Saat kunjungannya ke Chile, Senin (15/1) kemarin, Paus Fransiskus mengaku tersentuh dengan sebuah gambar kuno yang diambil pada tahun 1945. Di gambar tersebut tampak seorang anak muda Jepang yang membopong saudara laki-lakinya yang sudah meninggal di pundaknya akibat serangan nuklir Amerika Serikat di kota Nagasaki.
Baca Juga : Minta Doa Bapa Kami Diganti, Paus Fransiskus Tuai Perdebatan
Paus menyadari
betul bahwa gambar menyedihkan itu adalah ‘buah perang’ dari penggunaan senjata nuklir.
“Saya tergerak
saat melihat (gambar) itu. Satu-satunya hal yang bisa saya pikirkan sebagai tambahan
adalah kata-kata “buah perang”,” ucap Paus menjelaskan soal kata-kata yang tercantum
dalam keterangan gambar tersebut.
Dia
mengaku takut kalau-kalau ancaman perang nuklir akan terjadi di berbagai negara,
khususnya saat mendengar kabar dimana Hawaii mengeluarkan peringatan serangan rudal
balistik dua hari lalu dan menyebabkan
kepanikan di negara bagian Amerika dan risiko perang nuklir yang tentunya akan
meningkat dengan Korea Utara. Namun, pesan yang disiarkan oleh Badan Manajemen Gawat Darurat Hawaii (HEMA) di radio tersebut telah dinyatakan adalah palsu.
Untuk mencegah peningkatan aktivitas senjata nuklir, Paus menghimbau supaya media-media menyebarluaskan gambar menyentuh tersebut dan memberitahukan kepada dunia bahwa perang nuklir hanya akan mengbuahkan bencana mengerikan sebagaimana yang dialami oleh anak muda Jepang tersebut.
Baca Juga :
Paus tampak
begitu getol menolak aktivitas pengembangan senjata nuklir yang ditandai dengan
seruannya mengutuki negara-negara yang memiliki senjata nuklir pada November 2017
lalu. Dia menyampaikan hal ini dalam sebuah konferensi di Vatikan bahwa kepemilikan
senjata nuklir harus ‘dikutuk dengan tegas’ karena mereka hal itu hanya akan menimbulkan
ketakutan yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang terlibat konflik
tetapi juga berdampak buruk bagi seluruh umat manusia.
Dia menyampaikan
hal ini di depan para peserta, termasuk sejumlah besar peraih nobel perdamaian bahwa
hubungan internasional tidak dapat ditawan oleh kekuatan militer, intimidasi timbal
balik, dan kepemilikan setumpukan senjata. Senjata pemusnah massal, khususnya senjata
nuklir, menurutnya hanya menghasilkan rasa aman yang salah. Senjata itu sama
sekali tak akan bisa jadi solusi untuk menciptakan perdamaian dunia.