Tangan Yang Terulur Itu Menyelamatkanku Dari Kehidupan Lama Sebagai Penari Striptis, Yusi
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=n__YYiaH

Family / 20 February 2018

Kalangan Sendiri

Tangan Yang Terulur Itu Menyelamatkanku Dari Kehidupan Lama Sebagai Penari Striptis, Yusi

Inta Official Writer
5026

Satu hal yang tidak bisa saya terima dari Bapak adalah sikapnya yang ringan tangan. Sedikit-sedikit, saya dipukulnya. Bukannya membuahkan kasih sayang, sikap Bapak yang keras membuat kebencian bersarang dalam hidup saya sejak kecil. Diperparah lagi pada saat itu Ibu baru saja meninggalkan kami selama-lamanya. 

Jika dulu ada Ibu yang akan melindungi kami dari sikap kerasnya Bapak, bahkan hingga ia sendiri kena pukul, kini kami tidak ada lagi orang yang melindungi saya dan adik. "Kalian itu kerjanya hanya makan tidur saja di rumah ini." Kalimat ini yang terngiang ditelinga saya. Rasa takut membuat saya menjadi pribadi yang sangat tertutup.

Saya melihat sendiri bagaimana Bapak memperlakukan Ibu sebelum meninggal. Ditendang, dipukul hingga tersungkur ke tanah menjadi pemandangan sehari-hari kala itu. Namun, sikap kerasnya tidak berhenti saat Ibu tiada, ia justru melimpahkan semua kekerasan itu kepada saya. Rasa dendam dan benci kepada Bapak mengantarkan saya untuk pergi dari rumah. 

Kota yang tidak pernah sepi dan banyak hiburan menjadikan Jakarta sebagai tujuan saya. Masih ingat saat itu saya tidak membawa pakaian sama sekali kecuali pakaian yang melekat pada tubuh saya dan berbekal uang sebesar 180rb. 

Awalnya saya bekerja sebagai seorang waitress di sebuah restoran Jepang, namun karena gaya hidup di Jakarta itu tinggi, saya beralih bekerja di sebuah club malam yang bisa lebih memenuhi kebutuhan saya. Ijazah tidak saya kantungi, badan adalah modal yang saya punya. Karenanya saya menjadi seorang penari malam.

Menjadi penari striptease itu tidak hanya menari, namun juga dituntut agar bisa menghibur para tamu yang datang. Satu hal yang saya suka dari pekerjaan tersebut adalah saya merasa kalau semua orang memperhatikan saya. Sejak kecil, terutama saat Ibu tidak ada, tidak ada yang memperhatikan saya sama sekali. Tentu saja hal itu membuat saya senang sekali karena mendapat perhatian dari para tamu.

Saat bekerja, ada beberapa pria yang mendekati saya. Kami akhirnya dekat dan memutuskan untuk berpacaran. Namun, lambat laun saya hanya merasa kalau pria tersebut memanfaatkan apa yang saya miliki, baik itu uang atau tubuh saya. 

Pekerjaan menjadi seorang penari malam membuat saya memiliki banyak uang. Ngobat, minum, ke party, ke club dan pria adalah bagaimana cara saya menghabiskan uang. Saya menjalani kehidupan ini mulai dari berusia 17 tahun sampai 29 tahun. Iya, bukan jangka waktu yang pendek. 

Kehidupan saya tidak terlepas dari hujatan banyak orang yang mengatakan kalau saya adalah seorang pelacur, wanita malam yang tidak berguna. Semua itu harus saya terima. Ada satu titik dimana saya merasa capek dan lelah, saya tahu kalau saya membutuhkan sebuah pertolongan. 

Tak lama setelahnya, saat saya terlelap, saya melihat ada cahaya yang menghampiri sambil mengulurkan tangannya. Saya tidak bisa melihat wajahnya. Sosok ini kemudian berkata, "Akulah yang awal dan yang akhir." Saya merasakan damai sukacita yang tidak pernah saya rasakan sebelum-sebelumnya. Saya mencari-cari sosok yang hadir dalam mimpi tersebut. 

Dalam keterpurukan, sosok ini seakan berbisik kalau saya juga memiliki sebuah harapan. Saya mendapati sosok tersebut adalah Yesus. Setiap berdoa, minta ampun kepada Yesus, saya merasakan ada damai sejahtera dan sukacita dalam saya. Saya menyadari kehadiran Yesus dan bagaimana cinta kasihnya tercurah atas saya, sehingga saya bisa merasakan damai dan sukacita tersebut. 

Saya mendatangi seorang pembimbing rohani yang mengatakan kepada saya dua hal, pertama, harus meninggalkan cara hidup saya yang lama, kedua saya harus berada ditengah-tengah komunitas orang percaya agar bisa tumbuh dalam Kristus. 

Proses terberat saat saya hendak ikut Tuhan adalah ketika saya harus melepaskan pacar yang mensupport kehidupan dan kebutuhan saya. Tetapi saya berkata kalau saya harus meninggalkannya agar bisa hidup kudus bersama Tuhan. 

Saya tahu kalau saya mampu melewati semua itu. Hanya Yesus yang mau mengampuni atas kesalahan yang telah saya perbuat. Sosok pribadi ini adalah satu karakter dan contoh agar saya bisa mengampuni orang-orang yang dulu menyakiti saya. 

Keputusan saya saat ini adalah untuk masuk ke sekolah Alkitab, saya mulai melayani Kristus. Air mata yang kini keluar adalah air mata bahagia, bukan air mata sedih atau air mata yang keluar saat saya mengasihi diri sendiri. 

Mungkin kini saya belum memiliki apa pun, namun saya sangat bahagia memiliki Allah yang hidup dalam diri saya. Saya, Ismaniar Yusi, kini bisa merasakan kalau ada pribadi yang benar-benar mengasihi tanpa syarat. 


Sumber : jc channel
Halaman :
1

Ikuti Kami