Ketika nggak ada harapan
tetapi selalu berharap itulah yang disebut harapan. Oleh karena percaya kita kepada Tuhan mengenai harapan itu, maka kita akan mendapatkannya daripadaNya.
Mungkin kedengarannya
sangat mustahil untuk terjadi. Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan
seorang pria yang hendak mau menikah dalam waktu dekat. Segala persiapan sudah dilakukan hingga bertemu dengan calon mertuanya.
Katanya “ Naomi, memang
menikah itu nggak gampang ya! Menikah itu adalah menyatukan dua keluarga
sekaligus dan itu sungguh tidak gampang.” Dia lalu bercerita mengenai calon
mertuanya yang sangat dominan dan ingin menguasai segala sesuatu terutama
segala proses pernikahan. Mulai dari tangga, bulan pernikahan, tempat untuk pernikahan hingga gereja sebagai pemberkatan.
Memang bagi sebagian
orang, diberkati oleh pendeta siapa dan digereja mana bukanlah sebuah masalah
besar. Tetapi bagi pria itu, ini adalah sebuah masalah dan pergumulan yang
berat menjelang pernikahannya. Bagaimana nggak, orangtuanya adalah seorang
pendeta di gerejanya, dan dia merupakan seorang pendeta muda yang sering
berkotbah di gereja itu, namun calon mertuanya meminta dengan egois untuk
diberkati di gereja yang berbeda. “Saya nggak tahu harus berbuat apa. Saya rasa
ini merenggut harga diri keluargaku dan aku pribadi. Belum saja menikahi
putrinya, saya sudah diperintah dan diperlakukan seperti budak. Dimana harga
diri saya sebagai pria? Saya merasa sudah nggak harapan untuk hubungan ini, dan
ujung pernikahan ini. Saya bingung dan rasanya ingin membatalkan pernikahan ini,” katanya.
Yap! Ini adalah situasi
yang lumayan sulit. Tetapi bukankah nggak ada yang mustahil Tuhan bikin? Tuhan
sangat mampu untuk menyentuh hati sang calon mertua dan menghargai calon
menantu dan keluarganya. Tuhan mampu melakukannya jika ada kesepakatan dalam doa bukan?
“Cobalah untuk berdoa
bersama calon isterimu, sampai waktu pernikahan tiba. 9 bulan lagi menuju
pernikahan, saya pikir masih ada waktu untuk berdoa dan izinkan Tuhan yang ambil alih,” kataku
“No Naomi. Imsposibble! Itu
nggak mungkin. Saya tahu sekali calon mertuaku yang keras begitu. Nggak akan
mungkin terjadi. Oh Tuhan, sungguh saya mau itu terjadi. Terpujilah Tuhan,” sontak berteriak dan berharap penuh.
Memang tidak mudah untuk berharap ditengah kehancuran dan harapan yang sama sekali tidak kelihatan.
Sama halnya seperti Ayub
yang serang penyakit disekujur tubuhnya, yang kehilangan anak-anaknya dan dombanya
bahkan kehilangan hartanya. Nggak hanya itu, dia juga kehilangan kehidupan
sosial yang baik. Semua orang menghina dan mencemooh dia, bahkan isterinya
sekalipun. Saya pikir, dia pastilah hancur dan merasa tidak lagi ada harapan. Tetapi
dia tetap berusaha berharap dan percaya kepada Tuhan. Dia meletakkan harapannya
diatas kepercayaannya kepada Tuhan Maha Kuasa. Lihatlah apa yang terjadi! Tuhan
menyembuhkannya oleh karena imannya, Tuhan mengembalikan anak-anak dan
kekayaannya 2 kali lipat. Semua orang terkagum dan memuji Tuhan yang disembah
Ayub. Seisi rumahnya percaya menyembah kepada Tuhan. (Ayub pasal 2-6).
Mungkin kamu sedang
merasakan hal yang sama seperti Ayub. Sendiri diterpa banyak masalah seperti
tidak ada harapan. Tetaplah berharap kepada Tuhan, karena hanya Dialah yang bisa menolong teman-teman semua.
Mazmur 146:5 :”
Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong , yang harapannya pada TUHAN, Allahnya.”