Anak Tak Terbuka ke Orangtua? Mungkin Kebiasaan Ini Tanpa Sadar Melukainya
Sumber: www.blurpassion.com

Parenting / 21 February 2018

Kalangan Sendiri

Anak Tak Terbuka ke Orangtua? Mungkin Kebiasaan Ini Tanpa Sadar Melukainya

Lori Official Writer
2234

Anak kelihatan tertutup dan jarang sekali membangikan perasaan dan pengalamannya ke orangtua? Jangan anggap hal ini biasa-biasa saja, atau juga menilai kalau sikapnya memang sudah begitu. ‘Dia orangnya pendiam memang’ atau ‘Ya anak saya nggak terlalu suka banyak bicara.’ Eitsss…jangan anggap remeh kebisuan anak karena bisa jadi ada yang salah dengan hubungan kalian.

Salah satu sumber masalah antara anak dan orangtua adalah miskinnya hubungan batin antara keduanya. Hubungan sbatin dibentuk oleh pengalaman bersama anak dan orangtua. Apakah itu dengan bermain, traveling, nonton, olahraga, berdiskusi, makan bersama, dan sebagainya sesuai dengan kesukaan atau kebiasaan bersama yang dilakukan anak dan orangtua.

Kebiasaan-kebiasaan inilah yang bisa jadi jembatan penghubung batin antara anak dan orangtua. Orangtua yang mengabaikan masa-masa terbaik bersama anak diusia emasnya (antara 0-6 tahun) akan mengalami masalah di masa-masa pertumbuhanya ke depan. Kenapa? Karena anak sejak kecil tidak dibiasakan untuk membangun ikatan yang kuat dengan orangtua. Akibatnya, anak akan cenderung merasa tidak aman, tidak diterima dan menjadi tertutup.


Rasa Aman Adalah Kebutuhan Utama Anak

Salah satu kebutuhan utama anak adalah rasa aman. Anak akan merasa aman terbuka kepada orangtua kalau dia merasa diterima saat berbicara mengenai perasaannya. Apapun itu, anak ingin didengarkan secara utuh, tanpa dihakimi. Anak ingin diterima apa adanya.

Lalu apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menjawab kebutuhan ini?

Anak akan merasa aman, diterima dan mau terbuka kepada orangtuanya kalau:

1. Anak dianggap dan bukan diremehkan

Anak akan merasa diremehkan ketika orangtua sibuk dengan urusannya sendiri. Contohnya, saat orangtua bicara dengan orang lain, mereka merasa ‘disingkirkan’ saat mereka mulai diposisikan di meja yang berbeda.

Supaya akan merasa diterima, usahakanlah berbicara dengan melakukan eye contact, dan fokus mendengarkan anak tanpa memikirkan nasihat terlebih dahulu. Selain itu berbicaralah dengan sopan dan tegas. Jangan meneriaki anak dengan suara yang keras atau membentak.

2. Anak harus didengarkan dan bukannya diusir

Tanpa sadar orangtua dengan tega bisa menghukum anak dengan hukuman yang cukup berat seperti memberinya banyak tugas, membentak atau mengurungnya di kamar. Yang paling sadis, mengusir anak dari rumah.

Alih-alih membuat hubungan anak orangtua makin parah, lebih baik memberikan bimbingan atau respon yang baik untuk menghadapi kesalahan anak. Ingat, perasaan anak tidak pernah salah, yang bisa salah adalah respon orangtua terhadap perasaan anak.

3. Anak butuh dibimbing bukannya dikontrol ketat

Tanpa sadar ada banyak orangtua yang terlalu overprotektif terhadap anak. Rasa sayang yang berlebihan justru membuat orangtua salah memakai pola asuh yang tepat. Mereka mulai menetapkan aturan ketat ke anak, memastikan anak patuh, memaksa anak melakukan apa yang orangtua mau tanpa memikirkan atau menanyakan keinginan anak lebih dulu.

Padahal, hal yang paling dibutuhkan anak dari orangtuanya adalah bimbingan. Anak yang bahkan sudah memasuki usia remaja sangat membutuhkan hal ini.

Berikut beberapa cara yang tepat untuk membimbing anak:

- Memberikan nasihat ke anak hanya kalau mereka meminta atau membutuhkannya

- Selalu hadir sebagai supporter dan pendengar yang baik

- Membiarkan anak belajar dari kesalahan

Dari penjelasan di atas, kamu tentunya tak lagi bertanya-tanya kenapa anak cenderung tertutup. Nah, kalau masalahnya ada dalam hubungan batin atau komunikasi kalian yang kurang baik, mulai memperbaikinya. Anak benar-benar membutuhkan kehadiran orangtua disepanjang masa tumbuh kembang mereka.

Anak adalah titipan Tuhan yang perlu kita giring kepada kehendakNya. Hal ini akan terjadi kalau orangtua sendiri sudah lebih dulu menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan sendiri. Jadilah sahabat yang baik bagi anak, sama seperti Yesus, yang adalah mau menjadi sahabat setia dan yang membimbing, mendengar dan menginspirasi hidup kita.

Sumber : Disadur dari tulisan Julianto Simanjuntak, Penulis dan Terapis Keluarga
Halaman :
1

Ikuti Kami