Saat janji Tuhan tidak sesuai
dengan apa yang ada didepan mata saat ini, disanalah iman kita sedang diuji.
Apakah kita tetap bertahan dan percaya bahwa Tuhan akan menggenapi perjanjian itu, atau justru menyerah dan berhenti berharap juga percaya?
Yap, menunggu janji Tuhan memang tidak segampang yang kita selalu bicarakan dengan mulut kita.
Siapa diantara kamu yang
tengah menunggu janji Allah? Mungkin itu janji pasangan hidup, keuangan, kesehatan hingga memiliki anak.
Saya secara pribadipun sedang menantikan sebuah janji pasangan hidup.
Tepat beberapa tahun lalu,
Tuhan memberikan saya sebuah perjanjian mengenai seperti apa pria yang akan menjadi pasangan hidupku.
Dalam penantian janji itu,
tentu saya nggak hanya berdiam dan berdoa aja bukan? Sekian tahun, beberapa
pria ku coba responi dan saya menguji satu persatu. Namun akhirnya nggak ada yang searah dengan perjanjian itu.
Hingga suatu ketika, saya berada
disebuah situasi dimana saya menemukan seorang pria yang jauh dari standard
perjanjian Tuhan. Pria yang masih bergelut dan baru lepas dari masa lalunya,
pria yang sama sekali nggak mapan, nggak tampan bahkan tingkat fisik yang jauh
dari catatan standard ku, namun entah kenapa Tuhan beritahukan untuk aku menopangnya dalam doa dan berbicara banyak mengenai dirinya.
Sekian lama kami kenal,
bangun hubungan dekat, membicarakan masa depan dan lain-lain. Sehingga sekitar 2 tahun lamanya. Allah menjawab doaku atas pertumbuhan kerohaniannya.
Namun saat pria itu sedang
mencari Allah dan bersungguh-sungguh, dia berkata demikian, “Aku nggak ingin
fokus dengan hubungan kita ini, aku mau mencari Tuhan.” Seakan kenyataan
mencampakkan saya yang sekian lama berdoa buat dia dan memutuskan . Bagaimana rasanya? Sakit bukan?
Apa yang diharapkan terjadi,
semua jauh dari ekspektasi. Saya pikir, aku akan terus berhubungan dengan pria
itu dan berakhir dengan menikah. Saya pikir, dia adalah pria perjanjian itu dan
Tuhan akan genapi melalui kehadirannya. Saya memang nggak bisa bilang bahwa
“Bukan dia orangnya” tetapi kamu lihat sendiri bahwa keadaan itu membuat janji Tuhan seperti semakin jauh.
Hal ini mengingatkan aku
dengan kisah dimana Musa membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Mungkin
kalian biasa mendengar kisah Abraham, tetapi kali ini aku ingin kita mengingat Musa.
Bayangkan berapa tahun Musa
menunggu janji Allah digenapi dimana dia akan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir ?
Memang Alkitab nggak
menuliskan berapa tahun penantian, tetapi bukankah prosesnya cukup lama dimana
Musa harus meyakinkan Firaun melalui berbagai mujizat seperti tulah pertama
hingga tulah kesepuluh sehingga pada akhirnya Firaun membiarkan Musa dan bangsa Israel pergi? (baca : Keluaran 6-13)
Nggak hanya itu, hal yang
menarik adalah saat Musa berada dekat ke tanah Kanaan melalui jalan Flistin,
namun Allah nggak menuntun mereka berjalan dari situ. Mereka justru dituntun
untuk berputar-putar melewati padang gurun menuju ke laut Teberau. (Keluaran 13:17-18)
Mengapa nggak dari Filistin
saja? Kalau saja bisa marah, Musa bisa saja marah ke Tuhan, Karena Tuhan menuntun mereka berputar-putar dan semakin jauh dari Tanah Perjanjian.
Tetapi lihat! Alkitab nggak menuliskan bahwa Musa marah. Musa memilih ikut Tuhan.
Lihat bagaimana Musa dituntun
dan dijagai oleh Allah hingga sampai ke tanah Kanaan dengan sukacita melalui Yosua (Keluaran 15:1-21; Yosua 1:1-12;14) .
Demikian dengan hidup kita
dalam penantian. Mungkin saja kamu tengah menanti sesuatu dan sudah berdoa sekian lama dengan imanmu, namun akhirnya semua belum tergenapi dengan baik.
Saya secara pribadi merasa bahwa inilah
saatnya iman kita diuji untuk kita tetap
taat, bertahan serta percaya kepada perjanjian Tuhan.
Janji Tuhan pasti akan
digenapi, asal kita nggak memberontak dan taat untuk berseru kepadaNya seperti
yang dilakukan Abraham juga Musa. Waktu Tuhan bukan kehendak kita.