Semua orang
butuh role model atau panutan untuk
dicontoh dalam hidupnya. Sebagai orang Kristen, kita kerap mendengar doa atau ucapan
supaya kita ‘serupa seperti Kristus’. Sadar atau nggak, kebanyakan kita bahkan tak
paham dengan makna ucapan itu. Kita cuma sekadar mengutip kalimat itu dari Alkitab
dan mengucapkannya di sela-sela doa. Tapi kita sama sekali nggak menghidupi ucapan itu.
Yesus menebus
kita dari dosa dengan harapan supaya kita jadi anak-anak Allah yang berkarakter
seperti Dia. Kita harusnya bertumbuh sesuai dengan pribadi Kristus, baik perkataan
maupun gaya hidupNya. Dan tentu saja Yesus punya gaya hidup yang berbeda dari manusia
kebanyakan dan gaya hidup itulah yang diwariskannya untuk kita hidupi sebagai pengikut-Nya (1 Yohanes 2: 3-6).
Kita adalah
manusia batiniah, bertumbuh setiap hari dengan rajin membaca dan merenungkan firman
Tuhan, doa, pelayanan dan sebagainya. Sudah sepantasnya kita mengalami perubahan dan berbuah secara karakter.
Bagi kamu yang
belum tahu bagaimana harusnya hidup sebagai orang percaya yang ‘serupa dengan Kristus’, belajar meneladani 7 gaya hidup Yesus ini:
1. Yesus tahu tujuan hidup-Nya dan mengajarkan tujuan itu dengan kasih
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4: 34)
Ya, tujuan hidup
Yesus adalah melakukan kehendak Bapa dengan kasih. Tujuan inilah yang membuatnya selalu kuat dalam menanggung derita di kayu salib.
Baiklah kita
memiliki tujuan hidup yang sama dengan Kristus dan mencapai tujuan itu, merancang strategi untuk meraihnya.
2. Yesus tumbuh dan hidup dalam sebuah keluarga
“Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari
Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia
pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin
bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lukas 2: 49-52)
Yesus adalah
pribadi yang menikmati perjalanan hidupnya, mulai dari lahir sampai kematianNya.
Sebagai Allah sekaligus manusia 100%, dia tetap bertumbuh, dibentuk, dan tunduk
kepada orangtua dunianya, yaitu Yusuf dan Maria. Dia tetap tinggal dan diasuh di keluarga ini sampai menunggu waktu pelayanan-Nya tiba.
Ya, nggak ada
tempat yang lebih baik dari sebuah keluarga. Karena di sana ada penerimaan dari
orang tua dan saudara-saudara. Keluarga yang gagal bukan alasan untuk
menyalahkan orang lain atau menyalahkan hidup. Kemudian memilih untuk mundur dan tak mau melakukan apa-apa dalam hidup.
3. Yesus menjalani hidupNya dengan kuasa
“Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa"--lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"” (Matius 9: 6)
Sejak kecil,
Yesus sudah menunjukkan soal siapa dirinya kepada para tua-tua dan imam-imam.
Dia mahir dalam kitab dan menjawab setiap pertanyaan dengan tepat. Yesus menunjukkan
ada kuasa besar di dalam dirinya dan membuat orang-orang di sekitar-Nya takjub.
Itu
sebabnya, sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal serupa. Ketika Yesus
terangkat ke surga, Dia sudah mewariskan kuasa yang sama seperti yang Dia punya
atas kita. Dia bahkan sudah mencurahkan Roh Kudus sebagai penolong atas kita. Dengan
itu, harusnya nggak ada alasan buat kita untuk merasa takut dan kuatir dalam hidup.
Kuasa Tuhan harus dipraktikkan. Dia mau supaya kita tegak berdiri sebagai pasukan
Kristus dan berkuasa melakukan kesembuhan, pelepasan, mengusir roh-roh jahat dan sebagainya.
4. Yesus bergaul dengan semua orang, termasuk orang berdosa
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang
yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” (Matius 9: 9)
Kalau iman kita
tidak kuat, lalu kita bergaul dengan orang berdosa maka kita akan terbawa arus dan
ikut berdosa juga. Sebaliknya, saat kita taat pada kebenaran firman, kita akan tahu
batasan dalam bergaul dan menjalani hidup, mana yang baik dan yang tidak. Itu
sebabnya sangat dianjurkan supaya kita bertumbuh dalam iman sembari bergaul dengan
semua orang. Karena dengan bergaullah kita bisa menyebarkan kebenaran injil kepada orang-orang.
5. Yesus bersikap keras terhadap kebiasaan agamawi
Taurat membuat
kita mengerti arti dosa, karena larangan membuat kita mengerti pelanggaran. Yesus
menggenapi dan menyempurnakan pengajaran Taurat. Dia tidak ingin umat Allah hidup
hanya dengan menaati peraturan yang tertulis. Sementara hal yang lebih penting
dari itu malah terabaikan. Yesus datang menawarkan kasih karunia, bukan karena takut tidak menjalankan hukum taurat. Jadi, mari meniru cara pikir Yesus ini.
6. Yesus mengajar dengan cara-cara yang sederhana
“Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada
murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan
orang Farisi. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan
tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” (Lukas 12: 1-2)
Di
sepanjang pelayanan-Nya, Yesus mengajarkan tentang sesuatu yang begitu real atau nyata. Dia kerap kali memakai perumpamaan-perumpamaan
yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dia mengajarkan dengan penjelasan
yang sederhana soal benih, pohon, buah, ragi, domba, kasut, jubah, ikan dan
sebagainya. Karena dengan itu, setiap orang yang mendengarnya bisa merefleksikan dirinya dan menyadari kesalahannya.
Sebagai orang
percaya, kita tak perlu memakai hal-hal yang rumit dan sulit untuk menjelaskan soal
Allah atau soal Yesus kepada orang lain. Cukup sampaikan dengan pengalaman sederhana
yang mungkin kita alami. Tak perlu mengatur setiap perkataan kita supaya terdengar lebih bijak atau cerdas. Untuk itulah tuntutan Roh Kudus sangat diperlukan.
7. Yesus mengkloning diri-Nya kepada murid-murid
Sebagaimana
seorang guru mengajarkan apa yang diketahuinya kepada para siswa, begitu pula Yesus.
Dia adalah guru dan mentor yang meregenerasikan semua hal yang Dia punya kepada
murid-murid-Nya. Dia mengajari dan melatih murid-murid supaya mereka bisa melakukan seperti yang Yesus lakukan.
Dan di
jaman ini, kita diminta untuk menjadi serupa dengan Kristus dalam bentuk teladan.
Tuhan mau kita adalah Alkitab terbuka yang bisa dibaca oleh semua orang. Sehingga
dengan kehadiran kita, mereka bisa mengalami Yesus sendiri.
Sebagai penutup,
mari merenungkan Lukas 10: 18-20, “Sesungguhnya
Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking
dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan
membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk
kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."