Menang Atas Ujian Terbesar Dalam Kehidupan Untuk Meraih Hadiah Sorgawi
Kalangan Sendiri

Menang Atas Ujian Terbesar Dalam Kehidupan Untuk Meraih Hadiah Sorgawi

Puji Astuti Official Writer
      4175

Filipi 4:13

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Bacaan Alkitab Setahun  Mazmur 47; Kisah Para Rasul 19; Imamat 4-5

Kakinya berdarah karena lukanya yang melepuh tergores, dan tangan dan kakinya kram hampir tak tahan,  pemuda ini mencapai akhir dari tiga hari, 65 mil jauhnya. Dia membawa tas  perlengkapan seberat 125 pon, tidur tidak lebih dari empat jam semalam, dan hanya memiliki cukup makanan untuk makan dua setengah kali. Dia telah berjuang mengatasi segala macam rintangan siang dan malam. Namun, ia memiliki satu tantangan besar: mendaki gunung yang terjal di depannya.

Dia memaksa pikirannya untuk mengabaikan rasa sakit dan fokus pada tujuan, membisikkan doa kepada Tuhannya, dan dengan segenap kekuatannya yang tersisa, dia mulai mendaki. Tubuhnya terdorong untuk menyerah, namun tetap saja dia memanjat. Akhirnya, dia sampai di puncak dan saat yang dia tunggu-tunggu telah tiba. Dia berhasil melewati cobaan berat itu.

Cobaan berat itu adalah tes terakhir yang harus dilalui oleh calon prajurit di kamp pelatihan Marinir. Ini mengetesnya secara fisik, mental dan moral. Para rekrutan muda belajar dengan cepat bahwa mereka harus saling bergantung satu sama lain untuk memecahkan masalah dan mengatasi hambatan yang mereka hadapi. Tidak ada yang bisa melewatinya sendiri. Meski kadang nampaknya tidak mungkin untuk terus maju, tapi antisipasi penghargaan menjadi pendorong bagi mereka untuk terus maju.

Di puncak gunung, instruktur pelatih menanti mereka. Setibanya di sana, dia akan menyematkan kepada para prajurit muda ini lambang Korps Marinir mereka - elang, bola dunia, dan jangkar; lalu menjabat tangan mereka dan untuk pertama kalinya menyebut mereka sebagai Marinir. Cucu kami mengalami hal ini pada 5 November 2010 lalu, dan saat instruktur pelatihnya menjabat tangannya dia berkata, "Saya bangga denganmu Wilkenson." Saya tidak yakin ada kata-kata yang bisa menggambarkan emosi yang dirasakan cucu saya pada saat itu, tapi ini adalah satu upacara yang bahkan membuat seorang Marinir menangis.

Kadang-kadang, kita sebagai anak-anak Tuhan bisa merasa seperti berada dalam ujian berat rohani. Serangan musuh kita kejam dan brutal, sering datang tanpa peringatan. Perjalanan nampaknya panjang dan penuh rintangan dan masalah yang tidak bisa kita hadapi sendiri. Meskipun kita tahu bahwa Tuhan kita telah berjanji untuk menyertai kita dan untuk tidak pernah memberi kita pencobaan yang tidak kita tanggung, seperti orang-orang muda itu, kita merasa didorong melampaui batas kemampuan kita.

Korps Marinir mengubah laki-laki dan perempuan muda yang belum berpengalaman dan tidak disiplin menjadi Marinir. Ini bukan tugas yang mudah. Ini melibatkan masalah, tantangan, rasa sakit, penderitaan, kekurangan, dan perubahan. Dibutuhkan tekad dan komitmen dari pihak rekrutmen untuk bertahan. Tujuan yang ditetapkan sebelumnya, memotivasi dia untuk melanjutkan. Dia ingin menjadi Marinir.

Tuhan sedang membentuk kita dengan gambar-Nya (Roma 8: 28-29). Ini juga melibatkan masalah, tantangan, rasa sakit, penderitaan, kehilangan, dan banyak perubahan sepanjang hidup kita. Komitmen dan disiplin diperlukan jika kita mau menyelesaikan jalan yang telah ditetapkan Tuhan di hadapan kita. Kita harus menyerahkan kehendak kita kepada-Nya, dan dalam ketaatan, patuh mengikuti Komandan kita, sama seperti orang-orang muda yang direkrut menjadi Marinir itu.

Imbalan kami, bagaimanapun, akan jauh lebih besar daripada menerima lambang Marinir. Kita akan menerima mahkota kemuliaan dari tangan Yesus yang berlobang paku, Juruselamat kita. Emosi pada prajurit muda saat dia mendengar komandannya mengatakan bahwa dia bangga padanya sangat mengharukan. Tapi bisakah kamu membayangkan bagaimana perasaan kita saat berhadapan muka dengan Yesus dan mendengar Dia berkata, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia." (Matius 25: 21,23)

Kita mendapatkan sesuatu yang lebih besar daripada para prajurit muda itu. Komandan kita adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Dia menyertai kita serta memberi kita kekuatan, bimbingan, dan penghiburan dalam perjalanan kita. Oleh karena itu, marilah kita dengan ketetapan hati, sukacita dan antisipasi seperti yang Paulus lakukan, untuk berlari maju menuju panggilan Tuhan yang tertinggi di dalam Kristus Yesus (Filipi 3:14). Kita bisa melakukannya!

Hak Cipta © Sandra Hastings, 2011, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami