Pulanglah, Jadilah Padamu Seperti Apa Yang Kamu Percaya!

Kata Alkitab / 19 October 2017

Kalangan Sendiri

Pulanglah, Jadilah Padamu Seperti Apa Yang Kamu Percaya!

Naomii Simbolon Official Writer
8583

Saat aku kehilangan harapan atas pernikahan kedua orangtuaku, aku juga hampir kehilangan harapan atas masa depanku. Nggak bisa aku bayangkan bagaimana jika orangtuaku harus bercerai akibat janda keliru yang menggoda papaku, dan bagaimana papa terhanyut oleh karena belas kasihan hingga mama yang meringis sakit hati ditengah kesendiran dimana anak-anaknya sudah pada merantau dan menikah.

Mungkin ini kedengarannya sangat memalukan bukan? Bagaimana seorang tua yang sudah memiliki cucu harus bercerai karena sebuah perselingkuhan? Tuhan saja kesal dengan keadaan ini, apalagi aku dan kamu??

Yap, aku merasa bahwa masa depanku akan berakhir dengan rasa malu dan demikian adik-adikku.

“Naomi seorang yang takut Tuhan,harus memiliki orangtua bercerai? Mungkin ada yang nggak beres sama si naomi, padahal dia sangat taat sama Tuhan. Kok bisa? Mungkinkah naomi nggak serius, makanya keluarganya begini?Kasihan sekali.”

Aku merasa bahwa semua orang akan berkata demikian dan aku akan menjadi orang yang paling menyedihkan didunia ini.

Namun nggak! Sama sekali nggak demikian akhirnya.

Dalam kesesakan itu, aku ingat kisah seorang perwira Kapernaum di Matius 8:5-13.

Dalam kitab itu, diceritakan bagaimana Perwira datang kepada Yesus dengan iman bahwa hamba yang dirumah akan sembuh, bahkan tanpa Yesus mendatangi hamba tersebut.

Di ayat 8 dikatakan :”Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya:”Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Tuhan Yesus sangat tertarik dengan ucapan ini, ucapan yang langka dan penuh iman.

Ayat 10 kata Yesus: “… Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.” Dan paling mengejutkan adalah Yesus mengehendaki hal itu dan hamba perwira tersebut sembuh (ayat 13) .

Dalam konteks pergumulanku saat itu, aku merasa bahwa aku perlu berlari dengan iman.

Aku membangkitkan kembali harapanku di dalam Kristus dimana Dia akan memberikan anggur baru atas rumah tangga orangtuaku dan mereka pulih.

Aku berusaha tenang dan sama sekali nggak gegabah, bahkan sepatah katapun nggak aku ucapkan untuk meresponi tingkah papa dan kesedihan mama.

Yani, adikku menjadi alatku untuk menghibur mama melalui telepon dan kata-kata sukacita.

Aku berdoa dan membangun iman seperti perwira itu, ditempat tidurku yang berjarak ribuan kilometer dari kedua orangtuaku, aku dan adikku berdoa dan beriman bahwa “Yesus menjadi pahlawan atas rumah tangga mereka.”

Aku mau katakan bahwa ini nggak mudah, namun haruskah aku mati dalam harapan yang kosong tanpa memandang Allah dengan iman percaya?

Jika seorang perwira mampu memiliki iman karena kasihnya terhadap seorang hamba saja, masakan aku nggak bisa memiliki iman yang sama dimana aku juga sangat mengasihi orangtuaku?

Demikian juga buat teman-teman semua, terkadang ada saatnya kita merasa kehilangan harapan untuk sebuah hal. Tetapi Tuhan mau kita membangun iman itu kepadaNya, dan terus percaya bahwa Dia mampu menyelesaikan semua hal.

“…Pulanglah, dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya,” (Matius 8:13).


Baca Juga: Allah Nggak Begitu Tertarik Dengan Pelayananmu. Bagaimana Mungkin?

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami