Anak kelihatan
tertutup dan jarang sekali membangikan perasaan dan pengalamannya ke orangtua? Jangan
anggap hal ini biasa-biasa saja, atau juga menilai kalau sikapnya memang sudah
begitu. ‘Dia orangnya pendiam memang’ atau ‘Ya anak saya nggak terlalu suka banyak
bicara.’ Eitsss…jangan anggap remeh kebisuan anak karena bisa jadi ada yang salah dengan hubungan kalian.
Salah satu sumber
masalah antara anak dan orangtua adalah miskinnya hubungan batin antara keduanya.
Hubungan sbatin dibentuk oleh pengalaman bersama anak dan orangtua. Apakah itu dengan
bermain, traveling, nonton, olahraga, berdiskusi, makan bersama, dan sebagainya
sesuai dengan kesukaan atau kebiasaan bersama yang dilakukan anak dan orangtua.
Kebiasaan-kebiasaan inilah yang bisa jadi jembatan penghubung batin antara anak dan orangtua. Orangtua yang mengabaikan masa-masa terbaik bersama anak diusia emasnya (antara 0-6 tahun) akan mengalami masalah di masa-masa pertumbuhanya ke depan. Kenapa? Karena anak sejak kecil tidak dibiasakan untuk membangun ikatan yang kuat dengan orangtua. Akibatnya, anak akan cenderung merasa tidak aman, tidak diterima dan menjadi tertutup.
Rasa Aman Adalah Kebutuhan Utama Anak
Salah satu kebutuhan
utama anak adalah rasa aman. Anak akan merasa aman terbuka kepada orangtua kalau
dia merasa diterima saat berbicara mengenai perasaannya. Apapun itu, anak ingin didengarkan secara utuh, tanpa dihakimi. Anak ingin diterima apa adanya.
Lalu apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menjawab kebutuhan ini?
Anak akan merasa aman, diterima dan mau terbuka kepada orangtuanya kalau:
1. Anak dianggap dan bukan diremehkan
Anak akan merasa
diremehkan ketika orangtua sibuk dengan urusannya sendiri. Contohnya, saat orangtua
bicara dengan orang lain, mereka merasa ‘disingkirkan’ saat mereka mulai diposisikan di meja yang berbeda.
Supaya akan
merasa diterima, usahakanlah berbicara dengan melakukan eye contact, dan fokus mendengarkan anak tanpa memikirkan nasihat terlebih
dahulu. Selain itu berbicaralah dengan sopan dan tegas. Jangan meneriaki anak dengan suara yang keras atau membentak.
2. Anak harus didengarkan dan bukannya diusir
Tanpa sadar
orangtua dengan tega bisa menghukum anak dengan hukuman yang cukup berat seperti
memberinya banyak tugas, membentak atau mengurungnya di kamar. Yang paling sadis, mengusir anak dari rumah.
Alih-alih membuat
hubungan anak orangtua makin parah, lebih baik memberikan bimbingan atau respon
yang baik untuk menghadapi kesalahan anak. Ingat, perasaan anak tidak pernah salah, yang bisa salah adalah respon orangtua terhadap perasaan anak.
3. Anak butuh dibimbing bukannya dikontrol ketat
Tanpa sadar
ada banyak orangtua yang terlalu overprotektif terhadap anak. Rasa sayang yang berlebihan
justru membuat orangtua salah memakai pola asuh yang tepat. Mereka mulai menetapkan
aturan ketat ke anak, memastikan anak patuh, memaksa anak melakukan apa yang orangtua mau tanpa memikirkan atau menanyakan keinginan anak lebih dulu.
Padahal,
hal yang paling dibutuhkan anak dari orangtuanya adalah bimbingan. Anak yang bahkan sudah memasuki usia remaja sangat membutuhkan hal ini.
Berikut beberapa cara yang tepat untuk membimbing anak:
- Memberikan nasihat ke anak hanya kalau mereka meminta atau membutuhkannya
- Selalu hadir sebagai supporter dan pendengar yang baik
- Membiarkan anak belajar dari kesalahan
Dari penjelasan
di atas, kamu tentunya tak lagi bertanya-tanya kenapa anak cenderung tertutup. Nah,
kalau masalahnya ada dalam hubungan batin atau komunikasi kalian yang kurang baik,
mulai memperbaikinya. Anak benar-benar membutuhkan kehadiran orangtua disepanjang
masa tumbuh kembang mereka.
Anak adalah
titipan Tuhan yang perlu kita giring kepada kehendakNya. Hal ini akan terjadi kalau
orangtua sendiri sudah lebih dulu menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan
sendiri. Jadilah sahabat yang baik bagi anak, sama seperti Yesus, yang adalah mau
menjadi sahabat setia dan yang membimbing, mendengar dan menginspirasi hidup
kita.