Selamat Dari Genosida, Remaja Kristen Ini Ungkap Apa yang ISIS Lakukan Pada Keluarganya
Sumber: cbn.com

Internasional / 22 December 2017

Kalangan Sendiri

Selamat Dari Genosida, Remaja Kristen Ini Ungkap Apa yang ISIS Lakukan Pada Keluarganya

Budhi Marpaung Official Writer
8271

Kekristenan datang ke Dataran Niniwe Irak segera setelah kematian dan kebangkitan Kristus. Namun, ISIS berusaha dengan berbagi cara menghapus keturunan modern orang-orang Kristen kuno di muka bumi. Sekarang seorang ayah dan anak yang selamat dari genosida tersebut telah datang ke Amerika Serikat untuk menunjukkan wajah pada mereka yang telah diteror dan dianiaya.

Bayangkan kamu adalah seorang tunas remaja dan pasukan ISIS akan menyerang kotamu. Kamu tahu betul bahwa mereka mungkin akan membunuhmu dan kebanyakan orang yang kamu kenal. Itulah situasi yang dihadapi oleh delapan anggota keluarga Binoo pada suatu malam pada 2014.

"Kami semua takut saat mendengar ISIS menuju kota kami," kenang Noeh Binoo sebagaimana dilansir CBN.com, Selasa (19/12). "Kami semua takut."


Para Pendeta Mempertaruhkan Semua untuk Memperingatkan Semua Orang

Kristin Wright, direktur advokasi untuk pelayanan Open Doors Amerika Serikat mengatakan kepada CBN News bahwa pasukan Irak yang melindungi Karamles (kota dimana Noeh dan keluarganya tinggal, red) telah angkat kaki sebelum tentara ISIS datang. Namun saat mereka melarikan diri, mereka tidak memperingatkan para penduduk bahwa mereka meninggalkan kota itu. Orang-orang Kristen di sana bertahan hanya karena para pendeta di gereja Chaldean mendatangi dari pintu ke pintu dan memperingatkan semua orang di malam hari untuk segera mengungsi.

"Tentu saja kami sangat takut saat saya mengumpulkan seluruh keluarga saya, mencoba membawa semuanya dengan cepat ke dalam mobil dan menuju ke luar kota," ayah Noeh, Haitam Binoo, kepada CBN News.

Ketika penduduk kota itu berlari dalam transportasi apa pun yang bisa mereka temukan, para pendeta adalah yang terakhir meninggalkan Karamles saat penyerang ISIS tiba.

Tembakan senjata berderak di sekitar mereka dan peluru meluncur saat orang-orang Kristen berlari sepanjang malam.

Keluarga Binoo kemudian menghadapi masa-masa tiga tahun tinggal di sebuah kamp pengungsi beberapa belas mil jauhnya dari tempat ISIS mengamuk, menyiksa, memperbudak, dan membunuh siapa saja yang tidak percaya atau tunduk pada paham yang mereka anut.

Sekarang dengan kekalahan ISIS baru-baru ini, keluarga Binoo telah mampu kembali, tetapi yang mereka temukan adalah sebagian besar rumah mereka yang telah digeledah dan dimusnahkan oleh api.

"Kami sangat senang saat kembali ke kampung halaman kami," kata Haitam Binoo. "Tapi pada saat yang sama, sulit melihat rumah kami terbakar bersama rumah-rumah yang lainnya."

Bahkan, hampir 100 rumah di Karamles dibakar habis.


"Saya kembali ke rumah saya dan saya melihat semuanya terbakar," kata Noeh. "Saya merasa sangat sedih karena itu baru, kami baru saja membangunnya, dan semuanya terbakar."

Hadiah Kecil Noeh

Semua mainan, konsol permainan dan gawai (gadget) hancur atau terbaring hangus di lantai kamar Noeh. Saat sedang datang di Amerika, dia memberi kepada beberapa orang hadiah kecil kelereng yang terbakar dari koleksi marmernya yang berharga. Ini adalah simbol kepedihan seorang remaja akibat ulah para teroris ISIS yang kejam.

Keluarga Binoo bisa saja kehilangan nyawa mereka. Namun, yang hilang justru sebagian besar harta duniawi dan menghabiskan bertahun-tahun di sebuah kamp pengungsian.

"Itu membuat kita lebih kuat dalam iman kita," kata Haitam Binoo.

Itulah pesan yang dibawa ayah dan anak saat berada di Amerika, termasuk kunjungan ke Gedung Putih, bertemu dengan Wakil Presiden Mike Pence beberapa hari silam.

Noeh mengatakan kepada CBN News bahwa dia ingin orang Kristen di luar Irak terus berdoa untuk keluarga dan bangsanya.

"Dan kita juga berdoa bagi mereka untuk hidup dalam damai di rumah mereka," ucap Noeh.

Baca juga: Tolak Pindah Keyakinan, Dua Penganut Kristen Orthodox Rusia Ini Dibunuh ISIS

Noeh siap untuk memulai kembali kehidupan di kampung halamannya di Dataran Niniwe. Ini adalah wilayah dimana orang Kristen masih berbicara bahasa Aram, bahasa yang sama dengan yang Yesus katakan.

Noeh pun mengaku masih akan mewujudkan impian profesi masa depannya di sana.

"Entah pemain sepak bola atau guru," pungkas Noeh sambil tersenyum lebar.

Sumber : CBN.com
Halaman :
1

Ikuti Kami