Bicara soal
tertimpa masalah, kita pasti nggak mau ada di posisi itu. Tapi siapa sih yang nggak
pernah mengalami masalah? Pasti semua orang pernah ada di posisi itu. Walau kadarnya yang mungkin berbeda.
“Proses kehidupanlah yang akan membuat kita lebih kuat dan tegar.” Kalimat ini kerap kali diucapkan orang-orang bijak dan mungkin diantara kita juga pernah mengucapkannya, bukan?
Kisah si
keledai tua ini bisa mengajarkan kita soal bagaimana harusnya kita berespon yang
benar ketika masalah muncul di depan. Seperti biasa, kita mungkin akan merasa
gentar pada awalnya. Tapi waktu kita mulai meresponinya dengan tepat, masalah itu bukan saja akan lebih mudah diatasi tapi juga bisa semakin mendewasakan kita.
Inilah yang dialami seekor keledai tua milik seorang petani di sebuah desa. Pada suatu hari, keledai ini terjerembab ke dalam sebuah sumur. Tentu saja rasa sakit yang dialaminya membuatnya menjerit dan ketakutan karena kondisi sumur yang dalam sangat gelap.
Baca Juga :
Yosi Project Pop: Kita Adalah PEMENANG Dari Setiap Persoalan
Bersyukur, Kunci Semua Persoalan
Berjam-jam
lamanya, sang keledai terus meronta meminta pertolongan dari tuannya. Si pemilik
kuda pun mendengar jeritan keledai tuanya itu. Menghampiri sumur dan melihat ke
dalam sumur. Sejenak dia berpikir, “Ah, sumurnya terlalu dalam. Lagian keledai ini
sudah cukup tua dan tak mungkin bisa diselamatkan lagi. Akan lebih baik kalau sumur ini ditutupi saja.”
Akhirnya si
petani memutuskan untuk menimbun sumur. Dia pun memanggil teman-temannya yang lain. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Waktu si
keledai menyadari apa yang sedang terjadi, tangisnya semakin menjadi-jadi.
Sekopan demi sekopan tanah mulai menimbun tubuhnya. Kakinya bahkan mulai tertanam oleh tanah-tanah itu.
Di tengah
kepanikannya, dia mulai berpikir keras. Diam pun berhenti meronta dan mencari cara
supaya tak mati ditimbun oleh tanah-tanah itu. Dia mulai membuat lompatan demi
lompatan. Setiap kali tanah dilemparkan ke dalam sumur, si kuda mulai melompatinya
dan berdiri tegak di atas tanah itu. Dia terus mengguncang tubuhnya yang penuh tanah supaya tanah-tanah itu jatuh.
Sementara
si petani dan tetangga-tetangganya tak berhenti menuangkan tanah kotor ke atas
punggung hewan itu. Mereka bahkan mengira si keledai sudah mati. Tapi akhirnya mereka
mulai takjub dengan apa yang mereka lihat. Setelah tanah hampir menutupi sumur,
si keledai muncul di atas timbunan tanah. Dia berdiri dengan kaki yang tegak dan melihat kembali terang di atas permukaan tanah.
Si keledai berhasil
melewati kengerian saat berada di dalam sumur gelap itu. Dia juga berhasil melewati
malapetaka ketika pemiliknya berencana untuk menguburnya hidup-hidup di dalam sumur itu.
Bahan Renungan:
Kisah keledai
tua ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan akan muncul kondisi-kondisi yang
silih berganti. Entah itu suka, duka, masalah maupun tantangan. Tapi semua itu diijinkan Tuhan terjadi sebagai proses untuk mendewasakan kita.
Bagaimana respon
kita untuk menghadapinya, itulah kunci yang bisa membuat kita menang
melewatinya. Seperti di keledai tua itu,
dia berjuang untuk tetap hidup dan selamat dati sumur itu dengan memilih respon
yang benar. Dia mengguncangkan tanah yang menimbun tubuhnya dan terus melompat menaiki tanah-tanah itu sampai dia berhasil naik ke atas sumur.
Tanah itu ibarat
masalah dan si keledai menjadikannya sebagai pijakan untuk menyelamatkan diri. Itulah
respon yang seharusnya kita lakukan saat berhadapan dengan masalah. Bukannya terus-terusan
menangisi situasi, tapi mengambil waktu untuk berdiam dan mulai mencari solusi.
Sebagai orang Kristen, firman Tuhan selalu mengingatkan
kita untuk tidak fokus kepada masalah. Tapi fokus kepada Tuhan saja. Karena Tuhan
kita jauh lebih besar dari masalah yang kita hadapi. Jadi sembari mencari cara untuk
keluar dari masalah, kita juga perlu meminta pertolongan dari Tuhan. Karena bersama
Dia kita akan cakap menanggung segala persoalan dalam hidup ini.
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4: 13)