Membangun sebuah rumah tangga
yang harmonis, bisa berbagi keluh kesah adalah harapan pasangan yang baru saja
menikah. Sekarang, kalau ada masalah bisa dibagikan berdua. Kenyataannya, menyatukan dua kepala menjadi satu itu bukan perkara mudah.
Pacaran 10 tahun pun tidak akan
menjamin kita bisa mengenal pasangan dengan baik. Kalau kata orang tua, menikah
itu ibarat membeli kucing di dalam karung. Kita tidak tahu baik buruknya kucing tersebut sampai kita membuka karungnya sendiri.
Karena itu, nggak jarang pertengkaran
mengenai hal-hal yang ada di bawah ini banyak terjadi pada pasangan yang menikah pada tahun-tahun pertama.
1. Cucian kotor
Saat menikah, sebagian dari kita
akan menempati rumah yang baru untuk ditinggali bersama. Ada banyak penyesuaian
yang harus kita hadapi di dalam rumah. Misalnya saja kebiasaan pasangan yang
jarang mematikan lampu kamar mandi, menaruh handuk basah sembarangan, atau baju kotor yang sering lupa tercuci karena terlalu lama di gantung.
Solusinya? Sudah jelas, komunikasi.
Kalau kita tidak menjelaskan kalau perbuatannya itu membuat kita jengkel, ia
tidak akan tahu kalau ia telah melakukan kesalahan. Ketika kita meluapkan
kekesalan ini, pastikan keadaan sedang sedikit santai, tidak pada keadaan kelelahan yang berpotensi membuat kita emosi.
2. Kondisi dompet
Keputusan menikah akan
menggabungkan aset kita dan pasangan. Bahkan, jika kita memutuskan untuk
menyimpan uang secara terpisah, tetap saja harus ada penyesuaian kondisi dompet
yang jelas berbeda pada masa pacaran dulu. Lagi, komunikasi dapat memperbaiki segalanya.
Sisihkanlah sedikit waktu untuk
membahas masalah-masalah keuangan. Hal ini termasuk masalah keuangan yang kita hadapi saat sebelum menikah
dahulu. Jelaskan mengenai tanggungan yang dimiliki oleh masing-masing agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
3. Masalah dengan mertua dan ipar
Memang sih, keluarga mengenal
pasangan jauh lebih lama dibandingkan dengan kita. Terkadang hal ini membuat
mereka berpikir kalau mereka tahu apa yang terbaik bagi kita dan pasangan. Akan
ada banyak pendapat yang mungkin tidak sesuai dengan kepribadian kita. Dalam
Alkitab, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24).
4. Kebersamaan
Sebelum menikah, mikirnya sih
akan ada banyak waktu yang akan dihabiskan bersama. Dalam hal ini, kita
berpikir waktu bersama saat menonton, tidur ada yang menemani, ada orang yang
bisa diandalkan. Kenyataannya, sebagai keluarga baru, ada banyak kebutuhan yang
harus tercukupi. Nggak jarang pasangan rela mengambil waktu lembur dan pulang hingga larut malam.
Saat disibukkan dengan pekerjaan,
ingatlah kalau salah tujuan kita bekerja adalah untuk mencukupkan kebutuhan
istri dan anak-anak. Dengan begitu, sesibuk apa pun pekerjaan, kita akan
meluangkan sedikit waktu untuk dihabiskan bersama.
Tidak ada pernikahan yang sempurna. Setiap
pribadi pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Kejadian 2:24 menjelaskan
mengenai kesatuan. Ketika Hawa diciptakan, ia tidak dikatakan untuk menjadi
Adam versi perempuan. Jadi, kesatuan dalam pernikahan bukan tentang dua pribadi
yang punya satu kepribadian. Namun untuk bisa selaras dengan tujuan dan
nilai-nilai bersama-sama.