Dahlia Nainggolan, Bayang-bayang Kematian Selalu Menghantuinya
Sumber: JC Channel

Family / 23 October 2017

Kalangan Sendiri

Dahlia Nainggolan, Bayang-bayang Kematian Selalu Menghantuinya

Budhi Marpaung Official Writer
10105

Di mata Dahlia Nainggolan, sang suami adalah pria yang sangat baik. Tidak hanya bertanggung jawab, ia juga adalah seorang yang harmonis. Setiap ada rezeki, sang suami pasti langsung memberikan untuk terserah mau diapakan sama dirinya.

Jika mau jujur, seratus persen kehidupan Dahlia dan anak-anak sangatlah tergantung kepada sang suami selaku kepala keluarga.

Suatu hari, saat sedang bermain catur, sang suami tiba-tiba terjatuh ke lantai. Bagian badannya ada yang  membiru. Melihat hal itu, Dahlia pun bergegas membawanya ke dokter paling terdekat dari lokasi rumah.

Sang suami kemudian mendapat perawatan medis. Sekeluarnya dari ruangan gawat darurat, dokter menyampaikan sebuah kabar yang mengejutkan. Sang suami telah meninggal dunia. Betapa terkejut Dahlia mendengarkan hal itu. Ia pun meminta izin kepada dokter untuk melihat tubuh sang suami.

Karena tidak percaya dengan situasi itu, Dahlia pun menangis sambil meminta kepada Tuhan untuk menghidupkan kembali suami serta ayah dari anak-anaknya ini. Meskipun meronta-ronta, sang suami tidak hidup juga.

Hana Septiana yang ketika itu masih sangat kecil mengaku tidak terlalu mengerti dengan kondisi yang dialami mamanya. Yang ia dan saudara-saudaranya tahu bahwa ayah telah menghembuskan nafas terakhir. Yang mereka bisa lakukan pun hanya mengatakan sabar kepada sang mama.  

“Apa sih dosa saya yang Tuhan gak bisa ampuni? Kok segini berat saya? Buat saya, Tuhan kejam banget,” ujar Dahlia.


Depresi melanda Dahlia. Ia masih tidak terima atas kepergian sang suami untuk selama-lamanya.  

“Saya gak bisa mengungkapkan yang saya rasakan. Tidak berartinya manusia itu. Tidak ada artinya manusia ini. Suami saya yang gagah, yang saya andalkan, yang saya banggakan selama ini, kok segitunya,” ucap Dahlia dengan penuh lirih.

Peristiwa itu kemudian membuat Dahlia akhirnya memutuskan mempersiapkan diri untuk hadapi kematian dirinya juga. Pikirnya, suaminya saja bisa meninggal mendadak, bukan tidak mungkin di keesokan harinya, dirinya juga akan alami itu.

Suami Pergi, Hidup Jadi Tidak Berarti

Meninggalnya sang suami benar-benar menghancurkan kehidupan Dahlia. Ia bahkan menganggap hidupnya sudah tidak berarti lagi. Hidupnya kosong.

Di dalam otaknya yang ada adalah manusia tidak berguna yang semuanya sedang menuju kepada kematian.  

Suatu kali ia bertemu dengan seorang teman di angkutan umum. Ia pun saling menyapa dan berbincang. Ketika turun dari angkutan umum, Dahlia kemudian turut membayarkan ongkos temannya tersebut.

Ada perasaan senang bisa membayar ongkos teman lama walaupun sebenarnya jumlahnya tidaklah seberapa. Sejak itu, ia menetapkan hati untuk berbuat baik kepada setiap orang.

Walaupun sebelumnya sebenarnya sudah mempersiapkan diri untuk hadapi kematian, tetapi di hatinya paling dalam, ia begitu ketakutan.

Untuk mengatasi hal itu, Dahlia pun giat mencari buku-buku seputar kematian. Setiap beli buku, asal itu berhubungan dengan kematian, pasti langsung ia beli.

Pola Pikir Diubahkan

Setiap hari, di saat merenungkan kematian sang suami, pertanyaan-pertanyaan akan keadilan Tuhan terus muncul di pikirannya.

“Mana biasa ini Tuhan, ini kan luar biasa. Anak saya masih kecil, saya ngga kerja, kok Tuhan ambil Dia? Ngga biasa lah; Hidup kami itu kan tergantung pada suamiku sepenuhnya,” ungkap Dahlia.  

Suatu malam, salah seorang dari anaknya mengalami kejang-kejang. Di tengah ketidaksadaran, ia memanggil nama bapaknya. Dalam pikiran Dahlia, anak ini sepertinya akan mengikuti suaminya yakni mati.

Saking takut kehilangan untuk kehilangan orang tersayang kesekian kalian, Dahlia pun mengucapkan sebuah janji kepada dirinya sendiri. “Kalau anak ini mati, saya juga harus mati,” imbuh Dahlia.  

Di tengah menunggu kepastian akan pemulihan salah seorang anaknya, kesedihan begitu meliputi hati Dahlia. Walau hati tersayat-sayat, tetapi Dahlia tidak menunjukkannya di hadapan anak-anaknya.

“Puji Tuhan, berjalan, berjalan, berjalan, anak itu pun sembuh dan saya bawa kembali ke rumah,” kata Dahlia.

2008, bersama dengan Ruspita, Dahlia mengikuti pelatihan yang membahas kematian. Dalam pelatihan itu, kematian yang dikupas ternyata mengenai hidup yang kekal.

Sejalan dengan acara pelatihan itu, pola pikir Dahlia pun turut berubah 180 derajat.

Baca Juga: Khawatir Gak Bisa Beli Susu? Ini 5 Janji Allah Untukmu!

“Jadi hidup kekal itu ternyata apabila kita punya iman, yang benar-benar mengakui, mengenal, dan mengandalkan Yesus. Percaya saja, sudah masuk surga.  Perbuatan baik tadi itu apa? Ternyata itu tadi adalah bentuk ucapan syukur. Malah kesininya berusaha untuk melakukan yang terbaik, tapi bukan yang tadi masuk surga itu,” imbuh Dahlia.

“Ternyata saya salah konsep. Saya begitu berharga di mata Tuhan, sebegitu mahalnya saya diperjuangkan dengan darah-Mu, dengan nyawa-Mu. Di situ saya baru dapat,” sambung Dahlia.

“Kayaknya beban yang saya bawa selama ini udah berkurang. Ada sukacita meluap. Ada rasa bahagia yang tidak bisa dinilai oleh apapun. Ternyata Tuhan punya rencana yang indah buat saya. Dan harus seperti itulah cara-Nya Tuhan untuk memperkenalkan diri-Nya pada saya,” ungkap Dahlia.

Jika dahulu ia begitu ketakutan dengan kematian, setelah pola pikirnya diubahkan, Dahlia telah siap apabila dia harus menghadap Tuhan. “Surga sudah milik saya. Jadi gak ada lagi pikiran takut mati. Gak ada lagi,” kata Dahlia.

Bukan hanya itu saja, ketakutan akan kebutuhan rumah tangganya kian lama kian terkikis habis seiring ia melihat bagaimana Tuhan mencukupkan semua kebutuhan mereka.

“Bersama Yesus ada sukacita yang tidak bisa dinilai oleh apapun juga. Ada sukacita yang tidak bisa dibeli oleh apapun juga. Yesus sungguh dahsyat dan luar biasa,” tukas Dahlian Nainggolan.  

Sumber : Dahlia Nainggolan
Halaman :
1

Ikuti Kami