Hubungan kami dilandasi dengan rasa tidak saling percaya, dan itu benar-benar menghancurkan rasa cinta yang pernah kami ucapkan awal pertama pacaran.

 

Saya tidak ingin hal ini terjadi pada kamu. Menghianati perjanjian cinta dan membohongi firman Allah. 1 Korintus 13: 4 menuliskan bahwa kasih itu percaya segala sesuatu. Dan saya ingin hal itu terjadi dalam dirimu dan hubungan kencanmu. Jika kamu belum bisa membangun dasar itu, artinya kamu belum sepatutnya mengatakan "aku mencintaimu."

 

Nah itulah 2 prinsip yang bisa kamu pegang saat ini. Jangan ikuti emosi dan perasaanmu sebelum kamu memastikan bahwa semua benar-benar bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami