Semakin
kaya orangnya makin mewah dan mahal pula pernikahannya. Di satu sisi pandangan ini
memang benar adanya terjadi di Indonesia. Tapi nggak tertutup kemungkinan juga mereka yang berkantong pas-pasan memilih untuk membuat pernikahan mewah juga loh.
Seperti contoh
pernikahan yang berlangsung di Binuang, Kalimantan Selatan jadi perbincangan hangat
di sosial media karena mahal dan mewahnya. Pernikahan yang dimaksud ini adalah pernikahan pasangan Yudha dan Izha, anak dari pengusaha tambang Kalimantan.
Sementara tamu
yang hadir di pesta nikah yang berlangsung selama 10 hari ini berkisar 100.000 orang.
Nggak hanya
itu, pernikahan megah dan mahal ini juga sudah biasa di kalangan pengusaha,
artis dan keluarga pejabat. Sebelumnya di Mamuju, Sulawesi Barat, pengusaha kapal
bernama Daniel Betteng menikahkan anaknya dengan pesta mewah. Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni juga mengundang 6000 tamu di pernikahan putrinya.
Lain lagi
dengan Wakil Bupati Soppeng, Aris Muhammadia yang menikahkan putranya dengan menghadiahkan doorprize berupa mobil, paket ziarah rohani dan motor.
Atau
seperti Viky Prasetyo yang mengaku menghabiskan hampir 5 Miliar untuk pernikahannya dengan Angel Lelga.
Kenapa biaya pernikahan makin mahal?
Penelitian
Institute for Economic and Development Finance (Indef) Bhima Yudhistira menemukan
bahwa kenaikan harga komoditas sejak tahun 2017 dinilai jadi salah satu penyebab kemewahan pesta pernikahan saat ini.
Sementara biaya
pernikahan mahal seakan bukan hal berarti bagi para pengusaha seperti tambang
batubara dan kelapa sawit. Karena memang penghasilan dari usaha ini memang sedang naik tinggi.
Pandangan lain menyebutkan kalau kemewahan pernikahan menunjukkan strata ekonomi seseorang. Semakin tinggi pengeluaran semakin tampak pula kondisi keuangan seseorang.
Baca Juga : Ternyata Ini Alasan Pernikahan Itu Harus Sah Secara Agama dan Juga Hukum
Dampaknya bagi masyarakat menengah ke bawah
Tapi tanpa disadari,
tren pernikahan mewah ini justru jadi ajang lomba bagi masyarakat. Supaya dipandang
cukup kaya, ada banyak orang berpenghasilan pas-pasan memaksakan untuk membuat pernikahan mahal dan mewah.
Untuk mewujudkan
pernikahan semacam kelas pejabat atau pengusaha ini, mereka pun terpaksa berutang
ke bank atau menjual aset-aset pentingnya untuk menutupi biaya pernikahan yang belum tertutupi.
Ada tiga penyebab yang membuat pernikahan jaman sekarang berubah jadi mahal, yaitu:
1. Provokasi media sosial
Media tampaknya
juga sangat berperan aktif untuk mempengaruhi generasi sekarang mendapatkan momen
pernikahan yang serba mewah. Beragam postingan pernikahan yang indah dan menarik
di sosial media seperti Instagram, Facebook atau Youtube membuat calon pengantin bermimpi memiliki pernikahan semacam itu juga.
2. Vendor yang suka maksa
Selain media,
para vendor atau Event Organizer (EO)
pernikahan juga sukses membujuk calon kliennya untuk mewujudkan pernikahan mewah
yang saat ini lagi ngetren-ngetren-nya. Calon pengantin tentu saja harus membayar
mahal untuk sejumlah paket pernikahan yang ditawarkan mulai dari fotografer, dekorasi, baju pengantin, sampai acara resepsi setelah upacara pernikahan.
3. Pengaruh tradisi suku tertentu
Selain dari
media dan vendor yang suka ngotot, rupanya pernikahan mahal dan mewah juga bisa
disebabkan oleh tradisi suku tertentu. Misalnya, tradisi pernikahan yang cukup mahal di suku Batak, Nias, dan Jawa.
Kalau bisa diperkirakan, masyarakat ekonomi menengah dari suku-suku ini saja bisa menghabiskan biaya ratusan juta hanya untuk pernikahan sehari saja. Belum lagi mahar dan tetek bengek lain yang harus dilunasi oleh calon pengantin.
Baca Juga :
Ini penting banget kamu renungkan.
Menurut kamu
menghabiskan biaya mahal untuk pernikahan perlu nggak sih? Bagi yang punya banyak
duit, mungkin nggak masalah ya soal harga. Tapi gimana buat mereka yang berasal
dari kalangan kelas ekonomi menengah ke bawah? Mungkin hal ini jadi masalah.
Satu hal
yang perlu kita pahami bahwa, esensi dari sebuah pernikahan bukan soal berapa besar
biaya yang harus kalian habiskan untuk pesta. Atau semewah apa pakaian yang kalian
kenakan. Tapi esensinya ada pada seberapa siap kalian untuk mengikrarkan janji di
depan Tuhan.