Freelancer, Ini Saatnya Untuk Move On Jadi Fulltimer kalau Sudah Mengalami 7 Tanda Ini
Sumber: http://growmap.com/wp-content/uploads/20

Finance / 26 January 2018

Kalangan Sendiri

Freelancer, Ini Saatnya Untuk Move On Jadi Fulltimer kalau Sudah Mengalami 7 Tanda Ini

Inta Official Writer
3255

Jadi seorang freelancer memang seru. Selain tidak adanya waktu yang mengikat, freelancer juga bebas mengambil beberapa pekerjaan sekaligus. Apalagi pekerjaan mobile yang tidak mengharuskan kita untuk pergi ke kantor. Kurang enak apa coba, bisa jalan-jalan tapi uang di rekening masuk terus? 

Seru sih, tapi kok daripada dikenal sebagai seorang freelancer, orang-orang justru mengenali kita sebagai seorang pengangguran lantaran tidak pernah kelihatan pergi ngantor. Karena tuntutannya adalah hasil akhir, tidak jarang kita harus memiliki jam kerja melebihi dari orang-orang kantoran.

Belum lagi kalau kita memikirkan tunjangan pensiun, kesehatan, dan tunjangan lain yang hanya bisa di dapat saat kita menjadi seorang fulltimer yang terikat pada perusahaan tertentu. Karena alasan diatas, 7 tanda dibawah ini juga mungkin menjadi langkah awal kalau kita harus mulai move on dan berfokus menjadi seorang fulltimer. 

Baca juga: Menurut Merry Riana, Inilah 4 Tahap Menuju Kebebasan Finansial

1. Sudah tidak bisa menikmati apa yang kita kerjakan


 

Ada sebuah kalimat yang mengatakan "carilah pekerjaan yang bisa kita nikmati."  Ini berarti, kalau kita sudah tidak bisa menikmati pekerjaan kita sebagai freelancer, mungkin ini saatnya kita untuk mengambil jalan karir yang berbeda. 

Masih ingat saat pertama kali kita terjun ke dunia freelancer? Perasaan saat kita menerima pekerjaan dari klien, menjadi bos atas setiap pekerjaan yang kita lakukan. Tapi Saat kita bangun tidur, kita menginginkan hal yang beda. Bukan lagi menghubungi klien untuk bertanya apakah ada proyek yang bisa dikerjakan. Kita ingin sesuatu yang baru. Bukan klien yang baru, bukan juga gaji yang baru. 

Hal tersebut adalah pekerjaan baru dengan lingkungan yang baru. Jika kita sudah merasakan hal ini, maka besar kemungkinan kalau ini adalah saatnya kita memilih sebuah pekerjaan fulltimer yang jelas akan berbeda dengan apa yang sedang kita kerjakan sekarang. 

2. Sulit mencari proyek baru untuk dikerjakan 


Awalnya memang pendapatan yang kita terima cukup besar dibandingkan dengan mereka yang bekerja kantoran. Sayangnya, pendapatan kita itu datang tidak menentu. Ditambah dengan maraknya pengangguran yang ada di Indonesia. Industri freelance butuh orang baru yang lebih mumpuni. 

Bukannya seiring dengan banyaknya klien dan pengalaman upah kita semakin bertambah, namun kompetisi ini membuat kita harus rela menurunkan standar upah. Jika kita banyak mencari proyek baru dibandingkan mengerjakannya, maka sudah jelas kalau ini waktunya kita untuk menjadi pekerjaan yang lebih 'aman'.

Baca juga: Sedang Hadapi Pekerjaan Baru, Inilah 4 Cara Memberi Kesan Baik Pada Atasanmu

3. Merindukan interaksi antar rekan kerja


Jujur deh, kalau pekerjaan sebagai freelancer membuat kita harus bekerja sendirian. Bahkan, tidak jarang kita harus terkurung dalam kamar seharian untuk mengerjakan sebuah proyek tertentu. 

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial. Artinya, kita perlu interaksi antar sesama. Tidak bisa disangkal kalau lingkungan fulltimer yang mengharuskan kita dikantor akan membuat kita dikelilingi orang-orang yang membuat hidup kita menjadi lebih bermakna.

Walaupun kita harus move on menjadi fulltimer yang artinya harus antri mencari pekerjaan, pengalaman freelancer kita pasti diperhitungkan, kok. Karena pekerjaan yang fleksibel ini membuat kita menjadi lebih berpengalaman. 

Ditambah lagi dengan pengalaman yang pastinya belum dimiliki oleh mereka yang baru saja lulus. Koneksi klien juga tidak kalah pentingnya. Kita bisa menghubungi mereka yang menyukai pekerjaan kita dan bertanya apakah ada lowongan pekerjaan menjadi seorang fulltimer. 


Sumber : wisebread
Halaman :
1

Ikuti Kami