Stop Berpikir Untuk Bercerai Jika 5 Hal Buruk Ini yang Jadi Alasannya!
Sumber: Forbes.com

Marriage / 24 November 2017

Kalangan Sendiri

Stop Berpikir Untuk Bercerai Jika 5 Hal Buruk Ini yang Jadi Alasannya!

Budhi Marpaung Official Writer
7313

Hampir semua mengatakan hal yang sama bahwa tidak ada satupun orang yang masuk di dalam pernikahan akan memilih untuk bercerai di kemudian hari. Namun, dengan sejumlah alasan akhirnya perceraian itu pada banyak kasus akhirnya terjadi.

Tanpa menunjuk siapa pihak yang salah atau yang benar, tetapi baik suami maupun istri adalah sama-sama bertanggung jawab terhadap kacaunya keadaan tersebut. Alkitab sendiri tidak pernah menunjukkan bahwa sebuah rumah tangga yang dijalani akan selalu berjalan lancar, tanpa persoalan. Meski rumah tangga tersebut adalah rumah tangga Kristiani.

Terhadap perceraian, kita bisa menemukan di Alkitab bahwa Tuhan tidak senang akan hal itu. Sekali seorang laki-laki dan perempuan mengikat janji maka sampai maut memisahkan, ikatan itu harus terus berlangsung.

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Matius 19:6)


Jika mau jujur ternyata kita kerap terjebak dengan sejumlah alasan yang banyak menganggapnya alasan tepat untuk mengakhiri hubungan sebagai suami maupun istri. Padahal itu belum tentu benar. Berikut adalah 5 hal buruk yang banyak dijadikan alasan seseorang untuk bercerai:

1. Ia tidak bisa memenuhi kebutuhan emosional saya.


Pada dasarnya manusia memang adalah makhluk hidup yang kebutuhan emosionalnya harus dipenuhi. Jika hal itu tidak didapat maka ia akan gelisah, sedih, marah, dan efek-efek negatif lainnya. Namun begitu, bukan karena suami atau istri tidak bisa memenuhi, kamu merasa akan menemukannya di orang lain.

Percayalah, orang tersebut tidak akan mampu melakukannya juga. Karena yang bisa memuaskan kebutuhan emosional kita adalah Tuhan.

“Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.” (Yesaya 54:5)

2. Ia telah berubah.


Tahun demi tahun menjalani hubungan, ternyata kamu melihat bahwa ia telah berubah. Ia tidak peduli seperti yang dulu, tidak mesra seperti waktu di pacaran atau baru masuk pernikahan, dan lain sebagainya.

Hanya saja kita tidak akan pernah menjadi intim dengan pasangan jika kita tidak melalui berbagai ujian, pergumulan, dan bahkan perselisihan. Ingat, yang bisa menajamkan manusia adalah hanya manusia.

Ketika kamu tetap memilih bersama di situasi-situasi tidak menyenangkan, sulit seperti itu maka kamu akan melihat betapa kamu dan pasangan telah berubah menjadi dewasa sebagaimana yang memang Tuhan kehendaki untuk kehidupan setiap kita.

“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Korintus 13:11)

3.  Kami sudah tidak saling berbicara.


Di dalam pernikahan, salah satu kunci utama keutuhan rumah tangga adalah komunikasi. Semakin kuat interaksi diantara keduanya maka semakin erat hubungan yang dapat terjadi. Sebaliknya, bila interaksi semakin lemah maka semakin tidak erat hubungan yang dapat terjadi.

Seperti yang tadi disampaikan bahwa baik suami maupun istri sama-sama punya tanggungjawab terhadap pernikahan yang dijalani. Jika ini yang jadi pegangangnya maka bila pasanganmu tidak melakukannya, maka kamu punya tugas untuk tetap melakukan hal yang tepat bagi pasanganmu.

Mengasihi bukanlah tentang memberi dan menerima. Mengasihi yang sesungguhnya adalah tentang memberi dan memberi. Berat? Iya, tetapi karena kamu telah mengalami kasih Tuhan, kamu pasti mampu melakukannya.

“Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung csegala sesuatu.” (1 Korintus 13:7)

4. Ia tampak lebih bahagia tanpa kehadiran saya. Begitu pun sebaliknya.


Salah satu orang ingin menikah adalah karena ia ingin merasakan kebahagiaan. Ini tidak salah. Namun, rencana Tuhan lebih daripada itu bagimu dan pasangan. Rancangan Tuhan adalah pada saat kamu dan pasangan menjadi satu, kamu berdua akan lebih suci dan bertumbuh serupa seperti Kristus. Lebih daripada itu, kamu berdua juga sama-sama dapat berbuah bagi kerajaan-Nya.

Salah satu isi dari janji pernikahan adalah mengasihi apapun keadaannya – baik maupun buruk; sehat maupun sakit. Bila diperhatikan, tidak ada kata-kata di sana “selama kita sama-sama bahagia”. Apa artinya? Artinya keutuhan rumah tangga tidak bisa diukur dari kebahagiaan. 

Sejak dosa hadir ke dalam kehidupan manusia maka pengaruhnya sungguh menghancurkan. Namun, bersyukur karena Yesus, hubungan kita dengan Allah dan juga sesama manusia dapat dipulihkan.

Yesus tidak pernah mengalihkan perhatiannya darimu meski kamu naik turun dalam menaati-Nya. Ia tahu kelemahanmu dan karenanya Ia mau kamu memercayakan segala sesuatu di dalam hidupmu kepada-Nya.

Jadi, ketika hubungan pernikahanmu sedang bermasalah, percayalah kepada Tuhan yang “turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,” (Roma 8:28)

5. Saya butuh waktu untuk menemukan jati diri saya.


Penyesalan selalu datang terakhir. Oleh karena merasa salah memutuskan untuk menikah di usia muda, ada orang-orang yang berpikir untuk mengakhiri hal yang diawali keliru dalam kehidupan mereka. Mereka menganggap bahwa mereka tidak mengenali diri mereka seutuhnya.

Dalam pandangan mereka, saat itulah waktu yang tepat untuk mencari identitas mereka. Hanya seringkali kita bisa terjebak jika kita tidak berdiri di atas sumber yang benar.

Bila mencari di luar Alkitab, kita pasti akan menemukan bahwa kita adalah Tuhan atas kehidupan diri sendiri. Namun, jika mencari di atas dasar kebenaran Alkitab, kita akan mendapati bahwa hidup kita adalah tentang Kristus dan bagaimana Ia bekerja di dalam kita setiap saat.

“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20)

Baca Juga: Dulunya Ingin Bunuh Orang Kristen, Tapi Gadis Ini Bertemu Yesus dan Kini Menjadi Pengikut-Nya

Itulah 5 hal buruk yang kerap dijadikan alasan untuk mengakhiri sebuah pernikahan. Mulai pertimbangkan lebih lagi bila hal-hal tersebut yang menjadi penyebab kamu untuk berpisah selamanya dengan pasanganmu.

Terus tanamkan di dalam hati bahwa tidak ada satu pun alasan yang tepat untuk mengakhiri pernikahan. Bila keadaan makin rumit, tidak ada salahnya meminta pertolongan orang yang tepat untuk berkonsultasi dan kamu anggap mampu membantumu. Hanya pastikan orang yang kamu minta bantuan itu adalah orang yang kuat di dalam Tuhan.

Jangan pernah menyerah dan berhenti berharap kepada Tuhan untuk rumah tanggamu. Percayalah, usaha yang kamu lakukan ini adalah pantas dengan hasil yang akan kamu dapatkan nantinya!

Sumber : Crosswalk / Jawaban.Com
Halaman :
1

Ikuti Kami