Keren! Lestarikan Budaya, Pasangan Ini Gelar Tradisi Begalan Dihalaman Gereja
Sumber: http://ajikotapurwokerto.or.id/wp-conten

Nasional / 21 November 2017

Kalangan Sendiri

Keren! Lestarikan Budaya, Pasangan Ini Gelar Tradisi Begalan Dihalaman Gereja

Inta Official Writer
1967

Bahagia sekaligus haru menyelimuti pasangan dua calon mempelai, Anastasya Chintya Angelina (25) dan Anderas Nugroho Pandu (33) yang kerap disapa Pandu. Hari bersejarah mereka dilangsungkan di Gereja Katedral Purwokerto. 

Berbeda dengan pasangan yang memilih untuk menanggalkan tradisi, pasangan Pandu dan Anastasya justru memilih tradisi begalan di halaman Gereja Katedral Purwokerto. Tradisi ini adalah kali pertama yang digelar di Gereja tersebut. Nuansa keberagaban amat terasa dalam prosesi sakral tersebut. 

Menghadirkan tiga seniman Banyumas, yaitu Titut Edi Purwanto dari Padepokan Cowong Sewu, Joni S Supriyana dan perupa senior Hadi Wijaya yang ikut memperagakan begalan. Begalan sendiri merupakan karya leluhur Banyumas yang bermakna agar para anak cucu masyarakat Banyumas dapat berhasil dalam membangun kehidupan rumah tangga. Dalam prosesinya, terdapat wejangan sesepuh yang ditujukan kepada mempelai pasangan pengantin. 

Nama-nama diatas memang dikenal sebagai teman dekat Pandu yang berprofesi sebagai seorang jurnalis. Dalam gelaran itu, Titut memperagakan lakon Rekaguna, pembegal berbaju hitam yang bersenjatakan pedang kayu yang disebut wlira. Sementara, Joni Supriyanta adalah pembawa barang-barang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka didampingi oleh Hadi Wijaya.

Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang.

"Setahu saya ini pertama kalinya. Untuk melestarikan budaya lokal dan menghadirkan keberagaman," ujar Pandu, seusai prosesi pernikahan.

Salah seorang seniman yang ikut memeriahkan, Titut mengatakan bahwa Begalan ini dilakukan pada acara pernikahan terutama pada pernikahan dimana calon pengantin lelaki yang dalam silsilah keluarga menjadi anak sulung atau anak bungsu. Kemudian, tradisi ini sejalan dengan tradisi fase rumah tangga selanjutnya, seperti upacara mitoni, ngruwat, tumpengan dan lain sebagainya. 

Baca juga: Resmikan Gereja HKBP Sambil Menari Tor-Tor dan Dikalungkan Ulos, Sandi Ingat Masa Kecil

Menurutnya, begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending.

"Dengan melakukan begalan, dipercaya dapat membawa kebaikan bagi pasangan pengantin ketika kelak mereka menjalani kehidupan rumah tangga. Seperti dihindarkan dari masalah berat dan juga dimudahkan rezekinya," jelas Titut.

Hadirnya tradisi begalan di Gereja Katedral Purwokerto yang pertama kali ini dinilai sebagai langkai baik sebagai pengenalan budaya yang beragam. Bahkan, Yudi Setyadi selaku pegiat sosial mengaku takjub dengan mempelai dan keluarga yang memilih untuk menghadirkan nuansa keberagaman seperti ini. 


Sumber : Liputan6
Halaman :
1

Ikuti Kami