Terima Kasih Tuhan, Karena Perlindungan-Mu, Ibuku Masih Tetap Hidup
Kalangan Sendiri

Terima Kasih Tuhan, Karena Perlindungan-Mu, Ibuku Masih Tetap Hidup

Budhi Marpaung Official Writer
      4483

Mazmur 91:11

sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu53[/kitab]; [kitab]marku3[/kitab]; [kitab]yesay59-60[/kitab]

Seorang teman menceritakan kisahnya kepada saya:

Ibu menikahi ayah dan tidak butuh waktu yang lama untuk menyadari bahwa dirinya berada di dalam hubungan yang mengerikan. Ia tidak pernah berhenti untuk melakukan kepadanya. Kami, anak-anak juga menderita, diomeli olehnya. Bertahun-tahun kemudian sebelum ibu saya meninggal, dia menceritakan beberapa kejadian dengan saya, putrinya.

Setiap saat kemarahan Ayah dapat bangkit tanpa harus diprovokasi. Sedikit kekeliruan saja sudah bisa membuatnya naik pitam. Kentang yang terbakar. Atau sebuah ucapan kata dengan nada yang salah. Sepanjang kehidupan kami adalah sebuah jalan tali ketat yang konstan. Sifat jahatnya seperti gunung berapi yang gelisah, yang siap meletus kapanpun.

Ibu belajar dari sedari awal untuk mengandalkan Yesus. Hidup menikah dengan Ayah membuat Ibu semakin kokoh di dalam pelukan Yesus. Saya benar-benar percaya bahwa dia akan meninggal di tangan ayah, jika bukan karena perlindungan Yesus.

Dia bercerita tentang masa-masa dia berada di kamar dan mendengar ayah menggeram dari dapur, "Saya akan membunuhmu."

Pada saat ibu begitu tak bertenaga lagi menghadapi ledakan emosi ayah, ia berdoa, "Tuhan, tolong selamatkan aku atau bawalah aku, aku sangat lelah."

Jejak gempal ayah begitu bergemuruh di lorong menuju kamar tidur. Ibu pun bersiap menghadapi apa yang akan terjadi.

Ketika sampai di ambang pintu yang terbuka, ayah saya menabrak pintu kaca yang tidak terlihat. Hal itu membuatnya terlempar ke tanah.

Ibu menoleh untuk melihat ayah saya yang wajahnya itu dipenuhi dengan jenggot.

"Saya akan menghukummu untuk ini," ujar ayah sambil mencoba bangkit berdiri. Dia pun berbalik, mengusap kepalanya, dan berjalan terhuyung-huyung ke kursi malasnya di ruang tamu.

"Dia tidak pernah membicarakannya lagi," kata Ibu.

Saya bertanya mengapa dia tidak meninggalkan ayah.

"Pendeta kami mengatakan kepada saya bahwa tidak bermoral untuk menceraikan atau meninggalkannya. Dia mengatakan bahwa saya seharusnya tidak memprovokasi dia. Saya mencoba. itu tidak berhasil."

Pada kesempatan lain, setelah anak-anak tumbuh dan menikah, mereka pindah ke area dengan sebuah kolam di pinggiran kota. Ibu bukan perenang yang sangat mahir, tetapi menikmati sesekali berenang di air dingin pada hari di musim panas. Suatu hari dia berenang di kolam. Dia melihat ayah menuju ke arahnya, dengan tinju mengepal, ia pun mengeluarkan kutukan.

"Kamu p-----! Saya akan menenggelamkanmu ke sini dan sekarang."

Dia mengarungi air dan meraih lengannya dengan tangannya yang besar. Pegangannya gagal. Setiap kali ayah mencengkeram, dia tidak bisa memegang ibu.

"Rasanya seperti saya semua diminyaki," ujar ibu.

Akhirnya, dengan frustrasi, dia pun pergi sambil mengutuki.

Tak lama kemudian, Tuhan berbicara kepada hatinya. "Saya telah menyelamatkanmu berkali-kali dari tangannya. Kamu tidak boleh terus mengasumsikan saya akan menyelamatkanmu. Kamu harus bertanggung jawab. Inilah saatnya kamu melepaskan diri, tinggalkan dia dan jangan kembali."

Ibu akhirnya meninggalkannya. Dibutuhkan semua anak untuk membantunya melarikan diri. Akhirnya, di usia 50-an, dia bebas dari penganiayaan.

Tuhan itu penyayang. Dia menginginkan semua untuk datang kepada-Nya daripada menghabiskan kekekalan di neraka. Ia akan pergi ke berbagai tempat untuk membawa pulang domba yang menaatinya.

Ayah bertemu Tuhan di masa-masa akhir hidupnya, namun ia tersiksa oleh kenangan akan luka yang ditimbulkannya pada orang lain. Dia tidak percaya bahwa dosanya akan benar-benar tertutup oleh darah Yesus. Dia hidup dalam ketakutan setiap hari di neraka.

Ketika ayah berusia 80-an dan pikirannya masih jernih, sendirian di sebuah panti jompo, keponakannya datang menemuinya.

Dia menyapanya dengan penuh semangat dan berkata, "Saya tidak akan masuk neraka. Mereka memanggil saya melalui telepon dan mengatakan kepada saya. Mereka berkata ketika saya mati itu hanya akan menjadi transisi, sebuah perubahan ke jenis kehidupan yang lain."

Akhirnya dia merasa damai. Dia meninggal secara tak terduga sebulan kemudian. Oh, dan kamar ayah tidak memiliki telepon.

Mazmur 91:11 "sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu."

2 Petrus 3: 9b "... supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. "

Hak Cipta © 2013 Sally Jadlow. Digunakan dengan izin.


Perlindungan Tuhan adalah Perlindungan Paling Terbaik dan Tidak Perlu Diragukan Lagi.

Ikuti Kami