Bukannya Makin Erat, 3 Alasan Dibawah Justru Bikin Kumpul Keluarga Adalah Mimpi Buruk
Sumber: https://i.pinimg.com/originals/c6/4b/b7/

Marriage / 21 March 2018

Kalangan Sendiri

Bukannya Makin Erat, 3 Alasan Dibawah Justru Bikin Kumpul Keluarga Adalah Mimpi Buruk

Inta Official Writer
1718

"Bisa fotoin kita nggak? Kita mau foto keluarga, nih," curhat seorang istri saat menghadiri sebuah acara keluarga suaminya. Salah satu kakak iparnya memintanya untuk memfoto seluruh keluarga, tanpa ada keinginan untuk bergantian. Dimana ini berarti kalau dirinya tidak diikutsertakan.

Menurut sang istri yang baru dinikahi selama 2 tahun ini, ia merasa sedikit tersinggung atas perilaku kakak iparnya tersebut. Disana, ia bisa melihat bagaimana suaminya bisa tersenyum bagai seorang anak kecil bersama kakak, adik, serta orang tuanya. Dengan tidak mengajaknya untuk berfoto, ia merasa seperti orang lain dalam keluarga.

Sementara dari pihak suami, kejadian foto keluarga tersebut bukanlah sebuah masalah besar. Kebanyakan dari kita berharap kalau setelah menikah, kita akan dirangkul dan diterima dalam keluarga. Sayangnya, harapan ini tidak selalu terjadi. Ada saja beberapa keluarga, dengan disadari atau tidak, membatasi hubungan 'keluarga' ini sendiri. Tentu saja hal ini bisa menjadi sebuah konflik dalam keluarga.

Bukannya mempererat hubungan dengan keluarga, 3 hal ini adalah penyebab kumpul keluarga menjadi sebuah mimpi buruk bagi sebagian orang.

1.  Mengalami perubahan sikap

Mengapa dikatakan demikian? Hal ini karena ketika kembali pada keluarga, kita cenderung terbawa suasana pada masa kecil dulu. Peran masa kecil yang sangat kuat dapat mengembalikan sifat alami kita timbul. Tidak jarang kalau sikap ini adalah sikap seperti anak kecil bersama keluarganya.

Dengan keluarga, kita terbiasa untuk dicintai, disayangi oleh keluarga. Sementara dengan keluarga baru, kita memiliki tanggung jawab dan bersikap lebih serius. Sikap yang bertentangan ini bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.

2.  Cenderung memonopoli 

Tidak semua orang bisa dengan mudah membaur dengan orang lain. Walaupun sudah berstatus seperti keluarga, tidak jarang kita duduk dengan nyaman berbagi kebahagiaan sementara pasangan merasa sendirian karena tidak bisa membaur dengan baik.

Keluarga mengenal kita jauh lebih lama dibandingkan dengan pasangan, terkadang ada beberapa pokok bahasan dimana kita tidak bisa memahami apa yang mereka katakan. Hal ini yang membuat pasangan sulit untuk bisa berpartisipasi dalam perbincangan dalam keluarga.

3. Bisa menimbulkan sikap pengecualian

Beberapa keluarga bahkan menganggap menantu atau ipar sebagai orang lain. Curhatan seorang istri tadi misalnya. Contoh lainnya adalah komentar halus yang terdengar, "Aku rindu kamu yang dulu.." Atau "Kok kamu sekarang sudah berubah, sih.."

Sebagai seorang pasangan, kita harus bisa berkomunikasi dengan baik ketika berada dalam posisi ini. Ketika berkumpul dengan keluarga, biasakan untuk menggunakan kata kita dan kami, tidak aku atau kamu agar keluarga menyadari kehadiran pasangan.

Kalau kita bisa lihat lagi, ada banyak orang yang akhirnya mengakhiri pernikahan dengan alasan ada pihak dari keluarga yang terlalu mencampuri urusan pernikahan kita. Pernikahan seharusnya mempersatukan keluarga, bukan sebaliknya.

Satu hal yang perlu diingat, setelah menikah kita merupakan sebuah keluarga yang baru dengan Tuhan Yesus sebagai kepala keluarganya. Setiap dari kita punya tugas dan tanggung jawab baru. Jadi, apa pun yang terjadi dalam pernikahan, usahakan untuk berserah dan mengandalkan Tuhan, tidak mengandalkan orang lain maupun diri kita sendiri. 

Sumber : marriage.com/jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami