Kekecewaan Bukan Salah Tuhan, Seringkali Respon dan Keinginan Kita Yang Salah

Kata Alkitab / 18 January 2018

Kalangan Sendiri

Kekecewaan Bukan Salah Tuhan, Seringkali Respon dan Keinginan Kita Yang Salah

Naomii Simbolon Official Writer
3640

Saya sangat menyukai sosial media, dan hampir setiap hari saya akan melayani anak-anak muda melalui sosial media. Mulai dari menulis, konseling hingga berdoa bersama.

Beberapa waktu yang lalu, Tuhan mengirimkan seorang anak untuk sharing kepadaku. Seperti biasa, saya sangat memiliki semangat yang berapi-api untuk itu.

Namun sebelum menjawab dan melayani mereka, saya akan memberikan sejenis pertanyaan yang menjadi password buat saya secara pribadi, dimana saya bisa bersiap menarik nafas dan meminta Roh Tuhan mengurapi dan berpikir mengenai bahasa yang pas sesuai usia.

“Iya, shalom apa yang saya bisa bantu? Boleh sebutkan nama kamu serta usia berapa?”

Dan mereka akan menjawab  sesuai dengan pertanyaan.

“Halo kak, namaku Karen dari Jakarta dan usiaku 16 tahun. Kak mau curhat dong.”

Nah, saat inilah saya akan bersiap merespon sesuai umur dan mereka akan bercerita dengan nyaman.

Karen merupakan anak yang hits dan masih remaja.

“Kak, aku menyukai seorang pria di gerejaku. Dia nggak tampan sih kak, tapi saat aku lihat dia, rasanya aku damai dan tenang. Dia sangat takut Tuhan dan saat dia bermain musik atau bernyanyi membawa penyembahan, Karen merasa semakin tertarik dan pengen banget jadi pacarnya. Tolong doakan ya kak.”

Saya meresponi dengan baik. Dan itu cukup bagi dia hari itu, lalu saya ajak dia berdoa dengan konteks yang benar.

Beberapa hari kemudian, dia lalu hubungi saya dengan masalah yang sama. Saya lalu memberi arahan lagi dan lagi untuk berdoa saja dan minta Tuhan kasih jawaban.

Berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, dia masih saja bercerita hal yang sama, sampai pada satu titik dia berkata:

“Kok Tuhan nggak jawab doa Karen sih kak? Tuhan nggak mau yang terbaik buat Karen ya? Tuhan nggak mau lihat Karen bahagia ya? Itu cowoknya padahal baik kak. Apa Tuhan maunya saya sama cowok yang nakal ya? sambil dia menangis.

Kisah Karen merupakan kisah yang sama persis pernah dilalui banyak orang. Ingin mendapatkan sesuatu dengan penuh semangat namun saat tidak berhasil, mulai menyalahkan Tuhan.

Saat saya menemui seorang teman bernama Dinda dan bertanya “kenapa belum menikah usia 35 tahun.” Dengan wajah  putus asa, dia menjawab: “Sepertinya aku udah nggak mau menikah lagi. Tuhan nggak jelas, saat punya pacar, selalu saja putus dan nggak berlangsung lama.”

Saat saya bergumul dalam hari saya, Tuhan mengingatkan saya sebuah firman di Matius 6:33:” Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambakan kepadamu.”

Ayat ini sangat powerful bukan?

Kebanyakan dari kita berusaha mendapatkan sesuatu dengan penuh ambisi tanpa bertanya “Apakah kehendak Allah atau bukan?”

Seperti Karen yang penuh ambisi ingin menjadi pacar seorang pemain musik digerejanya, dan dia berdoa seakan memaksa Tuhan menjadikan itu nyata. Pertanyaanya: Apakah itu adalah ketetapan yang Tuhan sudah buat dalam hidup Karen? Apakah saat memutuskan pacaran, Dinda bertanya dulu ke Tuhan mengenai pria-pria itu?

Saya rasa tidak. Sehingga itulah yang membuat mereka kecewa.

Kisah ini mengingatkan saya secara pribadi bahwa seharusnya kita memikirkan hati Tuhan dan kemauanNya sebelum kita mengambil sebuah keputusan. Dan saya percaya bahwa ini juga memberkati teman-teman sekalian.

 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami