Pertama Kalinya dalam Sejarah, Kristen Myanmar Boleh Rayakan Natal di Tempat Umum
Sumber: Daily Mail

Internasional / 6 January 2018

Kalangan Sendiri

Pertama Kalinya dalam Sejarah, Kristen Myanmar Boleh Rayakan Natal di Tempat Umum

Lori Official Writer
7660

Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 50 tahun, umat Kristen Protestan dan Katolik di Myanmar akhirnya diberi ijin merayakan Natal di tempat-tempat umum. Hal ini menjadi catatan sejarah yang baru bagi umat Kristen Myanmar setelah pemerintah negara tersebut memberi ijin.

Dulu, orang-orang Kristen Birma hanya bisa merayakan Natal di rumah ibadah mereka sendiri. Mereka juga harus mendapat surat resmi dari pemerintah kota Yangon untuk menggelar acara Natal di pusat kota. Khususnya jika acara tersebut digelar tepat pada tanggal 23-25 Desember.

Tapi orang-orang Kristen Yangon bisa meresmikan festival Natal mereka pada tanggal 23 Desember di Gereja Metodis Tritunggal Mahakudus. Acara itu kemudian diakhiri dengan menjalankan prosesi liturgi oleh Katedral Katolik Santa Maria yang dihadiri oleh wakil presiden Myanmar Henry Van Thio pada 25 Desember.

Seperti dikutip dari Christiandaily.com, ijin resmi yang diberikan oleh Perdana Menteri Yangon, Phyo Min Thein dan Walikota Mg Mg Soe ini dinyatakan sebagai bentuk penghormatan terhadap kunjungan pemimpin Katolik Roma Paus Fransiskus pada bulan Desember lalu. Langkah ini juga dinilai menjadi hal yang baik untuk menjalin persatuan dengan umat Kristen di Myanmar dan di seluruh dunia.

Naw Nilar San, seorang penganut Kristen mengatakan bahwa ini adalah kali pertama dirinya mengalami Natal dengan bebas selama 50 tahun. Dia juga mengaku bahwa orang-orang Kristen bisa menyanyikan lagu-lagu pujian dan menikmati hidangan Natal bersama-sama tanpa dihantui ketakutan.

“Tahun ini adalah sejarah Birma yang sangat penting karena orang-orang Kristen diijinkan untuk merayakan Natal secara terbuka dengan orang-orang di kota. Festival Natal ini dmaksudkan untuk mempromosikan kohesi sosial, saling pengertian dan persahabatan sesama warga,” ucap seorang pastor paroki Katolik, Fr. Tanya Tin.

Sementara pendeta Gereja Majelis Hosanna Joseph Kham menyampaikan bahwa mereka sudah mempraktikkan Natal dengan mengingat kelahiran Yesus Kristus. Mereka bisa berdoa untuk teman-teman mereka dan memberikan sumbangan amal. Di sisi lain, umat Katolik juga bisa merayakan misa tengah malam dengan bebas dan aman.

Meski begitu, orang-orang Kristen yang hidup di kamp-kamp pengungsian masih belum bisa merasakan keindahan Natal tahun ini. Mereka mengaku menderita akibat konflik yang melanda etnik rohingya. 

Sumber : Christiandaily.com/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami