Indah Kurnia adalah salah satu perempuan yang memilih terjun ke dunia politik dan
sudah menduduki kursi DPR RI selama dua periode. Saat ini dia mengambil posisi di
Komisi XI yang menangani keuangan, perencanaan, pembangunan, perbankan, alat
kelengkapan dewan badan urusan rumah tangga dan akan menjabati posisi ini sampai akhir periode 2019.
Saat diwawancarai
oleh tim Jawaban.com, wanita berdarah
Tionghoa-Jombang ini mengisahkan pengalaman menariknya. Sebelum masuk ke dunia politik,
Indah mengaku sudah melewati pengalaman karir yang panjang. Awalnya dia adalah penyanyi
yang dikenal luas di Surabaya, kemudian terjun ke dunia perbankan selama belasan
tahun. Tak tanggung-tanggung, sebagai sosok yang sudah dikenal luas dengan berani dia mengambil kesempatan untuk menjadi manager tim sepakbola Persebaya Surabaya.
Meskipun berasal
dari kaum minoritas, keturunan Tionghoa dan seorang nasrani. Namun Indah mengaku
dirinya sama sekali tak pernah menghadapi perlakuan diskriminatif dari orang-orang
yang berbeda keyakinan dengannya. Sebaliknya, wanita berusia 56 tahun ini mengaku selalu dirindukan oleh teman-temannya yang berbeda agama.
“Puji Tuhan, saya tidak pernah merasakan yang istilahnya tadi ‘diskriminasi’ atau stigma dikotomi terhadap warga keturunan maupun warga Indonesia asli. Karena saya lahir di Surabaya, lingkungan saya dari kecil di sekolah yang negeri…Selama saya melakukan aktivitas baik itu pendidikan, bermain, selama ini kami tidak pernah merasakan adanya perbedaan,” kata Indah.
Baca Juga :
Indah mengaku,
selama tumbuh di kota yang penuh keragaman itu, dia dan teman-teman sepermainannya
tak pernah mempermasalahkan soal perbedaan suku, agama, dan ras. Dia percaya dengan
memposisikan diri dan berperilaku yang pantas kepada orang lainlah seseorang akan menerima perlakuan yang baik.
“Dimanapun
saya berada saya mampu mengkontribusikan diri saya secara positif dan aktif di
tempat-tempat tersebut dan sampai sekarang pun kawan-kawan masih sangat
menghormati dan menyayangi saya. Mereka tahu saya Kristen, saya aktivis di gereja, saya aktivis dimana-mana,” terangnya.
Diskriminasi,
katanya, hanya akan timbul ketika seseorang membangun temboknya sendiri dan membuat perbedaan dengan orang-orang di sekitarnya.
“Saya rasa yang
tidak diterima itu adalah kalau hidupmu ekstrim. Misalnya, kamu membangun rumah
setinggi mungkin di dalam kampung. Kamu tidak pernah bergaul dengan tetanggamu.
Kamu hidup dengan zonamu sendiri. Itu saya rasa membuat orang menjadi ada diskriminasi. Karena dianggap dia orang yang berbeda,”terangnya.
Indah melanjutkan,
“Tapi kalau selama kita hidup bersama-sama dengan mereka, dengan cara hidup
yang sama, dengan pola hidup yang sama, dengan cara berbicara yang sama, lifestyle yang sama, yang dimakan sama, taraf hidupnya juga sama, saya rasa nggak ada masalah.”
Selain itu,
Indah juga percaya bahwa kasih adalah kunci utama seseorang bisa diterima dan dihormati
orang lain.
“Saya yakin
dan percaya kalau kita melakukan kegiatan kita sehari-hari ini dengan wise, sekali tempo memberikan kesempatan
orang lain untuk berkontribusi, sekali tempo kita yang berkontribusi, saling
mengisi, saling menghormati, saling mengasihi, saya yakin manusia sejahat
apapun, kalau dikasihi dia pasti at least
tidak akan mengganggu kita atau menyerang kita. Jadi, saya pikir dasarnya ialah
kasih,” tandasnya.