Cinta Itu Tentang Nilai, 3 Kualitas Ini Yang Buat Cinta lebih Bernilai
Sumber: http://howdoidate.com/wp-content/uploads

Single / 5 February 2018

Kalangan Sendiri

Cinta Itu Tentang Nilai, 3 Kualitas Ini Yang Buat Cinta lebih Bernilai

Inta Official Writer
3067

Bicara tentang cinta sejati bikin pikiran kita melayang-layang entah kemana. Buat yang belum menikah, satu-satunya cinta yang kita tahu secara nyata adalah cinta Tuhan dan orang tua. Suatu hari ada sepasang kakek dan nenek tua yang sedang berjalan di sebuah taman. Mengamatinya dari jauh, saya bisa mendengar nenek yang cekikikan karena candaan dari kakek. 

Duh, sungguh romantis. Dibandingkan dengan melihat pasangan muda mudi yang bergandeng an tangan, merangkul, atau sengaja menunjukkan kemesraannya, pasangan kakek nenek ini adalah gambaran sepasang kekasih sepadan yang saling mengasihi. 

Karena cinta itu sangat luas pengertiannya, pastikan kalau kita mengerti akan tiga hal ini agar bisa menjadi pasangan yang baik kelak. 

1. Cinta tidak menuntut balasan 


Setahu saya, cinta kepada manusia adalah salah satu jenis cinta yang mengharapkan timbal balik. Namun, ketika saya melihat betapa ibu saya mengasihi ayah disaat terakhir ayah menghembuskan nafas terakhirnya, saya tahu kalau cinta bukan lagi bicara imbalan. 

Orang tua adalah contoh yang tepat dalam hal ini. Apa sih yang mereka harapkan dari kita, sebagai anaknya? Bukan imbalan berupa material atau waktu, mereka hanya menginginkan anak-anaknya bisa bertumbuh dengan baik dan bahagia.

2. Cinta butuh bukti 


Seorang teman saya pernah mengunggah sebuah cuitan dalam twitter tepat satu hari sebelum hari pernikahannya. "Mereka yang mobilnya mewah, mereka yang ganteng, mereka yang bikin hati kita nyaman akan terkalahkan dengan kamu yang mau menghadap kepada orang tua untuk meminangku," tulisnya. 

Baca juga: Percaya Kalau Jodoh Ada Ditangan Tuhan? 5 Hal Ini Bisa Menuntun Kita Kearah Sana

Apakah kemudian cinta ditentukan saat kita mengucapkan janji suci pernikahan? Belum tentu. Namun cinta dibuktikan dari sikap setia dalam menjalani setiap waktu bersama-sama dalam kondisi apa pun. Seorang penulis menuliskan kalau pernikahan yang bahagia adalah pernyatuan antara dua orang yang bisa saling mengampuni. 

Tentu saja, tahap pacaran adalah tahap persiapan menuju pernikahan. Kita harus tahu kalau membangun rumah tangga itu sulit. Adalah sikap yang manusiawi jika kita melakukan kesalahan. Namun sebagai pasangan yang sedang mempersiapkan pernikahan, kita harus memiliki hati yang mau mengampuni untuk setiap kesalahan tersebut. 

3. Cinta itu memberi, bukan menerima 


Dalam 1 Korintus 13:4-8, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”

Ayat diatas mengingatkan kita perihal cinta, kasih yang sejati. Bahwa cinta adalah tentang bagaimana kita memberikan kesabaran, pengambunan, mampu mengendalikan diri, mengampuni dan mau menanggung segala kesulitan. Bukankah ini berhubungan dengan bagaimana kita memberi? Bukan mengenai tuntutan kita untuk menerima sesuatu. Jika inginkan pasangan untuk bersikap baik, maka sudah sepantasnya kita juga bersikap baik kepadanya.

Adakah cinta yang sejati itu? Tentu ada. Tuhan adalah satu-satunya pribadi yang bisa memberikan cinta kasih terhadap kita. Ketika kita sedang bergumul dan merasa sendiri, ingatlah kalau ada pribadi yang sangat mengasihi dan mencintai kita seperti seorang Bapa sayang kepada anaknya. 


Sumber : ributrukun, jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami