Ketika saya duduk di Sekolah
Menengah Atas, saya selalu hidup dengan kesengsaraan. Rasanya begitu, namun entah menurut teman-teman.
Sejak kecil, saya sudah
kehilangan masa bermain saja sejak usia 8 tahun, karena saya harus menjagai
adik-adik dimana orangtua saya sibuk bekerja. Setelah itu, bertumbuh remaja dan
SMA, saya harus kehilangan perhatian dan mengalami luka cubitan di lengan, perut dan paha saya setiap hari karena orangtua saya yang penuh dengan aturan.
Saya nggak bisa menyalahkan
orangtua saya dalam hal ini, karena demikianlah cara mereka mengajar
anak-anaknya. Setelah saya bekerja dan bertemu dengan Yesus secara pribadi,
saya mulai hidup dengan penuh kasih dan melepaskan pengampunan atas masa kecil
dan remaja saya yang penuh kekerasan fisik dan pikiran. Bagaimana tidak, nggak
hanya pukulan ataupun cubitan, namun orangtuaku selalu bicara dengan kalimat yang kadang menyakiti hatiku.
Setelah mengikut Yesus,
semuanya berjalan nggak begitu mudah. Saya diajar untuk hidup dalam kasih dan
mencintai orangtuaku yang walaupun secara logika, saya nggak memiliki alasan
untuk mencintai mereka. Karena mereka pun nggak mencintai saya seperti orangtua pada umumnya.
Saya diajar untuk mengucap
syukur atas kehadiran mereka dalam hidupku, dan bagaimana aku dibesarkan. Aku
diajar untuk mengucap syukur atas masa kecil dan remajaku, aku diajar mengucap
syukur atas segala penderitaanku yang akhirnya mengajarkanku menjadi sosok gadis yang kuat dan mendaki kehidupan dengan mandiri.
Teman-teman mungkin bisa memahami bahwa itu nggak gampang, bahkan sangat sulit.
Mungkin saat ini, kamu sedang
alami hal serupa, kisah yang serupa, atau bahkan dalam situasi sakit yang
mematikan bahkan pernikahan yang sedang di ujung tanduk. Sungguh sulit mengucap syukur bukan?
Namun pada akhirnya, saya
dibawa kedalam sebuah pengertian bahwa masa kecil dan masa remajaku dulu
membuat aku hidup dan mengenal Yesus saat ini. Aku belajar dan mempersiapkan
diri bagaimana menjadi orangtua yang baik dan berfungsi ke depan, aku diajar
bagaimana mendidik anak dengan kasih dan tidak seperti masa laluku, bahkan aku
diajar bahwa Yesus lah yang memegang kendali semuanya dan Allah sudah memilih
aku sehingga hari ini aku bisa melayani generasi yang terhilang dan terpuruk baik melalui tulisan ini dan media sosial lainnya.
Hal ini sedang disampaikan
kepada kamu semua, bahwa percayalah mengucap syukur akan membawa kamu kedalam
sebuah pengertian bahwa Allah memiliki tujuan aatas hidupmu. Tujuan yang baik dan mulia.
Semoga tulisan ini menginspirasimu, sekali lagi aku katakan bahwa ngga ada cara terbaik menghadapi masalah dan terlepas darinya kecuali dengan mengucap syukur, bahwa Tuhan sangat baik kepada kita semua.
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” – (1 Tesalonika 5:18)”