Hermansyah, Suami yang Doyan Selingkuh dan Tega Telantarkan Anak-Istri
Sumber: Solusi TV

Family / 27 November 2017

Kalangan Sendiri

Hermansyah, Suami yang Doyan Selingkuh dan Tega Telantarkan Anak-Istri

Budhi Marpaung Official Writer
6593

Bekerja di sebuah perusahaan yang cukup bonafit dan memiliki penghasilan yang sangat baik membuat saya ,Hermansyah, jadi lupa daratan. Tiap hari, kerjaan saya mabuk. Bukan hanya itu, saya pun kerap berhubungan badan dengan banyak perempuan di kos-kosan saya.

Tidak ada rasa penyesalan di hati saya saat melakukan hal-hal negatif tersebut. Perselingkuhan yang saya lakukan benar-benar saya nikmati. Tidak ada terlintas di pikiran saya untuk memerhatikan istri maupun anak saya yang ada di Solo.  

Gaji yang saya miliki selalu habis. Semua saya keluarkan untuk memenuhi kedagingan saya.

Sementara itu, di Solo, istri saya, Widhayu, sedang kebingungan bagaimana membiayai anak kami yang sedang sakit. Tidak pernah menerima uang kiriman dari saya, ia harus memeras otak untuk membeli obat buah hatinya.


Pada satu kesempatan karena tidak kuat dengan apa yang dialami dan seperti mendengar suara iblis, ia dan anaknya berjalan ke tengah jalanan yang ramai dengan kendaraan. Berharap ditabrak dan meninggal, keduanya justru ditolong oleh seorang polisi yang sedang berjaga di pos polisi yang tidak jauh dari lokasi keduanya.

Kejadian itu tidak diceritakan kepada ibu maupun kakaknya di rumah.

Tidak kuat karena saya tidak pernah pulang ke Solo, istri saya akhirnya menyusul saya ke Pasuruan. Bersama dengan anak kami, keduanya berangkat dari Solo tanpa memberitahu saya terlebih dahulu.

Begitu sampai di Pasuruan, keduanya menuju ke tempat tinggal saya. Betapa kaget saya ketika saya melihat mereka berdua. Untuk menyiasati agar saya tidak terlihat kaget, saya menyambut keduanya dengan gembira.

Walau ada istri dan anak saya, kebiasaan mabuk saya tidak hilang. Itu justru saya tunjukkan kepada mereka berdua.

Kehadiran Widhayu di Pasuruan ternyata lambat-laun membuka apa yang selama ini saya lakukan. Perempuan demi perempuan yang pernah berhubungan badan dengan saya akhirnya memberitahu seperti apa kelakuan saya.

Mengetahui itu, istri saya pun menunjukkan ketidaksenangan dan mulai menginterogasi. Tidak senang dengan apa yang dilakukan sang istri, saya pun menjadi marah besar. Akibat kejadian itu, saya semakin emosional. Tiap hari bawaannya saya selalu memaki-maki istri saya.

Perlakuan buruk pun saya lakukan kepada sang istri mulai dari menyeret, membanting tubuhnya ke tembok. Itu yang yang saya lakukan.

Walau begitu, istri saya tetap bersama-sama saya dan anak kami.

Suatu hari, istri saya mendapat telepon dari pihak pabrik dan menyatakan bahwa saya mengalami anfal di pabrik. Waktu tim medis memfoto, mengambil rontgen, sebagian dari paru-paru saya hilang.


Demi memudahkan kehidupan, kami sekeluarga memutuskan untuk pulang ke Banyuwangi. Sesampainya di Banyuwangi, saya pun mulai meng-apply pekerjaan dan kemudian diterima di sebuah perusahaan Finansial sebagai debt collector.

Walau sudah bekerja, tanpa sepengetahuan sang istri bahkan orangtua, saya berhutang ke sana ke mari. Hal ini kemudian diketahui di belakang oleh istri dan orangtua ketika pihak perusahaan di kantor lama saya dahulu datang ke rumah kami dan menagih untuk uang perusahaan yang saya gunakan dikembalikan.   

Tidak punya pilihan, saya dan istri mengembalikan uang kantor yang saya gunakan. Uang melunasi hutang saya dapat setelah rumah orangtua dijual.

Sementara, sisa uang yang kami punya, kami gunakan untuk pindah ke Magelang. Di sini, demi menghidupi kebutuhan anak-istri, saya pun berjualan soto keliling.

Suatu saat teman saya telepon dari Banyuwangi. Ia memberi tahu akan sebuah perkumpulan yang bernama Pria Sejati. Kejadian tersebut terjadi pada 2008. Dia bilang sudah ikut aja, tidak perlu memikirkan biaya. Semua kehidupan termasuk biaya acara ditanggung olehnya. Saya putuskan untuk waktu itu berangkat.

Saya berangkat kemudian saya berangkat ke Banyuwangi dan mengikuti acara tersebut.

Sesi demi sesi saya lewati. Saya mendapatkan sebuah pengetahuan bahwa pria adalah sumber di dalam rumah tangga. Kalau sumbernya kotor, ke bawahnya pasti akan kotor. Di situ saya tersentuh. Kalau saya sumber, saya harus mengalirkan yang benar-benar sumber dan sumber itu harus terhubung dengan pemilik sumber yaitu Allah. Jadi saya harus melekat kepada Tuhan, saya harus mengubah konsep hidup saya bahwa saya adalah imam dan saya benar-benar merasa hidup saya kotor di hadapan Tuhan.

Saya menyesal di hadapan Tuhan. Saya meminta ampun kepada Tuhan. Saya lalu berkomitmen untuk hidup dengan tangan yang bersih.

Selesai acara, sesampai di rumah, saya pun menangis dengan sikap memohon ampun di kaki istri saya. Saya meminta maaf karena sudah mengecewakan dan menyakiti hatinya.

Istri saya dengan tangan terbuka menerima permintaan maaf saya. Saya sungguh senang dengan hal itu.

Meski bertobat, ternyata godaan tetap ada. Sejumlah perempuan secara terang-terangan menyatakan senang dengan saya. Tidak ingin terjerumus untuk kesekian kalinya, saya menolak ajakan mereka. Puji Tuhan, di dalam kondisi, istri pun menunjukkan betapa ia memang adalah seorang penolong bagi saya.

Baca Juga: Selingkuh Keuangan, Apa dan Bagaimana Menghindarinya?

Saya mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena lewat pengorbanan-Nya di atas kayu salib, itu membuat hidup saya berubah. Bukan karena kekuatan saya, tetapi oleh kasih karunia Tuhan yang luar biasa.

Sekarang kami sekeluarga melayani Tuhan bersama. Sungguh ini anugerah tiada taranya. Terima kasih Tuhan Yesus buat kasih karunia-Mu bagi saya dan keluarga!

Sumber : Hermansyah
Halaman :
1

Ikuti Kami