Yesus Sudah Memberikan Teladan, Mari Kita Terus Giat Melayani Tuhan!
Kalangan Sendiri

Yesus Sudah Memberikan Teladan, Mari Kita Terus Giat Melayani Tuhan!

Budhi Marpaung Official Writer
      4966

1 Korintus 12:31

Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu106[/kitab]; [kitab]lukas18[/kitab]; [kitab]yosua23-24[/kitab]

Salah satu hal indah yang terjadi saat kami berada di Colorado pada 2016, saya dan istri membawa keluar salah seorang cucu kami untuk eksplorasi pagi dan memberikan banyak latihan. Kami menggowes sepeda kami sepanjang sungai yang tidak terlalu jauh dari rumah, di mana kota ini baru saja menyelesaikan  sebuah proyek rekreasi baru. Sementara kami berada di sana, cucu saya Peter [nama fiktif], seorang anak muda, mulai mengambil batu dan melemparinya ke sungai. Awalnya, kami mengajar dia bagaimana percekikan air melalui sebuah batu yang kecil dan datar. Namun tidak berapa lama, ia sudah tidak memiliki minat terhadap batu-batu kecil tersebut. Ia pun menjauh dari kami untuk mencari batu-batu yang lebih besar yang ia bisa bawa. Keinginannya adalah ia bisa membuang batu terbesar dan membuat percikkan air yang lebih dahsyat dari yang sebelum-sebelumnya. Bagi cucu tersebut, risiko badan menjadi basah atau tersandung dan jatuh bukan sesuatu perkara yang besar daripada menaklukkan gunung besar yang mungkin ia bisa temukan.

Ketika saya melihat usahanya, Roh Tuhan segera berbicara kepada saya. “Mengapa orang-orang yang saya ciptakan dan diperintahkan untuk mengeksplorasi, dan memimpin di dalam Kerajaan-Ku, justru undur? Mengapa mereka mulai mencari untuk mengambil risiko yang akan membuat percikan besar bagiKu di bumi, namun seiring berjalannya waktu merekajustru  menjatuhkan batu-batu dan berpuas diri hanya dengan mengambil batu-batu yang lebih kecil?”

Tuhan juga membawa memori saya kepada seorang teman dan saudara yang saya ketahui di masa saya masih muda sebagai Kristen. Dia adalah seorang pria yang cerdas yang bekerja untuk sebuah perusahaan teknologi tinggi. Joe [nama fiktif] adalah ayah dari empat orang anak; dia dan saya terlibat di dalam kepemimpinan dalam jemaat kami. Seperti saya, dia mengasihi Tuhan dan sangat aktif dalam imannya. Kemudian perekonomiannya berbalik. Dia di-PHK, dan dipaksa untuk mengambil pekerjaan kasar di pabrik demi memenuhi kebutuhan hidup. Pada awalnya ia begitu benci melakukannya karena ia menganggap apa yang dikerjakannya tersebut tidak memberikan nilai tambah bagi karunia yang ia dapat dari Tuhan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, ia terbiasa dengan “kenyamanan” itu, dan berhenti mencari peluang yang lebih menantang. Dia menjatuhkan batu-batu besar dan mulai berfokus hanya pada batu-batu yag kecil. Namun, ada harga yang harus dibayar, ketika kita memutuskan puas untuk menjadi biasa-biasa saja di dalam Kerajaan Allah. Dia akhirnya menjadi sangat kecewa dengan kehidupan, terputus dari persekutuan, menceraikan istrinya, dan berjalan menjauh dari anak-anaknya.

Yesus memanggil kita untuk menjalani proses kedewasaan yang konstan selama kita ada di bumi, seperti yang diungkapkan lewat ayat-ayat di atas. Jika kita terus mencoba untuk hidup bagi kenyamanan dunia, atau kembali kepada dunia setelah memahami tentang Kerajaan Allah, kita tidak bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Kristus, atau keberhasilan kita ukurkan menurut versi dunia. Kita mengambil batu pekerjaan, sekolah, rekreasi, pensiun, politik, dan kepentingan lainnya yang menjaga tangan kita begitu penuh dan mengharuskan kita menjatuhkan batu-batu besar yang kita ambil untuk Yesus. Seiring meningkatnya tanggung jawab dunia, kesediaan kita untuk mengambil risiko untuk yang lainnya menjadi menurun. Tidak lama kemudian, yang kita pegang di tangan kita justru batu besar dunia yang nyaman, dan kerikil hanya bagi Tuhan. Yesus berkata tentang orang-orang seperti ini, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lukas 9:62)

Tuhan kita mengambil batu terbesar dari semua yang kita ambil, mengambil risiko terbesar, dan membuat percikan terbesar dalam sejarah ketika Ia mengutus Anak-Nya untuk memberikan semuanya di kayu salib. Apakah Ia akan mengabaikan anugerahnya ketika kita menukarkan batu-batu besar dengan kerikil? Saya pikir hamba yang menyembunyikan talentanya yang satu mungkin memiliki pendapat jika dia bisa memberitahukannya kepada kita. Namun, dia memiliki masalah yang lebih besar sekarang. Inilah saatnya menyingkirkan kenyamanan dunia, dan mulai mengambil risiko untuk Dia yang adalah Sang Penulis buku kehidupan.

Hak cipta © 2017 Michael Wolff. Digunakan dengan izin.

 

Hidup di Dalam Jalannya Tuhan Tetap ada Tantangan, namun itu Pasti Bisa Dilewati Selama Kamu Berfokus Kepada-Nya.

Ikuti Kami