Beberapa tahun lalu, saya pernah melayani seorang janda usia 35 tahun. Mungkin jika kamu mengikuti perkembangan tulisan saya di bagian inspiring, kamu tentu mengetahuinya.
Yap! Dia memutuskan bercerai. Alasannya karena mereka berbeda dan akhirnya memutuskan untuk bercerai. Mulai dari berbeda pendapat hingga berbeda hobi dan banyak hal.
Kedengarannya kalimat "kami terlalu berbeda dan kami
sudah bercerai," atau "Mungkin ini adalah keputusan terbaik demi
mendapatkan kehidupan yang tenang," merupakan kata frasa yang terdengar begitu polos dan santai. Tetapi kamu harus tahu bahwa kata ini sangat mematikan.
Ada banyak faktor yang bisa menghalangi pernikahan yang baik, tapi sering sekali suami/istri lalai dan membiarkan celah terbuka sehingga kekacauan masuk.
So, untuk memastikan biar pernikahanmu bisa bertahan dan berkembang, saya mengutip dari Crosswalk, bahwa ternyata ada beberapa hal yang wajib banget kamu waspadai karena ini bisa membunuh hubungan pernikahan kamu. Coba deh cek di dibawah ini :
1 Keluarga
What Masak sih keluarga bisa membunuh pernikahan kami?
Yap Kedengarannya nggak mungkin. Karena seharusnya keluarga berdiri sebagai pendukung, setuju nggak?
Iya keluarga memang sesekali menjadi pendukung pernikahan kita.
Tapi kadang kita lebih memihak kepada keluarga sehingga menghabiskan waktu dengan mereka.
Tidak masalah jika kita sesekali menghabiskan waktu dengan mereka, tetapi bukan berarti kita lebih memprioritaskan keluarga daripada pasangan kita bukan?
Ketika kita sudah menikah, itu berarti kita memiliki keluarga
sendiri. Sayangnya ada banyak pernikahan yang berjuang hanya karena kurangnya
prioritas, mereka selalu memberikan diri ditarik oleh orang lain dalam setiap acara, baik itu acara keluarga dekat bahkan teman-teman.
Pernikahan sehat seharusnya bisa belajar memilih untuk memprioritaskan pasangannya lebih dari keluarga.
2 Kurangnya komunikasi
Saat ini rata-rata pasangan menghabiskan waktu hanya beberapa
menit untuk memulai percakapan yang berkualitas. Gampang banget membiarkan
hidup sibuk dengan banyak urusan dan jarang terhubung satu sama lain dengan
orang yang kamu cintai. Tetapi percayalah, kalau kamu selalu begitu dengan pasangan, akan dipastikan pernikahan kamu akan terhanyut dan tidak ada kemajuan yang signifikan. Yang ada akan penuh salah paham dan anak-anak terabaikan.
Luangkan waktu untuk terhubung dan komunikasi dengan pasangan kamu sesering mungkin.
3 Stres
Bagi banyak orang, sangat gampang melampiaskan rasa stress kepada pasangan kita.
Entah dengan suara yang meledak-ledak atau melemparkan barang dan lain-lain.
Stress bisa timbul, mulai dari masalah keuangan, penyakit, kehilangan pekerjaan, dan kesedihan. Tetapi bagi pasangan yang sehat, dalam situasi ini, mereka justru akan bersama-sama, bersatu saling diskusi, berbagi beban dan mengandalkan Tuhan.
4 Teknologi
Saya pernah mendengar sebuah kisah dimana seorang pria akan menceraikan istrinya kecuali istrinya berhenti memegang handphone.
Sebenarnya sih masuk akal, karena ada banyak orang yang mengizinkan handphone untuk membunuh pernikahan kita.
Di dunia teknologi zaman sekarang, semua teknologi menjadi salah satu pengalih perhatian yang utama. Kalau kita nggak bisa mengatur diri kita, tentu perhatian kita akan mudah teralihkan, terlebih saat bersama pasangan dan keluarga, sehingga waktu bersama tidak menjadi berkualitas lagi.
5 Keegoisan
Penikahan adalah sebuah tempat dimana kita diajar secara
berkelanjutan untuk tidak hidup dalam keegoisan. Kita sendirilah yang akan memutuskan, apakah hal itu akan kita jadikan sebuah pengalaman yang baik atau justru pahit.
Menempatkan pasangan di barisan kedua setelah Kristus adalah tugas yang sangat sulit, karena daging meminta kita untuk lebih mementingkan diri sendiri.
Memang ada begitu banyak hal lainnya yang dipakai iblis untuk menjadi pisau penyembelih dan membunuh pernikahan kita. Tetapi percayalah, dengan menyadari tujuan pernikahan adalah memuliakan Tuhan, kita pasti akan menang.
Jangan berhenti, tetap andalkan Dia. Jika ingin sharing, kami juga siap mendengarkan kamu. Hubungi kami di SAHABAT24: Telepon ( 1 500 224; 0811 9914 240) atau SMS ( 0817 0300 5566).