Kabar mengejutkan datang dari Selandia Baru. Negara yang satu ini mengumumkan penghapusan kata Yesus dalam doa yang diucapkan setiap hari oleh anggota parlemen.
Media pemberitaan Radio New Zealand melaporkan, kalau parlemen telah mengganti doa tersebut dengan versi terbaru. Sebagaimana diketahui, versi asli doa itu berbunyi:
“Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rendah hati kami mengakui butuh pimpinanMu dalam segala hal, dan kami menanggalkan semua kepentingan pribadi dan kesenangan pribadi kami. Kami meminta kepadaMu supaya kami bisa mengerjakan urusan ini dan negara kami untuk kemuliaan nama-Mu yang kudus, pemeliharan keyakinan dan keadilan yang benar, penghormatan bagi sang Ratu, dan kesejahteraan publik, kedamaian dan ketenangan Selandia Baru, di dalam nama Yesus Kristus Tuhan kami.”
Baca Juga : Siaran Kristiani Bawa Injil di Selandia Baru
Versi doa terbaru
yang nantinya akan dipakai kabarnya akan menghapuskan kalimat ‘di dalam Yesus Kristus
Tuhan kami’. Selain itu, kalimat yang menyebutkan ‘Sang Ratu’ yang bertindak sebagai Gubernur Tertinggi Gereja Inggris juga akan dihapuskan.
Perubahan ini
diyakini kuat terjadi sejak terpilihnya Jacinda Ardern, yang adalah seorang penganut
Agnostik, sebagai Perdana Menteri ke-40 Selandia Baru pada bulan Oktober lalu. Usianya
yang masih memasuki 37 tahun menjadikannya sebagai pemimpin wanita termuda yang terpilih memimpin negara itu.
Ardern dilaporkan
tidak memasukkan ungkapan ‘tolonglah aku
Tuhan’ dalam sumpah jabatannya dan menggantinya dengan ucapan ‘aku bersumpah dengan sungguh-sungguh, tulus dan benar-benar menyatakan dan menegaskan’.
Ardern juga mengaku bahwa dirinya memang dibesarkan di dalam keluarga Mormon. Tapi dia lalu meninggalkan gereja itu saat berusia 20 tahun ketika dia harus menghadapi masalah terkait temannya yang terlibat hubungan sesama jenis.
Baca Juga :
Sementara kondisi
yang saat itu terjadi berbanding terbalik dengan laporkan di awal tahun ini
yang menyampaikan bahwa Selandia Baru adalah salah satu negara paling Kristen di
dunia. Berdasarkan data kependudukan nasional pada tahun 2013 lalu dilaporkan bahwa
kurang dari setengah populasinya atau 48.9 persen dari penduduknya menganut agama Kristen.
“Secara historis,
agama berkembang di antara penduduk yang berpenghasilan menengah atau kelas
menengah. Sekarang, wilayah itu jadi daerah yang mengalami penurunan tingkat religiusitas yang luar biasa,” kata Profesor Peter Lineham dari Universitas Massey.
Lineham juga
menyampaikan kalau para imigran Asia yang tinggal di Selandia Baru, seperti dari
Korea dan Filipina pun dirundung kekhawatiran soal kondisi Selandia Baru yang
sudah semakin sekuler.
Duh, gawat juga
ya kalau-kalau negara kepulauan yang satu ini harus berubah jadi negara sekuler
yang nggak lagi menjadikan Tuhan sebagai pemimpin tertinggi negaranya.