Saya Mengkhianati Orang Tua, Sakiti Hati Tuhan, bahkan Bikin Tuhan Menangis! Prayson Yusta
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=8r72uR5v

Family / 6 March 2018

Kalangan Sendiri

Saya Mengkhianati Orang Tua, Sakiti Hati Tuhan, bahkan Bikin Tuhan Menangis! Prayson Yusta

Inta Official Writer
5971

Ray, nama akrab saya. Prayson Yusta, untuk lebih lengkapnya. Saya terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan, bahkan tergolong menengah atas bikin saya punya banyak teman, bisa melakukan apa pun. Mudah saja bagi saya untuk mendapatkan uang. Usaha keluarga mencukupkan segala kebutuhan kami sekeluarga.

Hingga suatu saat, Papi mencegat saya yang baru pulang latihan basket. “Ray, Papi mau tutup toko. Papi akan fokus untuk pelayanan,” terang Papi. Tentu saja, saya langsung berpikir kepada semua kemudahan yang selama ini saya dapatkan.

Apa pun keinginan saya, dengan mudah bisa didapatkan dari Papi. Kebiasaan belanja, menyenangkan teman-teman dengan uang yang saya miliki, semua itu akan hilang seiring keputusan Papi yang memilih untuk menjadi seorang pelayan Tuhan.

Marah? Sudah pasti. Saat itu, saya merasa kalau saya adalah orang paling kaya. Namun keputusan Papi bikin kehidupan saya banyak berubah. Sikap pemberontakan ada dalam diri saya. Sikap itu saya wujudkan dengan tidak pulang berhari-hari.

Kalau saja bukan seorang pelajar, mungkin keinginan untuk pulang akan sirna dari benak saya. Menyadari kalau saya adalah seorang pelajar yang harus sekolah mengantarkan saya untuk sampai ke depan pintu rumah. Saya pulang.

Mami menyambut saya dengan sukacita. Lain halnya dengan Papi. Ia marah, melontarkan kata-kata dengan nada tinggi. Rasanya, saya ingin memukulnya, bukanlah masalah bagi saya untuk meninju wajah papi.

Namun saya merasa kalau hal tersebut tidak perlu dilakukan. Saya bisa menahan diri. Selang beberapa saat saya masuk ke dalam kamar, papi mengetuk pintu. Ia meminta maaf karena telah bersikap kasar kepada saya. Saya memaafkannya.

Beberapa tahun setelahnya, ketika sudah masuk ke dunia professional dengan penghasilan yang lumayan, salah seorang teman bersikeras untuk mengajak saya merasakan surga dunia. Awalnya saya masih bisa bilang tidak.

Baca juga: Bukan Dengan Ilmu Yang Kumiliki, Tetapi Inilah Caraku Mendapatkan Cinta Sejati, Christiana

Kedua kali, kata tidak masih menjadi jawaban saya. Tetapi sikap keras dan kegigihan dari teman akhirnya berhasil merasuki saya. Kami pergi ke sebuah club malam. Minum-minuman keras dan menikmati lantai dansa. Hingga akhirnya, saya ditawari ekstasi. Tentu saja saya menolak karena tahu ini bisa menjadi candu.

Lagi. Paksaan itu akhirnya berhasil membuat saya penasaran dan memutuskan untuk mencobanya. Satu pil, dua pil, tiga hingga akhirnya saya kecanduan. Hampir setiap malam saya merasakan nikmatnya surga dunia itu.

Meskipun demikian, ada perasaan takut akan Tuhan dari dalam lubuk hati saya. Hingga akhirnya saya mendapati tubuh saya berada pada ujung meja bar, menenggak 4 pil, namun masih tidak merasakan apa pun. Tidak ada kenikmatan yang biasa menghampiri sesaat saya menenggak pil tersebut.

Teman saya menghampiri, ketika saya menoleh, saya melihat seluruh ruangan menjadi gelap. Saya tidak bisa melihat apa pun. Saya kalap. Saya minta teman saya untuk mengantar pulang ke rumah. Saya merasa kalau saat itu, kematian sudah dekat bagi saya.

Papi dan mami menghadapi saya yang kejang-kejang sambil berdoa dan berserah kepada Tuhan. Saya tahu kalau saya akan mati. Satu hal yang masih ada dalam hati saya, kalau saya ingin mendapatkan sebuah kesempatan lagi dari Tuhan.

Dan kesempatan tersebut diberikan. Satu bulan lamanya saya dirawat. Kendati demikian, masih ada perasaan dalam hati untuk kembali ke dunia yang dulu, dimana saya bisa merasakan surga dunia tersebut.

Suatu hari saya beranjak dari tempat tidur, hendak kembali ke dunia lama saya. Saat sedang bersiap, tiba-tiba saya mendengar ada suara orang menangis. Saya kira itu adalah mami atau papi yang sedang berdoa, karena biasanya, mereka akan mengambil waktu sejenak untuk berdoa pada tengah malam.

Saya menghampiri kamar mereka, namun tidak juga ada orang yang menyaut. Sesampainya di kamar, suara tangisan tersebut semakin kencang. Kali ini, ada suara “jangan sakiti hatiKu lagi, nak. Selamatkan jiwa-jiwaKu.” Saya sadar kalau itu adalah suara Tuhan.

Saya telah membuat Tuhan menangis, saya mengkhianati orang tua. Kesabaran Tuhan, kasih karuniaNya kepada saya menyadarkan saya untuk kembali kepadaNya. Saya kehilangan teman-teman yang sering menghabiskan waktu bersama, saya kehilangan keuangan yang dulu saya punya. Tetapi satu hal yang saya tahu, Tuhan Yesus tidak akan pernah sedetik pun meninggalkan saya. 

Sumber : solusi
Halaman :
1

Ikuti Kami